Esok pagi di kantor
pengacara. Pengacara Shin sedang memberikan penjelasan pada Kwan-woo tentang
apa saja yang akan keluar di persidangan. Hye-sung ngeliatin, trus menghampiri
mereka dan menyodorkan berkas kasusnya dimeja, ditengah-tengah mereka. “Aku
harus mendapatkan keputusan tidak bersalah dari hakim, apapun yang terjadi.
Tolong bantu aku.” Kata Hye-sung tulus pada Pengacara Shin.
Pengc. Shin: “Aku
tidak mau. Kenapa aku harus menolongmu, Pengacara Jjang?” (jadi sebenernya mau
ya?)
Hye-sung kemudian
duduk: “Bukti yang ada hanya dari kesaksian korban, tapi korban telah
berbohong.”
Pengc. Shin
tiba-tiba memotong perkataan Hye-sung karena baterai alat dengar nya habis! (Ya
ampuunnn, ternyata selain gigi yang palsu, kupingnya juga udah pake alat bantu
ya… hehe…) Dan Pengc. Shin bilang dia tidak bisa mendengar apapun sekarang.
Hye-sung lalu
menulis sesuatu di kertas, “Aku minta
maaf untuk sikapku yang tidak tahu malu selama ini. Tolong aku.”
Pengc. Shin pindah
duduk menjauhi Hye-sung. Hye-sung ngikutin dan nulis lagi, “Mulai sekarang, aku akan selalu membuatkan
kopi untukmu Pengacara Shin.”
Pengc. Shin pindah
duduk menjauhi Hye-sung. Hye-sung ngikutin dan nulis lagi, begitu terus sampai
3x dan akhirnya Pengcr. Shin keluar. Jadi, dia gak mau ternyata, mungkin masih
kesel sama sikap Hye-sung waktu pertama ketemu.
Hye-sung mendesah
kesal, padahal kan dia udah minta maap..
Lalu Kwan-woo
menawarkan bantuannya, “Aku sangat terkenal dalam penyelidikan saat masih jadi
polisi….”
Hye-sung langsung
menolak mentah-mentah, “Lupakan saja!”
Kwan-woo kesal
Hye-sung marah gak jelas sama dia. Mereka balik ke meja masing-masing sambil
cemberut. Tapi kemudian Hye-sung berpikir dan menghampiri Kwan-woo menanyakan
bagaimana dia membantunya.
Dan inilah… Hye-sung
dan Kwan-woo memakai seragam sekolah.
Hye-sung: “Jadi,
inikah yang disebut dengan trik dan keterampilan?”
Kwan-woo: “Mulai
sekarang kita harus menggali kehidupan keseharian korban dan terdakwa. Karena
mereka berdua adalah pelajar, tentu saja kira harus memulai dari kehidupan
sekolah mereka. Pengacara Jjang, pertama kamu ambil bagian menanyai para murid.
Aku akan mulai penyelidikan dari tempat kejadian.”
Hye-sung melongo,
dan Kwan-woo langsung ngacir.
Hye-sung masuk ke
kelas Go Seong-bin. Ada dua siswi yang membicarakan dan mengatai Seong-bin dan
pengacara sambil melihat berita dari hp. Hye-sung mengampirinya dan
memperkenalkan diri sebagai murid pindaha, Jang Ye-ri.
Kemudian mereka
mengobrol di kantin sekolah. Hye-sung menanyakan pada mereka apakah benar
Seong-bin yang memimpin mereka untuk menyisihkan Dong-hee.
Siswi 1: “Iya benar!
Julukan Ssang-ko (Double nose) juga dibuat olehnya.”
Hye-sung: “Lalu
kenapa dia membuat Dong-hee disisihkan? Kesalahan apa yang dibuat oleh
Dong-hee.”
Mereka berdua saling
pandang, lalu siswi 1 kembali menjawab: “well, menjadi sangat mengagumkan itu
sebuah dosa, kau tahu. Jika seseorang terlihat sangat cantik, itu mengesalkan,
bukan?”
