Kwan-woo mengingat
kata-kata ledekan Hye-sung tadi, “Saya menikmati sidang percobaan tadi,
Pengacara Cha. Terima kasih banyak, saya banyak belajar. Saya mempelajari
betapa berbahayanya terlalu mempercayai terdakwa. Saya juga melihat bagaimana
tidak efektifnya seorang pengacara tanpa strategi, yang percaya pada
kemanusiaan. Terima kasih.”
Kwan-woo merasa
marah, dia berbicara sendiri seolah-olah Hye-sung berada di depannya, “Jika
kamu tidak percaya pada terdakwamu. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Jika
terdakwamu tidak berarti apa-apa untukmu, kamu tidak usah jadi pengacara,
mengapa kamu memasang badge pengacara?”
“Apa aku salah,
nona? Apa aku salah?” tanyanya sambil berteriak pada dua wanita yang sedang
duduk disana.
“Aku akan melihatmu.
Jika dia tidak menangani kasus ini dengan serius, aku akan melaporkan ke Kantor
Administraso! Tunggu saja dan lihat.” Katanya lagi.
Kwan-woo masuk ke
ruang sidang.
Adegan kembali ke
akhir episode 2, saat hakim menegur Hye-sung yang tidak juga memberikan
pembelaan.
Hye-sung menatap
Soo-ha. Kwan-woo menirukan gaya Hye-sung yang pasti akan menerima tuntutan.
Hye-sung berdiri,
“Saya menolak semua tuntutan. Klien saya menyatakan tidak bersalah.”
Hye-sung menatap
Soo-ha lagi. Kwan-woo sepertinya terkejut.
Episode 3
I’ll be there
Jaksa Do-yeon:
“Terdakwa mengatakan dia tidak menindas korban, tetapi dia mengatakan itu hanya
candaan. Apakah itu benar candaan?” (Seong-bin gelisah)
“Mari kita lihat
pada sms yang dikirimkan terdakwa pada korban. ‘Hey kamu xxxx. Mengapa kamu tetap xxxxx ku? Katakana xxxx sekali lagi
dan aku akan merobek kelopak mata ganda kamu dan memberikannya pada anjing.
Hidup dengan menghirup udara dari hidung silikonmu. xxxxxx’
Semua orang di
persidangan tampak tercengang dengan is isms yang sangat kasar itu. seong-bin
menundukkan kepalanya.
Sekarang giliran
Hye-sung membacakan pembelaannya.
Hye-sung: “Hanya
karena kata-kata kasar terdakwa, itu tidak dapat diasumsikan bahwa terdakwa
bersalah. Kata-kata tidak senonoh bukan berarti demikian dikalangan anak-anak,
misalnya xxxxx berarti teman dekat.”
Hakim, melihat
Hye-sung: “Apakah pengacara ini
benar-benar bodoh? Apakah dia percaya itu bisa dikatakan sebuah penyangkalan?” pikiran
hakim ini terdengar oleh Soo-ha.
Hye-sung mentap
Soo-ha, dan So-ha menyilangkan tangannya dan menggelengkan kepala, tanda big
NO. Hye-sung garuk kepala.
Do-yeon menghadirkan
saksi, “Saksi, kamu melihat terdakwa mendorong korban keluar dari jendela?
Benarkah?”
Saksi: “Ya.”
(Soeng-bin terlihat tidak terima), “Saya menghampiri tempat kejadian karena
saya mendengar Dong-hee dan Seong-bin bertengkar. Lalu saya mendengar suara.
Saat saya melihatnya, Dong-hee terjatuh dirumput.
Hye-sung: “Kamu
bilang bahwa kamu melihatnya setelah mendengar suara, benar? Jadi, kamu tidak
melihat terdakwa mendorong korban, Dong-hee. Benar?”
Saksi: “Apa?
Tidak…itu….” saksi terlihat bingung,
Hye-sung: “Kamu
mengatakan kamu melihat korban setelah suara terjatuh. Saya akan bertanya lagi.
