Social Icons

Pages

Sunday, November 24, 2013

Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 4 - 1



 
Soo-ha berlari menuju rumah Hye-sung. Soo-ha mencoba menelpon Hye-sung tapi tidak di angkat karena HYe-sung sedang menelpon pengirim sms itu, yang bunyi ringtone hpnya terdengar di dalam rumah. Hye-sung mengendap-endap keluar kamar, mengambil wajan, dan berdiri dengan waspada di depan ruang baju dekat dapur.
Soo-ha sampai di depan rumah Hye-sung. Mencoba membuka pintu, tapi terkunci.
Hye-sung berteriak, “Siapa disana? Cepak keluar! Saya telpon polisi sekarang!”
Teriakannya terdengar oleh Soo-ha, Soo-ha yang panik langsung menendang pintu.
Brak..
Soo-ha masuk, Hye-sung menanyakan mengapa Soo-ha ada di tempatnya.
“Aku takut, seseorang ada di ruangan itu.” batin Hye-sung.
Soo-ha menyuruh Hye-sung menunggu di luar. Kemudian Soo-ha perlahan membuka pintu ruangan itu dan menyalakan lampu. Tidak ada orang disana, hanya ada sebuah hp milik orang lain.
Episode 4
Remember Me in The Dark
Polisi datang ke rumah Hye-sung, “Kau menelpon polisi hanya karena telpon ini?”
Hye-sung menjawab iya. “Lalu siapa yang merusak pintu depan?” tanya pak polisi lagi. Hye-sung menunjuk Soo-ha yang mukanya babak belur.
“Jadi, dia mendapatkan luka akibat berkelahi dengan pencurinya?” tanya pak polisi lagi. Soo-ha menjawab bukan. “Lalu kenapa kau menelpon kami?” tanya pak polisi jengkel.
Hye-sung: “Karena telpon itu. Saya sering menerima sms dari hp itu sebelumnya. Tapi hp itu ada di rumah saya.”
Polisi: “aahh, jadi yang mendobrak pintu depan dan yang memukul pria ini bukan pencuri kan? Lalu mengapa kau menelpon kami?” (Aisshh ni pakpol, odong apa gimana ya, udah dijelasin 2x juga.)
Hye-sung: “Seseorang yang aku tidak kenal masuk ke dalam rumah dan meninggalkan ponselnya saatsaya tidak di rumah. Ini namanya pencurian. Menurut KUHP pasal 319, hukuman minimal 3 taun atau denda 500 ribu won. Itu akan dijatuhi apabila kita menemukan pencurinya dan membuatnya menerima hukuman.”
Soo-ha menatap pak polisi, “Wanita ini benar-benar gila. Ini menyakitkan.” Suara pakpol.
Pakpol: “Kami akan melakukan pelacakan pada pemilik ponsel ini dan menghubungimu secepatnya.”
Pakpol keluar. Hye-sung heran, kenapa polisi tidak menempatkan orang unutk berjaga dirumahnya.
Di luar para tetangga berkumpul dan menanyai pakpol, apakah di dalam ada pencuri. Pakpol bilang bukan apa-apa dan akan masuk ke mobil. Tiba-tiba Soo-ha datang mencegah dan bilang ada yang ingin Soo-ha katakan. “Aku tahu siapa pemilik ponsel itu.”
Hye-sung mencoba memperbaiki pintu depan. Tapi tidak bisa, Soo-ha datang memberitahu kalau harus ditarik dengan keras. Soo-ha melakukannya untuk Hye-sung.
Sambil menahan sakit, Soo-ha menasehati Hye-sung:”Kamu tidak pernah tahu apa yang mungkin terjadi hari ini, jadi jangan tinggal sendirian. Orang itu mungkin akan kembali lagi.”
Hye-sung dengan santai berkata, “Sekarang bukan saatnya untuk mengkhawatirkan aku. Katakan, kenapa kamu ada disini? Dan ada apa dengan wajahmu?”
Soo-ha: “tidak apa-apa. Tinggalah dengan temanmu untuk beberapa saat. Jangan tinggal disini.”