Siswi 2: “Selain
itu, dia juga pintar dalam pelajaran. Dengan beasiswa penuh, aku dengar dia
melompat dua tingkatan kelas juga.”
Hye-sung: “apakah
kalian berdua juga menyisihkan Dong-hee karena itu?”
Siswi 1: “Tidak
juga. Jika kami tidak bergabung, kami akan disisihka juga, itulah sebabnya.”
Hye-sung tampak
berpikir..
Kwan-woo memasuki
kelas musik. Kemudian menghampiri jendela tempat Dong-hee terjatuh dan melongok
kebawah. Dia tampak berpikir…
Hye-sung menanyai 2
siswi lain di tangga, “Pernahkan Dong-hee mengatakan bahwa dia tidak ingin
hidup, atau hal seperti itu?”
Siswi 3: “Tentu saja
tidak. Dia telah menandatangani kontrak dengan agensi hiduran, jadi kenapa dia
harus mau mati?”
Hye-sung: “Apa yang
dia lakukan saat istirahat? Kudengar dia tidak mempunyai teman.”
Siswi 3: “Setiap hari, dia bermain piano di ruang music, atau menonton video pelajaran di ruang computer, aku rasa.”
Siswi 3: “Setiap hari, dia bermain piano di ruang music, atau menonton video pelajaran di ruang computer, aku rasa.”
Hye-sung: “Ruang
computer?”
Ada Soo-ha di
belakang mereka, ketika mendengar kata terakhir Hye-sung, dia mengenalinya. Dan
terlihat wajah Hye-sung ketika sedikit menoleh. Soo-ha tersenyum.
Kwan-woo masih di
tempat kejadian, dia sekarang di bawah. Dari bawah dia melihat kearah jendela
di atas. Kemudian dia berpikir dan mencari-cari sesuatu disekitar sana. Dan
menemukan sesuatu, korek dan sepuntung rokok.
Hye-sung dan Soo-ha
masuk ke ruang komputer. Soo-he melihat Hye-sung seperti kebingungan. “Dari sekian banyak computer, bagaimana aku
menemukan yang digunakan Dong-hee?” Hye-sung menghela nafas.
Soo-ha menunjukkan
computer yang biasa dipakai Dong-hee, tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Hye-sung kaget ada
Soo-ha dibelakangnya. (oohh, kirain masuknya emang barengan, saking galaunya
Hye-sung sampe gak tau Soo-ha ngikutin, ckckckck..)
Soo-ha melihat
penampilan Hye-sung dari atas ke bawah, dari bawah keatas. Dia berusaha menahan
tawanya. Hye-sung kesal, dia juga tahu kalau itu sangat tidak nyaman dan
menyuruh Soo-ha untuk pergi saja.
Hye-sung duduk di
depan computer, Soo-ha duduk di depan Hye-sung. Soo-ha mendengar kata hati
Hye-sung yang tidak tahu bagaimana caranya mencari internet history di
computer. Kemudian Soo-ha membantunya, wajahnya deket banget, tangannya
dipegang! Kayak meluk dari belakang! (OMG, deg-degan gak tuh coba…hahaha…)
Waw, Hye-sung terkejut dengan internet history nya, bukan dengan pelukan tidak sengaja tadi, hehe..
Waw, Hye-sung terkejut dengan internet history nya, bukan dengan pelukan tidak sengaja tadi, hehe..
Soo-ha menyuruh
Hye-sung untuk membuka history tanggal 24 Mei antara jam 2 sampai jam 3 sore,
setelah melihat daftar pemakain komputer. Hye-sung merasa kesal karena dia
diganggu, Soo-ha mah cool aja gak ngedengerin Hye-sung.
Lalu mereka
terkejut, melihat history nya adalah cara menggunakan rokok dan sejenisnya.
Hye-sung heran, bukankah Dong-hee murid yang pintar dan akan debut, kenapa dia
mencari hal seperti ini.
Kemudian datang
Kwan-woo, dia mengatakan menemukan alasan Moon Dong-hee terjatuh.
Hye-sung menemui
Dong-hee di rumah sakit.
