Social Icons

Pages

Thursday, October 17, 2013

Bangku Panjang


Kesekian kalinya, aku kembali melihat wajah murung itu duduk di sudut sana. Tak bergeming di bawah pohon besar tepat di atas bangku panjang tempat aku dan para sahabat biasa menjaring senja dengan serangkaian cerita jenaka.
Sudut yang sebelumnya selalu hidup oleh tawa membahana, senyum yang tak pernah habis, dan keceriaan yang tak putus-putus. Namun selama seminggu ini kerap berisi kesedihan, kesendirian, kesuraman...
Meskipun tanpa tangis, sudut itu kini jelas telah berubah!
Sang pohon besar mengganti dedaunnya yang hijau dengan sekumpulan awan hitam. Batangnya yang besar dan segar berubah kering dan pucat, membentuk kerut-kerut yang menyeramkan. Dahan-dahan lunglai yang tak pernah berhenti meneteskan getir. Akar-akar malang yang terlalu lemah mencengkram bumi. Di saat yang sama aku melihat bangku panjang itu pun telah di selimuti embun dan air mata...
Sosok murung itu benar-benar telah mengubah segalanya!
Sore itu angin menyentuhku begitu mesra. Rambutku yang sebahu beberapa kali dibawanya bermain-main. Beberapa sahabat yang berlalu dan menyapa hanya kubalas dengan senyum dan sebatas lambaian. Mata dan benakku tengah terjatuh di satu titik. Sosok itu!
Seorang wanita muda dengan dua mata yang nyaris hilang karena ditutupi poni panjang dan sembab tangis tertahan. Pakaian yang ia kenakan selalu sama. Hitam, hitam dan hitam. Semuanya hitam. Begitu pula sehelai saputangan yang ia genggam. Hitam.
Menduga-duga. Sederas apakah hantaman atasnya sehingga ia begitu lara? Mengapa ia di sana? Mengapa selalu di sore yang sama? Mengapa? Mengapa? Tak pernah terjawab, hanya mampu menduga. Jangankan bertanya, mendekatinya pun tak kuasa. Ia telah membangun pagar tinggi di antara kesedihan dan senja yang nyata... Sore itu aku memberinya nama. Benakku kemudian memanggilnya... Lara.
Sore ini angin terlalu senyap. Datang dan berlalu demikian cepat. Tak satu pun angin yang bermain, atau sekedar menyapa. Mereka lenyap! Tak seperti biasanya. Di sudut sana pun aku tak menemukan apa-apa...
Sosok itu telah sirna!
Langkahku perlahan mendekati sudut itu. Nafasku perlahan menyentuh pohon besar itu. Benakku perlahan menghampiri bangku panjang itu...
Aku tak perlu bertanya.
Bangku panjang mulai bercerita...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang bercerita panjang...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang bercerita panjang lebar...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang bercerita sangat panjang lebar...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang mengakhiri cerita...
Aku menangis...
.............................
Suatu hari nanti kau akan menjumpai aku di sini. Saat aku telah berhasil menguasai sebuah sudut. Saat aku kembali ke sebuah bangku panjang. Sayangnya aku tak kembali bersama tawa yang membahana. Aku tak lagi membawa senyuman ataupun keceriaan yang tak putus-putus. Namun aku kembali bersama sekumpulan awan hitam, tetesan getir, sehelai saputangan hitam, serta bangku panjang yang mencekam...
Dan kelak kau akan memanggilku... Duka.

No comments:

Post a Comment

 

Sample text


Sample Text

Tasya azira