Dan, bruk..Soo-ha jatuh ke depan menimpa Hye-sung, dan kemudian terduduk dipelukan Hye-sung. Hye-sung nya ketiban.
Hye-sung: “Hey, Gum, sadarlah.”
Ketika Hye-sung panik akan menelpon 911, terdengarlah suara dari sebelahnya… grook…grook… (Soo-ha mendengkur alias ngorok! HAHAHAHA)
Hye-sung bertanya apa Soo-ha tertidur, tapi tak di jawab Soo-ha. Soo-ha pun bermimpi:
Di rumah abu ayahnya, Pamannya menghampirinya dan berkata bahwa Soo-ha kecil akan tinggal bersama dia dan berbagi kamar dengan sepupunya. Si paman berkata dalam hatinya, “Kakak ipar, jika kamu pergi, seharusnya kau membawa anakmu. Mengapa kau pergi sendiri dan membuat orang lain kesulitan. Sangat sulit bagiku membesarkan 3 anak, bagaimana aku membesarkan satu lagi.”
Soo-ha kecil mundur.
Kemudian saat di taman hiburan, dia di antar oleh seorang ahjumma mencari-cari seseorang. Mencari pamannya, rupanya dia terpisah dari pamannya itu. Saat dia melihat pamannya, dia memanggilnya. Namun si paman tidak terlihat gembira, dia menerbangkan balonnya dan berkata dalam hatinya, “Kumohon..menghilanglah. aku tidak bisa pindah dengan membawamu.”
Soo-ha kecil lalu terdiam. Dan si paman berlalu pergi tanpa menghiraukan Soo-ha. Soo-ha kecil menatap langit, melihat 4 balon yang diterbangkan pamannya, ada 1 yang tersangkut pohon.
Kembali ke masa kini. Soo-ha terbaring di tempat tidur dengan Hye-sung disampingnya yang mengobati lukanya. (Itu Hye-sung angkat Soo-ha sendiri ke kasur gitu? Hehe..)
Hye-sung meraba dahi Soo-ha, “apakah dia terluka parah?” dan membandingkan dengan dahinya.
Soo-ha terbangun dan akan bangkit. Hye-sung menahannya, menyuruh Soo-ha untuk disitu saja karena Soo-ha demam. Hye-sung merapikan poni Soo-ha dan menempelkan plester ke pipi Soo-ha. Soo-ha terlihat bingung, atau gugup ya?
“Apakah aku perlu menghubungi orang tuanya? Mereka akan khawatir. Tapi mengapa dia datang ke rumahku? Mengapa dia terluka? Gum…apakah dia seorang gangster?” Hye-sung berpikir sambil menatap Soo-ha.
Soo-ha: “Aku tidak punya orang tua yang mengkhawatirkanku. Aku datang karena aku mau bertanya sesuatu. Dan juga, aku terjatuh saat menuju kesini, itulah mengapa aku seperti ini. Dan, aku bukan gangster.”
Hye-sung kesal, “Gum, apakah kamu melihat pikiran orang lain 24 jam dalam sehari?” Hye-sung mengenakan kupluk jaketnya sampai menutupi wajah. Lalu dia menyuruh Soo-ha menginap saja karena sudah tidak ada bis lagi, dan besok pagi harus pergi ke rumah sakit. Dan Hye-sung juga menanyakan Soo-ha tadi mau tanya apa.
Soo-ha: “Akankah dia mengenaliku? Namaku….apakah kau tahu?
Hye-sung: “Nama? Aku tidak tahu. Kita tidak akan saling bertemu lagi, jadi aku tidak perlu tau.”
Soo-ha memegang pergelangan tangan Hye-sung dan mengatakan namanya: “Namaku Soo-ha. Park Soo-ha.”
Hye-sung: “Park Soo-ha? Namamu terdengar normal dilihat dari sikapmu. Gum lebih cocok. Sangat cocok.”
Hye-sung lalu keluar kamar dan menyuruh Soo-ha untuk tidur, Soo-ha tampak kecewa..
Soo-ha: “Bodoh. Wajar saja dia tidak mengingatnya. Ini sudah 10 tahun.”