Dong-hee: “apakah
kamu menyuruhku untuk datang kembali ke pengadilan dan memberikan kesaksian
lagi? Kenapa?”
Hye-sung: “Kemarin,
kamu berbohong. Dan sekarang kamu harus mengatakan yang sesungguhnya.”
Dong-hee menjawab
sambil memalingkan muka: “Aku tidak berbohong.”
Hye-sung: “Kamu
merokok kan?”
Dong-hee terkejut,
“Tidak! Kenapa kamu tiba-tiba mengatakan tentang merokok?”
“Aku pergi ke
sekolah dan menemukan beberapa catatan.” Kata Hye-sung sambil mengeluarkan
kertas dari tasnya, dan membacakannya, tentang membeli rokok.
“Dan…ini.” Hye-sung
melanjutkan sambil menunjukkan barang bukti rokok dan korek.
Dong-hee kaget
darimana Hye-sung mendapatkannya. Hye-sung bilang dia tadi ke sekolahan.
Hye-sung: “Saat itu,
kamu sedang merokok sambil sembunyi kan? Tapi Seong-bin datang, kamu takut
ketahuan jadi kau sembunyi dan terjatuh. Benar? Aku dapat memahami mengapa kamu
berbohong di pengadilan. Debutmu sebentar lagi. Kamu takut ketahuan karena
merokok. Tapi hanya karena ketakutan itu, apakah benar mengahancurkan hidup
seseorang?”
Seong-bin ternyata
ada disana, sembunyi bersama Soo-ha. Tapi sekarang dia sudah tidak tahan ingin
mendekati Dong-hee dan mendengar apa yang dia katakan.
Hye-sung menduga
Dong-hee berbohong di persidangan karena disuruh. Hye-sung meminta Dong-hee
untuk datang ke persidangan besok dan mengatakan bahwa Seong-bin tidak
bersalah. Tapi Dong-hee tidak mau datang, dia tidak akan datang.
Seong-bin yang
mendengarnya kesal dan sudah tidak bisa menahan diri, dia menghampiri Dong-hee.
Seong-bin: “Hey
Ssang-ko, kita harus bicara. Mengapa kamu melakukan ini padaku? Apakah kamu
melakukan ini karena aku memanggilmu Ssang-ko dan membuat candaan tentangmu?
Hanya karena itu, kamu menyiksaku seperti ini?” tanya Seong-bin emosi.
Dong-hee: “Hanya
karena itu? baiklah, sekarang aku yang bertanya. Mengapa kamu menyiksaku
seperti itu?”
Seong-bin: “Apa?”
Dong-hee: “Apa yang
aku lakukan sama kamu, hingga membuatmu membuatku sebagai candaan seperti itu?
apa yang aku lakukan sampai membuatmu mengganguku? Apa yang sudah aku lakukan?
Apa yang aku lakukan? Apakah karena ibuku menyebut ku bodoh?” Dong-hee
mengatakan itu sambil menangis, dia mengeluarkan uneg-unegnya selama ini pada
Seong-bin.
Seong-bin terlihat
merasa bersalah, “Hey. Itu….”
Dipotong Hye-sung,
“Dong-hee… Itu adalah itu dan ini adalah ini. Hanya karena itu kamu menuntut
Seong-bin sebagai seorang pembunuh? Karena kebohonganmu, Seong-bin mungkin akan
berakhir di penjara.”
Dong-hee ke
Hye-sung: “Suruh dia pergi. Lalu mengapa jika dia masuk penjara?”
Dong-hee ke
Seong-bin: “Penjara yang kamu bangun, aku hidup didalamnya tanpa tahu salahku
apa. Mengapa? Tanpa tahu berapa lama aku terperangkap disana, aku hidup
sendirian seperti itu. Jadi, tinggalah disana. Tempat dimana tidak ada teman,
tanpa seorangpun di sisimu, tinggalah disana. Sepertiku.” Dong-hee tertunduk
menangis.
Seong-bin juga
terlihat menahan tangis. Dia mengingat saat dia akan bunuh diri di stasiun
kereta, saat tak ada teman, pengacara dan tak ada seorangpun yang percaya
padanya. Sepertinya Seong-bin sudah menyadari kesalahannya.