Apakah kamu melihat sendiri saat Go Seong-bin mendorong Moon Dong-hee keluar
jendela?”
Saksi: “Tidak, itu
hal yang sama! Bukankan hal yang sama melihat kejahatan secara langsung dan
tidak langsung?”
Kwan-woo komen,
:Wow.. dia benar-benar menunjukkan kliennya tidak bersalah.”
Hye-sung menatap
Soo-ha, Soo-ha menatap Hakim: “logika
terdakwa tampaknya bisa diterima.” Soo-ha member tanda OKE. Hye-sung pun
tersenyum. Eh, Kwan-woo ikutan senyum…
Do-yeon: “Dalam
percobaan pembunuhan, hal yang paling penting adalah apakah dia memiliki
kemampuan untuk membunuh. Terdakwa seringkali berkata bahwa dia ingin membunuh
Moon Dong-hee.”
Hye-sung: “Jika
pernyataan bahwa Go Seong-bin ingin membunuh Moon Dong-hee bisa dianggap
sebagai bukti, semua siswa sekolah bertanggung jawab atas pembunuhan ini. Guru
berkata ‘aku akan membunuhmu jika peringkatmu turun” itu juga ancaman
pembunuhan, berdasarkan logika anda.”
Hye-sung ke Soo-ha.
Soo-ha, OKE. Hye-sung angguk-anguk.
Do-yeon: “Terdakwa
yang melihat Moon Dong-hee didekat jendela, mendorongnya.”
Hye-sung: “JIka dia
jatuh karena seseorang mendorongnya, seharusnya luka yang paling parah ada di
kepalanya. Akan tetapi, luka Moon Dong-hee semuanya di kaki.”
Hye-sung senyum ke
Soo-ha. Soo-ha tersenyum, dia mengenang kesaksian Hye-sung remaja di persidangan
waktu itu. (Ih,,Soo-haaaaaaaa senyumnya bikin saya ikutan senyumm… ^^)
Do-yeon: “Di ruang
musik, tidak orang lain selain terdakwa. Dan berdasarkan keterangan saksi, yang
melihat korban dan terdakwa bertengkar…”
(Duh, panjang banget
tik tok pembelaannya, dipotong aja ya.. hehe.. intinya sih jaksa dan pengacara
tetap pada pendirian masing-masing.)
Do-yeon mengajukan
korban untuk menjadi saksi. Moon Dong-hee sudah sadar hari ini. Hakim
mengijinkan dan menunda sidang sambil menunggu kedatangan Dong-hee.
Hye-sung dan
Seong-bin merasa gembira karena Dong-hee masih hidup. Seong-bin merasa masih
ada harapan untuknya.
Hye-sung keluar
ruangan sidang dengan gembira, bahkan dia berjalan sambil melompat-lompat
seperti anak kecil. Ada kaca dilorong, dia pun ngaca dengan gaya centilnya,
hehe.. lalu ada sms masuk, dari nomor tidak dikenal, bunyinya “I’ll be there”.
Hye-sung mengira itu spam. Dia kemudian melihat Soo-ha.
“Hey Gum!” Hye-sung
berlari mengahmpirinya.
Hye-sung menirukan
tanda OKE Soo-ha, yang seperti huruf C, “Itu sangat bagus. Kamu terlihat
seperti monster, tapi kamu sangat membantu.”
Soo-ha: “Haruskah
kamu bilang ‘terima kasih’ dengan cara seperti itu?”
Hye-sung: “Nanti
selama persidangan, lakukan ini untukku lagi, ok?” Hye-sung menunjukkan tanda
OKE gayanya yang menyerupai huruf O.
Soo-ha: “Gratis?
Disini.” Soo-ha menunjuk pipinya, sebagai tanda ngasih tahu Hye-sung pipinya
ada coretan bekas spidol.