Hye-sung tidur di sofa. Dia berpikir seperti pernah mendengar nama Park Sooha.
Di luar terlihat Joon-guk menatap rumah Hye-sung sambil memegang brosur restoran ibu Hye-sung.
(berarti tadi Joon-guk beneran ada di rumah Hye-sung ya.. tapi hp nya itu tertinggal atau sengaja ditinggal?)
Kediaman Hakim Seo.
Mereka sedang sarapan bersama, banyak makanan tersedia di meja karena hari ini ulang tahun Seo Do-yeon. Nyonya Seo mengingatkan mereka untuk datang nanti malam ke restoran jam 7 malam.
Kemudian Hakim Seo berkata pada Do-yeon bahwa kemarin ia bertemu dengan Ketua Kong. Ketua Kong bilang Do-yeon membatalkan tuntutan, apa yang terjadi?
Do-yeon terdiam, Nyonya Seo yang menjawab bahwa saksi merubah keterangannya dan Do-yeon juga merasa kecewa.
Hakim Seo: “Aku dengar, pengacara terdakwa adalah Hye-sung.”
Do-yeon menjawab iya.
Nyonya Seo tampak terkejut: “Hye-sung? Hye-sung yang tinggal di rumah kita 10 tahun yang lalu?”
Do-yeon: “Ya. Dia menjadi seorang Pembela umum.”
Hakim Seo: “Setelah 10 tahun, kau bertemu kembali dengan anak seorang pembantu yang menjadi Pembela Umum dan kau membatalkan tuntutan dihadapannya?”
Do-yeon tertunduk, “Maafkan saku. Lain kali, aku tidak akan membuat kesalahan seperti itu lagi.”
Do-yeon tidk jadi sarapan dan pamit pergi karena harus mendatangi lokasi kejadian sebuah kasus.
(Hakim Seo sepertinya sangat keras pada Do-yeon, dia tidak mengenal kata kalah, dan Hakim Seo terlihat tidak mempedulikan perasaan Do-yeon. Pantas saja Do-yeon jadi seperti itu sifatnya.)
Nyonya Seo: “Jika kau terus seperti itu, maka rumor itu akan semakin berkembang.”
Hakim Seo: “Rumor apa?”
Nyonya Seo: “Rumor bahwa kau menemukan Do-yeon di kolong jembatan.”
Hakim Seo: “Lelucon apa itu….”
Nyonya Seo: “Kau tahu dengan pasti. Itu bukan lelucon.”
(Waaww, Do-yeon bukan anak kandung mereka..)
Soo-ha bangun, sebelum keluar kamar dia ngaca dulu. Biasa, rapihin rambut, dan mengenang saat tadi malam Hye-sung mengobatinya, and he’s smiling…
Soo-ha keluar kamar, pada saat yang bersamaan Hye-sung bangun dengan keadaan yang acak-acakan. Soo-ha kaget, doeng… (Nado…. Hahaha…)
Hye-sung dengan santai bilang: “Yah, walaupun aku bangun dengan cantik, itu tidak akan berarti apa-apa untukmu. Jadi aku tidak harus terlihat cantik di depanmu kan?”
Hye-sung mengambil air minum ke kulkas, “Mungkin akan sama walaupun kamu gak punya kakak perempuan. Lagipula, 99% wanit di dunia terihat seperti ini dipagi hari.” Dan Hye-sung minum langsung dari botolnya. Soo-ha terpengarah.
“kamu harus mengenyahkan pikiran fantasy mu dan terimalah kenyataan.” Kata Hye-sung, lalu menawarkan minumannya pada Soo-ha.
Soo-ha langsung gedeg-gedeg, “Ani.”
Mereka duduk di dapur. Hye-sung menyiapkan sarapan. Nasi instan, sayur instan, jagung kalengan, saus botol. Lalu menutup tempat makannya dan mengocoknya. Soo-ha? Kelihatan banget dia gak suka, semacam jijik gitu, jorok… Hye-sung nyiapin makannya sambil jilat-jilat tangan. Soo-ha sampe bilang, apakah ini makanan anjing… hye-sung jawab jangan minta lebih, makan saja..