Hye-sung: “Moon
Dong-he, jika kamu tetap seperti ini…..” tangan Seong-bin menghentikan Hye-sung
berbicara. Seong-bin mengajaknya pergi.
Hye-sung: “Pergi
kemana? Satu-satunya orang yang bisa memberikan kesaksian adalah…..”
Seong-bin: “Ayo kita
pergi. Aku akan pergi ke persidangan tanpa Dong-hee.” Seong-bin tertunduk.
Hye-sung: “Tentu
saja. Aku bisa membuktikanmu tidak bersalah tanpa dia. Tapi, kita bisa saja
kalah. Apa yang akan kamu lakukan?”
Seong-bin sudah
pasrah, “Kita tidak akan melakukan apapun.”
Seong-bin ke
Dong-hee, “Maaf. Ini mungkin tidak bisa dimaafkan. Aku meledekmu karena aku
cemburu. Karena aku bergabung dengan ank-anak nakal, aku telah bertindak telalu
jauh. Jadi aku tidak tahu bahwa aku memegang batu ditanganku, dan jika
terlempar oleh batu itu, seekor katak bisa mati. Aku sungguh-sungguh minta
maaf.” (maksudnya dia melukai
Dong-hee)
Seong-bin pergi,
Dong-hee menangis dalam diam.
Hye-sung ke
Dong-hee: “Apa yang akan kamu lakukan? Sekarang batu itu ada ditanganmu. Apakah
kamu akan membunuh seekor katak seperti Seong-bin?”
Hye-sung pergi,
Dong-he masih diam.
Hye-sung berbicara
dengan Soo-ha. Hey-sung menanyakan apa yang akan mereka lakukan jika Dong-hee
tidak datang. Soo-ha bilang dia akan datang. Soo-ha membaca pikirannya. “Dia
sudah mengatakan apa yang ingin dia katakana, dan dia sudah mendengar apa yang
ingin dia dengar. Jadi, dia akan datang.”
Hye-sung
bersiap-siap akan ke persidangan. Di membawa setuummmpuuukk berkas. Yoo-chang
membantu membereskannya. Trus Kwan-woo celingak-celinguk melihat keadaan
sekitar kemudian memberikan kado untuk Hye-sung. Hye-sung menolaknya, hubungan
mereka tidak berada pada saling memberi hadiah, Kwan-woo telalu berlebihan.
Kwan-woo bingung, “apakah hanya sebuah ini terlalu berlebihan?” dia membuka
kotak hadiahnya yang berisi alat pembuka halaman, yang seperti Pengcara Shin
kasih ke Kwan-woo.
HA! Hye-sung kecele,
mungkin kirain cincin… habisnya di Kwan-woo bungkus kotaknya kecil, kayak kotak
cincin, hehehe…
Kwan-woo dan
Yoo-chang menyemangati Hye-sung. Pas Hye-sung keluar, Pengacara Shin masuk. Dia
tidak terima Hye-sung dipuji-puji oleh mereka berdua. Hehe..
Hye-sung bertemu
Do-yeon di lift. Aroma persaingan mulai tercium. Do-yeon menanyakan perihal
Hye-sung yang memanggil kembali Dong-hee ke persidangan.
Kemudian, Hye-sung
teringat perkataan Soo-ha tentang pikiran Do-yeon yang menyamakannya dengan
Seong-bin dan keberanian Seong-bin yang langsung bertanya pada Dong-hee mengapa
dia berbohon. Hye-sung pun bertanya pada Do-yeon, “10 tahun yang lau, mengapa
kamu berbohong? Mengapa kamu membuatku seperti seorang penjahat?”
Do-yeon: “Apa yang kamu
bicarakan? Tiba-tiba.”
Hye-sung: “Karena
itu, aku selalu berpikir kamu adalah orang yang buruk. Aku tidak pernah
brpikir, ‘kenapa dia melakukannya.’”