Hye-sung 2x bilang “apa”, dan Soo-ha 2x bilang “disini”, sampai akhirnya Hye-sung bilang “Baiklah…baiklah…”, lalu diam cium tangannya sendiri dan menempelkannya ke pipi Soo-ha. (Hhahahahaha, aku beneran ngakak liat adegan ini, Hye-sung pikir Soo-ha minta diciuummm…)
“Terima kasih. Oke.”
Kata Hye-sung.
Soo-ha kaget campur
bingung, “apa yang kamu lakukan?”
Hye-sung: “Aku tidak
bisa memberikanmu ciuman, jadi diganti itu saja.”
Soo-ha: “Ish, apa
maksudmu ciuman? Itu ada bekas spidol disini, bekas spidol….” Soo-ha nunjuk
pipi.
“Oh..itukah..” kata
Hye-sung lalu membersikannya dengan ludah.
Soo-ha; “Jeezzz…”
dan berlalu sambil memegang pipinya.
Hye-sung: “Hey, kau
mau kemana?”
Soo-ha teriak, “Cuci
muka!” hahahahaaaa, padahal mah Soo-ha turun tangga sambil ngomong sendiri,
“Apa-apan itu, melakukannya tiba-tiba, aku kan kaget…” sambil megang pipinya
dan senyum sendiri. (aww,,senangnya…)
Senyumnya kemudian
menghilang, dan diapun menurunkan tangannya, dia mendengar suara yang sangat
dikenalnya diantara suara-suara lainnya, suara si pembunuh, Min Joon-guk, “Jang Hye-sung. Anak itu menjadi Pembela Umum
di tempat ini.”
Soo-ha mencari-cari
sumber suara. Kemudian melihat seseorang yang memakai jas dari belakang yang
nampak seperti pembunuh itu. Tapi ternyata bukan, Soo-ha salah mengenali orang.
Tapi, Joon-guk memang ada disana.
Soo-ha tampak cemas,
“Tidak mungkin…….”
Kwan-woo
menceritakan pada Pengacara Shin dan Yoo-chang bagaimana hebatnya Hye-sung menghadapi
Jaksa di persidangan, menurutnya. Pengacara Shin dan Yoo-chang tidak berminat
mendengar cerita Kwan-woo, mereka kembali ke meja nya masing-masing. Kwan-woo
bertanya, apakah mereka tidak terkesan. Pengacara Shin bilang Hye-sung seperti
ayam (bertarung dengan keras). Kwan-woo tidak setuju, dia menyebut Hye-sung
sebagai prajurit wanita, Jeanne d’Arc!
Kemudian ibunya
Hye-sung datang ke kantor mereka, yang awalnya dikirain terdakwa…
Hakim Kim memulai
kembali persidangan. Moon Dong-hee membaca sumpah.
Hye-sung dan Do-yeon
saling menatap. Soo-ha terlihat masih cemas, dia nengok-nengok ke belakang
mulu.
Hakim Kim ke
Dong-hee: “Jika anda merasa tidak enak, silahkan cepat memberitahu kami. Kita
mulai dari Jaksa.”
Dong-hee melihat ke
arah Seong-bin, Seong-bin dadah dadah, tapi Dong-hee memalingkan wajahnya.
Haduh, apakah pertanda buruk?
Do-yeon: “Pada 24
Mei, anda, saksi, jatuh dari kelas musik di lantai 4 Yeonjo High School dan
tidak sadar sampai hari ini. Benar?”
Dong-hee: “Ya..”
Do-yeon: “Apakah ada
seseorang pada saat itu yang mendorongmu?” (deg-degan)
Dong-hee agak ragu
menjawab, “Ya.”
Semua terkejut.
Do-yeon: “Orang itu
sekarang berada bersama kita, benar?” (deg-deg)
Dong-hee menatap
Do-yeon, “Ya.”
Hye-sung mengatakan
keberatannya, tapi Do-yeon terus melanjutkan.