Soo-ha tanya, kenapa Hye-sung cuma punya satu sendok saja. Hye-sung bilang dia tinggal sendiri, jadi punya satu atau dua tidak masalah.
(kenapa coba Soo-ha tanya begitu? Soo-ha makan pake centong nasi! Wkwkwkwk.. nih, potonya.)
Soo-ha melihat ke sekeliling, “Apakah kau kehilangan sesuatu? Sepertinya si pencuri membuat kekacauan (ngebeantakin rumah) karena mencari sesuatu.”
Sekarang Hye-sung yang melihat ke sekeliling, “Kekacauan? Bukan pencuri itu yang melakukannya.
Soo-ha: “Jika bukan si pencuri, lalu siapa yang……..” ucapan terhenti setelah melihat muka Hye-sung dan Soo-ha pun memasang ekspresi syok. HAHAHAHA.
Hye-sung makan sambil menahan ingus supaya tidak keluar. (kyk yg pilek gitu lho..)
Soo-ha: “Kau hidup seperti ini???!!!” haaahhh….Soo-ha menghela napas.
Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan mengingat perkataanya pada Seong-bin sewaktu Seong-bin menanyakan seperti apa cinta pertamanya. “Dia wanita paling indah di dunia.” Yaks, kenyataannya sebaliknya! Ini yang membuat Soo-ha syok. Hancurlah pemikirannya selama ini tentang Hye-sung.
Hye-sung yang sepertinya menyadari Soo-ha yang kaget dan syok bilang, “99% wanita di dunia hidup seperti ini. Bahkan Suzy dan Girls Generation hidup seperti ini. Mereka kemungkinan terlihat seperti saat di rumah.” (Hayo, siapa yang setuju?)
Soo-ha kesal dan menggebrak meja, “Makan atau bicara, lakukan satu persatu!” (Hye-sung ngomong sambil makan.)
Soo-ha galau di sekolah, dia dengan serius mendengarkan dan meresapi penjelasan guru dengan memasang wajah aneh.
Dia telah pergi, kekasihku telah pergi.
Menuju matahari di balik hutan, dia berjalan pergi meninggalkanku.
Guru: “Dalam puisi ini ada banyak tafsiran tentang “dia” yang telah menghilang. Aku berpikir “dia” adalah cinta pertama seseorang. Cinta pertama, kalian lihat, seperti puisi ini, membuat orang menangis dan membuat terpesona. Harapanmu untuk bertemu kembali dengan cinta pertamamu membuat hatimu berdebar. Apakah kalian mempunyai cinta pertama semacam itu?”
“TIDAK!” Soo-ha dengan muka anehnya menggebrak meja dan mengagetkan semua orang, sampai-samapi si Joon-gi yang tertidur langsung bangun. Dan tanpa sadar Soo-ha mencengkram meja dengan cakarnya.. Dia tidak terima sosok cinta pertamanya tidak seindah itu.
(HAHAHA, sumpah aku ngakak banget liat adegan ini walaupun di ulang-ulang.. kocak ekspresi muka Soo-ha nya.)
Ibu membawakan banyak sekali ayam goreng pada Hye-sung untuk diberikan pada teman kantornya, sebagai ungkapan terima kasih atas dukungan mereka hingga Hye-sung bisa menang di persidangan pertamanya. Kemudian ibu meminta Hye-sung menemui putra temannya untuk kencan buta. Kan Hye-sung waktu itu bilang setelah jadi pengacara di mau menikah.
Ibu bilan pria ini putra pemilik sauna, dia kaya, dan juga seorang pengacara, pasti cocok sama Hye-sung. Tapi Hye-sung menolaknya, dia bilang sudah gak mau menikah lagi, dia sadar kalau dia pengacara yang hebat, jadi standarnya tinggi. Anggap saja aku sudah menikah dengan hukum, kata Hye-sung.
Ibu memukul kepala Hye-sung, dan menyuruhnya untuk rendah hati. Masih panjang perjuangan Hye-sung menjadi pengacara. Jadi jangan sombong.