Do-yeon: “Mengapa
kamu jadi seperti ini? Apakah kamu berusaha melakukan sesuatu sebelum
persidangan? Tidak peduli apa yang kamu lakukan, siapa yang kamu panggil,
kebenaran tidak akan berubah.”
Do-yeon masih saja
menutupi alasannya, padahal Hye-sung udah baik lho, nanya bik-baik, dan karena
memang dia ingin tahu.
Di ruang
persidangan.
Dong-hee datang kembali
menjadi saksi, dan membaca sumpah. (Pengacara Shin datang lho…)
Hakim mempersilahkan
pihak terdakwa untuk memulai. Belum sampai Hye-sung memulain, Do-yeon
menginterupsi.
Do-yeon: “Tunggu
sebentar. Hakim, ada suatu hal yang saksi harus ketahui. Bolehkah saya
berbicara?”
Hakim Kim: “Ya,
silahkan.”
Do-yeon: “Saksi.
Dalam persidangan sebelumnya, kamu telah bersumpah sebelum berbicara. Jika saat
ini kamu memberikan pernyataan yang berbeda, salah satunya akan menjadi sebuah
kebohonga dan menjadi sumpah palsu.”
Dong-hee: “Sumpah
palsu?”
Hye-sung
menginterupsi: “Hakim. Ini sama saja dengan mengatakan pada saksi untuk tidak
mengatakan apapun.”
Do-yeon: “Hukuman
sumpah palsu adalah 5 tahun penjara atau denda 1 juta won. Tolong, pikirkan
itu.” kata Do-yeon pada Dong-hee.
Hakim: “Saksi, anda
harus memberikan kesaksian. Saksi, anda sudah mengerti kan?”
Dong-hee: “Ya..”
dalam hatinya berkata, “Jika aku
mengatakan kebenarannya, maka aku akan dihukum tuduhan sumpah palsu. Apa yang
harus aku lakukan?”
(Soo-ha mana? Gak keliatan….)
Hakim meminta
Hye-sung untuk segera berbicara. Hye-sung masih mikir, apa yang harus dia
lakukan agar Dong-hee bisa mengatakan kebenarannya. Pengacara Shin yang melihat
kebingungan Hye-sung mengiriminya sms.
Hakim kembali
meminta Hye-sung untuk segera memulai.
Hye-sung baca sms,
“Kitab hukum pasal 159.” Hye-sung menoleh pada pengacara Shin dan Pengacara
Shin tersenyum.
Hye-sung menuju meja
hakim dan meminjam Kitab Hukum dan membaca pasal 159, kemudian tersenyum,
“Saksi, kamu berada pada tingkat kelas atas dan kamu masuk sekolah lebih dulu
daripada orang lain?”
Dong-he: “Ya, saya
masuk 2 tahun lebih awal.”
Hye-sung: “Berapa
umurmu?”
Dong-hee: “Ulang
tahun saya sudah lewat… jadi saya 15 tahun.”
Hye-sung: “Saksi,
berdasarkan hukum pasal 159, dibawah 16 tahun membuat pernyataan tidak sah.
Jadi, karena pernyataannya tidak membuat perubahan, dia boleh mengubah
pernyataannya dan tidak menerima hukuman.”
Dong-hee: “Apa yang
anda katakana?” dia bingung.. (saya juga bingung..)
Hye-sung: “Karena
kamu masih remaja. Itu berarti, karena kamu masih remaja, jika kamu mengubah
pernyataan sebelumnya, kamu tidak akan dihukum.” Hye-sung tersenyum.
Dong-hee:
“Benarkah?” (Do-yeon terlihat kesal)
Hye-sung: “Saksi,
dapatkah kamu sekarang menjawab pertanyaan saya? Kamu bisa mengatakan
kebenarannya, kan?”
Dong-hee tersenyum:
“Ya..”
Hye-sung tersenyum
lega, Seong-bin senyum terharu, Pengacara Shin tersenyum bangga.