“Dapatkah kamu
mengatakan pada kamu siapa dia?” (deg-deg)
Doong-hee
perlahan-lahan menunjuk Seong-bin. (duh, kenapa gak ada suara yang didengar
Soo-ha sih…)
Seong-bin tidak terima, dia berdiri sambil melepaskan wignya, berteriak marah, “Hey Moon Dong-hee! Kamu tidak seharusnya melakukan ini terhadapku!...xxx..”
Hye-sung berusaha
menenangkan Seong-bin, Soo-ha malah garuk-garuk kepala. Dong-hee juga agak
takut-takut gitu wajahnya.
Seong-bin tidak
terima, karena Dong-hee dia akan masuk penjara. Seong-bin terus histeris,
bahkan dia akan menghampiri Dong-hee tapi ditahan oleh Hye-sung dan petugas.
Dia terus mengatakan bahwa yang dikatakan Dong-hee adalah kebohongan.
Dong-hee akan dibawa
pergi oleh suster, ditahan oleh Soo-ha. Soo-ha menatap mata Dong-hee, dan
terdengarlah… ”Aku tidak akan pernah mengatakannya. Jika aku mengatakan yang
sebenarnya mengapa aku jatuh, semuanya akan berakhir untukku.”
Ruang sidang sudah
sepi. Tinggal Hye-sung yang menunduk dan Do-yeon yang membereskan berkas-berkasnya.
Do-yeon menghampiri Hye-sung dan mengatakan bahwa persidangan tadi sangat
berkesan. “Jadi, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kamu melakukannya dengan
baik. Mempertimbangkan bahwa kamu adalah seorang pembela umum.
Soo-ha diluar tampak
bingung, akhirnya orang yang dicarinya keluar. Hye-sung berjalan dengan gontai.
Soo-ha menghampirinya dan mengatakan bahwa dia melihat mata Dong-he. Dan saat
itu juga dia melihat mata Hye-sung.
Hye-sung: “Kalah. Jangan pernah muncul dihadapanku lagi.”
Hye-sung pun pergi meninggakan Soo-ha. Soo-ha nampak terkejut, dan bergegas
mengejarnya.
Di kantor. Pengacara
Shin, Kwan-woo dan Yoo-chang memakan ayam goreng yang dibawa ibu. Ibu menanyakan
perihal Hye-sung dan meminta maaf jika dia berbuat kesalaha. Yoon-chang akan
mengatakan sesuatu tentang Hye-sung tapi dipotong oleh Kwan-woo yang membela
Hye-sung. Ibu kemudian memegang tangan Kwan-woo: “Putriku melompati masa SMA
nya, jadi kurang kemampuan sosialnya. Dari luar mungkin dia terlihat galak,
tapi di dalam dia sebenarnya sangat baik.”
Lalu terdengar
teriakan Hye-sung, “Tutup mulutmu. Aku sudah menyuruhmu untuk pergi.” Semunnya
kaget menoleh ke sumber suara.
Ternyata di luar
Hye-sung sedang berbicara dengan Soo-ha.
‘Ini semua salahmu.
Jika aku mengatakan dia menerima dan dia menyesali kesalahannya, aku tidak akan
melangkah sejauh ini.”
Soo-ha: “Mengapa dia
harus menerima sesuatu yang tidak pernah dia lakukan?”
Hye-sung: “Lihatlah
situasi ini. Seong-bin akan masuk penjara karena ini. Dan aku merasa tidak
nyaman di depan jaksa. Kamu tahu?”
Soo-ha: “Dong-hee
tidak didorong oleh Seon-bin tapi dia terjatuh sendiri. Dong-hee sedang
berbohong sekarang.
Hye-sung: “Sudah
cukup. Hentikan. Aku tidak butuh semua itu.”
Soo-ha: “Kenapa
tidak butuh? Mengapa kamu menyerah tanpa berusaha?”
Hye-sung: “Hey, apa
kamu pikir kamu harus pergi ke Himalaya untuk merasakan dingin? Apakah kamu
harus lompat ke dalam api untuk merasakan panas? Tidak ada lagi yang bisa
dilakukan. Its game over!” teriak Hye-sung.