Trio lelaki sedang makan ayam goreng kiriman ibu Hye-sung. Pengacara Shin komentar, “Setelah dia menyelesaikan persidangan yang kedua, sepertinya kita akan mati terbakar karena ayam.” Mereka tertawa.
Hye-sung sedang dihias kukunya oleh Seong-bin. Hye-sung merasa hiasannya terlalu berlebihan.
Seong-bin: “Ini sangat mahal. Kalau kamu membuatnya di salon, mungkin mereka akan mengenakan biaya 20 ribu won.”
Hye-sung: “Kamu memiliki bakat yang bagus. Kamu harusnya merasa beruntung. Ada banyak pengacara yang hanya mengatakan beberapa kalimat dan mendapatkan banyak uang karenanya. Tapi lihatlah aku. Aku pergi ke sekolah untuk menyelidiki, aku menyadarkan saksi. Dan semua itu aku lakukan tanpa bayaran. Kamu harus merasa senang bertemu dengan pengacara sepertiku.” (sombong nih..)
Trio lelaki memperhatikan dan mendengarkan apa yang dibicarakan Hye-sung.
Seong-bin tersenyum, “Aku tau. Aku akan mengenangnya seumur hidup.”
Hye-sung: “Oke. Tulislah disana dan tandatangani sebelum pergi.”
Seong-bin mengaku, saat pertama kali bertemu Hye-sung dia merasa seperti melangkah ke dalam xxxx, tapi kemudian mengubah pendapatnya.
Seong-bin: “Kau percaya padaku disaat tidak ada seorangpun, keluargaku, guruku, yang percaya padaku. Mengapa kau percaya padaku?”
Hye-sung awalnya bingung mau jawab apa, “Oh, itu… well, aku hanya dapat merasakannya. Perasaan yang benar.”
Seong-bin: “Terima kasih. Eonni satu-satunya orang yang…. Tunggu. Soo-ha juga percaya padaku.”
Hye-sung: “Tapi mengapa Gum tidak datang denganmu?”
Seong-bin: “Dia tadinya akan datang. Tapi menerima telpon dan pergi ke suatu tempat.”
Hye-sung: “Kemana?”
Soo-ha pergi ke kantor polisi yang kemarin. Dia menanyakan siapa pemilik hp itu. Pakpol yang waktu itu bilang pemiliknya adalah seorang ahjumma.
Soo-ha: “Tapi mengapa hp itu ada di rumah orang lain? Apakah kau sudah mengecek sidik jarinya? Dan bagaimana dengan orang yang aku tanyakan? Apa kau menemui Min Joon-guk?”
Pakpol: “Dia hidup sebagai orang bail! Dia seorang relawan.”
Soo-ha bertanya apakah pakpol menemuinya dan meminta alamatnya. Tapi pakpol tidak bisa memberitahukan karena aturannya begitu. Tapi Soo-ha kita bisa tahu hanya dengan memancing dengan pertanyaan dan menatap pakpol itu.
Soo-ha di depan sebuah gereja. Sedang ada pembagian makanan gratis disana. Dan dia melihat Joon-guk sedang melayani memberikan sup. Joon-gi terlihat seperti orang baik, dia tidak memarahi bapak tua yang akan mengambil lebih jatah ubi, bahkan dia memberikan kantong plastik pada bapak tua itu dan memberikan banyak ubi.
Soo-ha melihatnya dari jauh, dan teringat kejadian itu, saat ayahnya dibunuh dengan brutal oleh Joon-guk. Soo-ha terlihat sangat marah. Dia menghampiri Joon-guk.
Joon-guk menyadarinya dan bertanya, “Kau seorang pelajar kan? Apa kau datang kesini karena kau lapar?”
Soo-ha tersenyum: “Tidak, aku tertarik untuk menjadi relawan. Bagaimana aku memulainya?”
Joon-guk memberitahukannya pada atasannya dan bertanya siapa nama Soo-ha.
Soo-ha: “Namaku, Kim Joong-ki.”
Yoo-chang memberikan berkas-berkas kasus baru yang akan ditangani Hye-sung.