Yoo-chang masuk ke
kantor dan memberi tahu Kwan-woo bahwa Hye-sung menang. Kwan-woo memuji
Hye-sung hebat. Tapi Yoo-chang bilang itu juga berkat Kwan-woo yang hebat dalam
menyelidiki tindakan itu. Kwan-woo balas memuji Yoo-chang yang juga membantu
Hye-sung dalam mengadakan penelitian. Kwan-woo bilang, inilah kemenangan tim.
Yoo-chang bilang tanpa Pengacara Shin. Mereka agak sedikit merendahkan
penilaiannya terhadap Pengacara Shin. Padahal kan pengacara Shin bantuin
Hye-sung juga…
Di luar sidang,
Hye-sung memanggil Do-yeon. Dia menyebut Do-yeon bukannlah seorang Jaksa.
Hye-sung: “Kamu tahu
bahwa Seong-bin tidak bersalah, dan Dong-hee memberikan kesaksian sebenarnya.
Tapi kamu mencoba menutupi kebenaran itu.”
Hye-seong lalu
menyinggung masalah 10 tahun yang lalu, bahwa Do-yeon tidak pernah berubah.
Selalu salah menilai orang. Hye-sung meragukan bagaimana bisa Do-yeon menjadi
seorang Jaksa. (Dan masih banyak lagi kata-kata Hye-sung pada Do-yeon).
Do-yeon geram, dan
mengatakan hal seperti hari ini (dia kalah) tidak akan pernah terjadi lagi, dia
akan memastikan itu. Hye-sung menantangnya, bagaimana jika terjadi lagi? “Kamu
harus minta maaf padaku.” Jata Hye-sung lalu pergi meninggalkan Do-yeon dengan
penuh percaya diri.
Saking kesalnya
Do-yeon mematahkan pensil dalam genggamannya.
Dan tanpa mereka
tahu, Pengacara Shin melihat pertengkaran mereka. Hmmm…
Hye-sung menerima
kembali sms “I’ll be there.”
Hye-sung berbicara
sendiri: “Ada apa si Gum? Aku bahkan tidak melihat batang hidungnya di hari
yang penting ini. Hanya satu pesan? Hm…”
Hye-sung masih
mengira itu sms dari Soo-ha.
Soo-ha pergi ke
kantor polisi sepertinya, dilihat dari seragam petugasnya. Berarti bukan ke
rumah sakit seperti yang aku bilang di preview. Dia terlihat sedang menanyakan
sesuatu.
Hye-sung menelpon
ibunya. Dia menanyakan apakah ibuny sudah menurukan poster dan juga berhenti
bekerja. Ibu meng-iya-kan. Hye-sung tanya apa ia memang sememalukan itu?
Hye-sung: “Ibu. Aku
tidak menyerah. Aku benar-benar bekeja keras sampai kakiku berkeringat…”
Hye-sung terhenti karena melihat poster-posternya belum dicabut dan diturunkan.
Dan ibunya juga sedang menyapu di depan restorannya. Hye-sung tampak terharu.
Hye-sung
melanjutkan, “Aku memenangkan persidangan. Aku memenangkan keadilan. Aku
mengagumkan bukan?”
Ibu akan menagis
haru, tapi di tahan dan membentaknya, “Hey, jangan sombong. Itu sesuatu yang
orang lain bisa juga lakukan. Kamu seorang pengacara!”
“Ibu…”
“Apa?”
“Apakah aku seekor
naga atau cacing?” tanya Hye-sung.
“Kamu seekor belut,
bukan cacing. Kamu harus melangkah lebih jauh lagi untuk menjadi seekor naga.”
Jawab ibu.
Telepon ditutup dan
ibu mencium hp dan joget-joget, merasa bahagia.
Hye-sung yang
melihatnya dari jauh pun ikut tersenyum bahagia. Dia mengambil satu poster yang
tertempel dekat situ dan menyimpannya.
Ternyata memang
benar Soo-ha mendatangi kantor polisi, tepatnya penjara untuk mencari keterangan
tentang pembunuh ayahnya. Dan dia mengetahui bahwa Min Joo-guk telah bebas
sebulan yang lalu. Soo-ha juga menanyakan dimana dia bisa menemuinya sekarang.
Soo-ha di dalam bis
(di halte) dan menyadari bahwa suara yang dia dengar waktu benar suaranya Min
Joon-guk. Soo-ha menoleh ke halte sebrang dan melihat ada Hye-sung. Diapun
turun.
Dan naik lagi ke bis
yang sama dengan Hye-sung. Terdengarlah suara Hye-sung.
“Tidak pernah ada kursi kosong di bis ini,
aku benar-benar lelah….”
Soo-ha mengedarkan
pandangannya ke sekeliling bis, terhenti di ahjumma yang pake kemeja
kotak-kotak.
Dia menarik
Hye-sung. Hye-sung awalnya kaget, siapa yang main tarik gitu aja.
Soo-ha: “Sini.
Ahjumma yang pake kemeja kotak-kotak itu sebentar lagi turun di halte
berikutnya.”
Hye-sung sudah
duduk. Soo-ha yang masih berdiri menanyakan hasil persidangan hari ini. Tentu
saja berjalan lancar, jawab Hye-sung.
“Aku berhasil
membuktikan bahwa Seong-bin tidak bersalah. Sangat tidak nyaman mengatakan ini,
tapi hari ini aku benar-benar keren.” Kata Hye-sung bangga.
Lalu dia
menceritakan, tepatnya menyombongkan jalannya persidangan tadi, tapi Soo-ha
tidak tertarik dan memilih duduk menjauh.
Soo-ha mengenakan
headphone nya dan mendengarkan lagu dari hpnya. Hye-sung menerima sms “I’ll be
there” lagi. Hye-sung melihat Soo-ha yang memegang hpnya, dan mengira Soo-ha
yang sms.
Sampai di depan
rumah Hye-sung.
Soo-ha: “Apakah kamu
selalu pulang jam segini? Tidak bisakah kamu pulang cepat saat masih banyak
orang diluar? Jam segini terlalu gelap.”
Hye-sung: “Kenapa
kamu peduli? Apakah kamu mengakhawatirkanku jadi mengikutiku sampai kesini?”
Soo-ha: “Tidak.
Cepatlah masuk.”
Hye-sung naik
tangga, Soo-ha berbalik pergi. Tiba-tiba Hye-sung memanggil Soo-ha kembali.
Ngomongnya panjang,
tapi intinya, Hye-sung meminta Soo-ha untuk tidak menyukainya. Karena dia
seorang pengacara dan Soo-ha seorang siswa SMA.
Soo-ha tidak
mengerti mengapa Hye-sung berbicara seperti itu. Siapa suka siapa?
Hye-sung: “Apakah
kamu jatuh cinta padaku sejak di persidangan pertama? Karena sejak itu kamu
mengirimi aku sms setiap hari.”
Soo-ha: “Sms? Yang
mana?”
Hye-sung menunjukkan
isi smnya. Soo-ha bilang bukan dia. Dia bahkan gak tahu nomornya Hye-sung.
Soo-ha mengambil hp
Hye-sung dan menelpon nomornya. “Lihat, ini nomorku.”
Hye-sung kaget dan
bingung, “Lalu siapa yang mengirim sms ini?”
Soo-ha bilang itu
hanya spam, “Spam. Spam. Orang yang hanya menginginkan uang. Spam.”
Hye-sung dalam hati,
“Aku bisa gila. Terhina, terhina, aku
telah terhina.”
Soo-ha tersenyum.
Hye-sung sadar dia menatap Soo-ha. Dia langsung menutup wajahnya dan menyuruh
Soo-ha tidak melihatnya.
“Jangan berani
mendengar pikiranku atau kamu akan mati.” Kata Hye-sung sambil berlalu dan
masih menutupi wajahnya.
Hye-sung masuk rumah
dan menyesali perbuatannya tadi. Tapi di kembali berpikir, “Lalu mengapa dia
selalu mengantarku pulang setelah hari itu? apakah hanya basa-basi?” dia ingat
lagi kalau dia belum tahu nama si Gum itu. Lalu siapa si pengirim sms itu?
Hye-sung melihat alat jari itu, melihatnya dan menebak, Pengacara Cha?