Hye-sung bertanya kasus apa yang mempunyai banyak berkas seperti ini. Hye-sung membuka berkas dan melihat Do-yeon yang menjadi jaksa penuntutnya. Hye-sung menilai Do-yeon terlalu berlebihan. Yoo-chang bilang sebenarnya tidak berlebihan, ini kasusnya rumit.
Kemudian Yoo-chang bercerita tentang kasus itu: “Dua bersaudara mendatangi minimarket dan mencuri semua uang yang ada di kasir. Mereka ketahuan oleh pemiliknya. Lalu, salah satu dari mereka menikam pemiliknya dengan pisau. Dan yang satu lagi berusaha mencegah.”
Hye-sung: “Itu terlihat seperti kasus biasa. Yang menikam dituntun untuk pembunuhan dan yang satu lagi hanya untuk perampokan. Bukankah itu akan selesai dengan mudah?”
Yoo-chang: “Tapi Jaksa menuntunt mereka berdua untuk pembunuhan.”
Hye-sung: “Apakah Do-yeon berpikir dengan baik? Salah satu dari mereka mencegah saudaranya. Itu tidak bisa dipertimbangkan untuk menuntut mereka berdua dengan hal yang sama. Do-yeon itu memang seperti itu. selalu saja berlebihan dalam sesuatu.”
Yoo-chang: “Itu memang terlihat seperti tu…tapi dia tidak punya pilihan. Yang menikam dan yang mencegah sangat sulit untuk dibedakan.”
Hye-sung: “Kenapa sulit? Disana pasti ada CCTV, kan?”
Yoo-chang: “Mereka berdua kembar. Dan identik. Lalu, mereka berdua menyatakan mereka yang melakukan penikaman.” (jadi dua-duanya ngaku.)
Hye-sung: “Memangnya semirip apa sih?”
Hye-sung lalu melihat foto diberkasnya dan terkejut. Mereka benar-benar mirip. Lalu Hye-sung, “Siapa yang akan aku bela, yang menikam atau yang mencegah?”
Yoo-chang: “Berdasarkan berkas, yang melakukan penikaman.”
Hye-sung menemui terdakwanya di tahanan polisi. Dia bernama Jeong Pil-seung, si adik kembar. Hye-sung memperkenalkan dirinya sebagai pengacara Pil-seung. Ternyata dia sudah tau, Pengacara Jang yang berhasil mengalahkan Jaksa di kasus pertamanya. Dia tahu dari orang-orang yang mengatakan dia beruntung.
Hye-sung: “Kita harus melewati sampai akhir persidangan untuk melihat kamu beruntung atau tidak.”
Lalu Hye-sung membaca berkasnya: “Kau dan kakakmu dituntun atas perampokan dan pembunuhan. Benar?”
Pil-seung: “Itu bukan kakak! Kakak hanya mengikutiku dan mengambil kesalahan. Aku yang menikamnya.”
Hye-sung: “Kau tidak punya catatan kejahatan.”
Pil-seung: “Ya, kakakku yang punya. Jika dia dituntun untuk pembunuhan dan ini merupakan pengulangan, mungkin dia akan dihukum seumur hidup.”
Hye-sung: “Jadi, kamu mencoba mengambil kesalahan, daripada dia, karena kau tidak punya catatan kejahatan.”
Pil-seung: “Tidak, bukan seperti itu. aku benar-benar menikamnya! Kakak tidak bersalah. Tolong berpendapatlah seperti itu.”
Hye-sung: “Dengar, aku pengacaramu. Dan, apa catatan polisi? Apakah kau tahu apa yang akan kau peroleh? Sadarlah. Ini bisa membuatmu di penjara seumur hidupmu.”
Pil-seung: “Aku tahu. Makanya aku memohon padamu, pengacara.”
(pil-seung ini ingin menutupi kesalahan kakaknya, dia ingin mengorbankan dirinya sendiri..)
Hye-sung mendatangi kediaman Pil-seung. Sebuah kamar yang dipenuhi dengan buku-buku dan ada piagam penghargaan terpajang disana. Hye-sung kesana untuk mengambil anak anjing Pil-seung.