Pengacara Shin pamit
pulang duluan pada Kwan-woo. Lalu dia menanyakan apakah Kwan-woo mengenal
seseorang dengan nama Min Joon-guk. Kwan-wo bilang tidak, kenapa?
Pengacara Shin
bilang dia punya teman di penjara yang sering dia temui. Min Joon-guk menempati
sel yang sama dengannya. Dan bilang akan menemui pengacara baru yang ada di
koran. Kwan-woo bilang yang di koran kan ada Hye-sung juga. Kwan-woo tanya dia
dihukum karena apa. Pembunuhan, jawab pengacara Shin.
Soo-ha akan pulang
ke rumahnya. Dia mengganti nama Hye-sung di hp nya dengan “Jean d’Arc”. Lalu
dia mengingat sms Hye-sung tadi dan bertanya-tanya siapa yang mengirim sms itu.
Soo-ha berpikir, orang itu mengirim sms ke Hye-sung setelah hari persidangan
pertama, di hari itu dia melihat orang yang mirip dengan Joon-guk, dan tadi
kata petugas penjara Joon-guk sudah bebas sebulan yang lalu.
“Mungkinkah…”
(Joon-guk?)
Soo-ha tersadar dan
langsung berlari kembali ke rumah Hye-sung, takut terjadi sesuatu yang buruk.
Hye-sung dikasurnya
juga masih memikirkan sms itu, dan dia berada pada kesimpulan bahwa Kwan-woo
yang mengirim sms itu. kemudian Hye-sung memutuskan untuk menelpon nomor itu,
untuk memastikan benar Kwan-woo atau hanya spam.
Hye-sung menelpon
nomor itu… terdengar bunyi ringtone hp dari luar kamar. Hye-sung terkejut,
mematikannya dan mencoba menelpon lagi. Dan lagi lagi terdengar bunyi ringtone
hp dari luar kamar.
Sementara itu Soo-ha
berusaha menelpon Hye-sung sambil berlari, tapi tidak diangkat.
Soo-ha dicegat oleh
anak-anak waktu itu, sekarang bersama Joon-gi dan teman-temannya yang lain.
So-ha kesal, menyuruh mereka minggir dan bicara lagi nanti. Dia harus
cepat-cepat ke tempat Hye-sung. Soo-ha panik.
Dengan terpaksa
Soo-ha meladeni mereka berkelahi, walaupun Soo-ha babak belur karena lawan yang
tidak seimbang.
Hye-sung beranjak
keluar kamarnya, sambil terus menelpon dan mendengarkan bunyi ringtone hp.
Soo-ha berhasil mengalahkan Joon-gi dan kawanannya dan bergegas pergi. Hye-sung
mengambil penggorangan dan semakin mendekati sumber suara dari luar pintu
dapurnya. Hye-sung bertanya, “Siapa disana?”
Note:
Sepertinya aku belum bilang ya, kalimat yang dimiringkan itu adalah
suara hati, pikiran, dan kata-kata yang tidak diucapkan lagsung.
Terus Hye-sung manggil Soo-ha, Gum, gak ku artiin karena artinya jadi anrh jika digunakan sebagai nama panggilan.
Komentar:
Hye-sung akhirnya menemukan kepercayaan dirinya. Tapi benar kata ibu,
jangan sombon, ini kan baru permulaan. aku khawatir dengan persaingannya
ke depan dengan Do-yeon. Sepertinya Do-yeon ini tipe jaksa yang tidak
mengenal kata kalah. Apapun akan dilakukan agar dia menang di
pengadilan, termasuk mengancam korban seperti yang dilakukannya pada
Dong-hee.
Penasaran dengan napi yang dikunjungi Pengacara Shin, siapa dia? dan putri yang dibicarakannya itu siapa?
Apakah Go Seung-bin? karena Seung-bin tidak terlihat di dampingi orang
tua saat persidangan. Tapi kan katanya umurnya sama dengan Hye-sung..
Lalu, apa yang akan dilakukan Joon-guk pada Hye-sung?
No comments:
Post a Comment