Kwan-woo sedang mengetik sesuatu sambil mengantuk. Berkali-kali dia akan terjatuh. Yoo-chang tersenyum geli melihatnya, dan memberikannya kopi.
Yoo-chang: “Tidur atau mengetik. Lakukan satu persatu.”   (dejavu, sama kayak kata-kata Soo-ha.)
Kwan-woo: “Aku tidak bisa. Besok adalah persidangan terakhir untuk kasus Jo Yeong-sook. Aku harus menyelesaikannya hari ini. Aku akan melakukannya.”
Yoo-chang: “Kau tidak tidur dari kemarin, kan?”
Kwan-woo menghela nafas, “Otakku ini sepertinya sudah terganti dengan bongkahan kayu. Ini tidak bekerja sekarang.” Kwan-woo mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
Yoo-chang kembli tersenyum geli.
Hye-sung masuk ke kantor sambil membawa anak anjing Pil-seung. Dia memberinya minum. Hye-sung bilang akan menjaga anak anjing itu sampai kasus selesai. Yoo-chang bilang dia dituduh perampokan dan pembunuhan, dan mungkin akan dihukum 10 tahun.
Hye-sung: “Di tidak membunuh siapapun. Jaksa telah salah.”
Yoo-chang kaget, “Jaksa salah lagi?”
Hye-sung: “Ya. Aku melakukannya sebelumnya. Mengapa aku tidak bisa sekarang?’
Yoo-chang: “Btw, kasusnya sepertinya akan diperkuat dengan kasus kakaknya.”
Hye-sung: “Apa? Jadi mereka berdua akan mejalani persidangan bersama?”
Yoo-chang: “Ya. Mungkin kali ini kamu harus mempersiapkan diri untuk melawan kakak pengacara tertua daripada dengan jaksa. Dia mungkin juga akan mengatakan kliennya tidak bersalah.”
Hye-sung: “Lalu siapa kakak pengacara tertua?”
Yoo-chang: “Dia Pembela umum juga.”
Hye-sung: “Pembela umum? Apakah Pengacara Shin?”
Yoo-chang: “Bukan. Tuh, Pengacara Cha.”
Mereka kemudian melihat ke arah Kwan-woo yang tertidur di atas keyboard.
Soo-ha bersama Joon-guk di dapur. Joon-guk sedang memotong kubis.
Joon-guk: “Pekerjaan nya banyak ya? Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan minggu lalu.”
Soo-ha: “Sudah berapa lama anda menjadi relawan?”
Joon-guk: “Sekitar satu bulan.”
Soo-ha: “jadi anda sudah tinggal disini selama sebulan?”
Joon-guk: “Ya.” Lalu Joon-guk bertanya mengapa Soo-ha melihatnya dengan tatapan seperti itu.
Soo-ha: “Apakah kamu, mengenalku? Kamu terasa tidak asing.”
Joo-guk: “Tidak.” Tapi dalam hatinya berkata, “Dimana aku pernah melihatnya? Aku pernah melihat ekspresi yang sama.”
Soo-ha: “Apakah anda pergi ke kantor pengadilan beberapa hari yang lalu? Pengadilan Yeonjo.”
Joon-guk menghentikan kegiatan memotongnya: “apakah dia melihatku disana?”
Soo-ha: “Benar?” selidik Soo-ha.
Joon-guk mempererat pegangannya pada gagang pisau, lalu tersenyum: “Tidak. Aku tidak pernah pergi ke pengadilan.”
Soo-ha: “Oh.. Aku pikir aku salah mengenali orang.”
-----------bersambung ke bagian 2-----------
Note: 
aku komentarnya sekalian pas di tulisan sinopsis aja ya? aku suka lupa kalo udah selesai mau komen apa.. aku bikin nya sambil nonton, jadi sekalian..
oya, aku penasaran, koq kayaknya Pengacara Shin punya kemampuan yang sama kayak Soo-ha ya?
soalnya dia seneng banget merhatiin orang lain, terutama kalo pas ngeliat Hye-sung, ekspresinya beda..

No comments:

Post a Comment

 

Sample text


Sample Text

Tasya azira