Ibu yang daritadi
melihat mereka bersama trio pria meneriaki Hye-sung, “Apakah kamu ingin digigit
sampai mati?” (Pengacara Shin langsung
cegukan denger ibu teriak, trus ditahan oleh 2 anggota trio pria itu, takut
ganggu mungkin, kasian Pengacara Shin, hahaha..)
Hye-sung menoleh
kaget, “Mengapa ibu ada disini?”
Ibu menghampiri
Hye-sung, “Mulutmu sedang xxxxc sekarang. Menempatkan hidup seseorang seperti
permainan bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh seorang pengacara!”
Hye-sung, “Ibu
bahkan tidak tahu apapun! Apakah ibu tahu siapa yang membuatku tidak nyaman?”
Ibu: “Mengapa aku
harus tahu.”
Hye-sung: “Itu
adalah Do-yeon. Seo Do-yeon.”
Ibu: “Lalu kenapa?”
Hye-sung: “ ibu
tidak ingat? Seo Do-yeon yang membuat ibu dan aku dilempar ke jalanan.”
Ibu: “Lalu apa?”
Hye-sung: “Aku
dihina di depan gadis yang baru aku temui lagi setelah 10 tahun. Putrimu,
Hye-sung!” Hye-sung teriak sama ibunya.
Ibu: “Kamu yang
menghinaku sekarang! Aku telah mengatakan pada semua tetangga bahwa putriku
sekarang telah menjadi naga (orang hebat), tapi aku rasa itu tidak benar.
Putriku hanya menjadi seekor cacing, benar kan?”
Hye-sung menahan
tangis. Disaat dia kecewa dengan dirinya sendiri, kemudian dihantam dengan
perkataan ibu yang tidak sepenuhnya salah. Moga aja Hye-sung berubah setelah
ini.
Semua terdiam.
Kemudian ibu pergi, Kwan-woo yang duluan sadar dan menahan ibu. Ibu tidak boleh
pergi seperti ini. Ibu bilang ada urusan lain.
Ibu berkata lagi
pada Hye-sung bahwa dia harusnya mencopot semua brosur dan spanduk, dan juga
harusnya berhenti bekerja. “Aku tidak bisa berjalan di sekeliling tetangga
bahkan untuk satu detik, karena aku tidak nyaman. Aigo…pengacara macam aoa kau
inni?!” Ibu kayaknya kecewa berat sama Hye-sung.
Hye-sung masih diam
saja. Soo-ha melirik-lirik pada Hye-sung.
Trus Soo-ha melirik
ibu, dibalas ibu dengan teriakan, “Apa kamu liat-liat?!”
(kasian, tapi ketawa
Soo-ha dikatain gitu sama ibu.. hehe)
Di ruang jenguk
penjara. Pengacara Shin menjenguk seseorang, sepertinya napi yang satu sel
dengan Joo-guk.
Pengacara Shin
cerita-cerita sama napi itu sambil mainan apa tau, nyoret-nyoret nama comedian
gitu di kotak-kotakin. Pengacara Shin cerita tentang Hye-sung yang amarahnya
bukan candaan, sama seperti ibunya. Napi tanya apakah HYe-sung minta maap pada
ibunya. Pengacara Shin bilang tidak, mungkin selama 1 bulan dia tidak akan
bicara. Napi tanya lagi berapa usia nya Hye-sung. Mungkin sekitar 27 atau 28
tahun, kata Pengacara Shin. Si napi terdiam.
Pengc. Shin:
“Kenapa? Apakah kamu memikirkan putrimu?”
Napi (belum tau
namanya): “Ga-yeon ku pasti usia sekitar segitu juga sekarang.”
Pengc. Shin: “Oh
iya, aku juga mengira begitu.”
Pengc. Shin mengajak
napi melanjutkan permainannya.
Napi:
“Ngomong-ngomong, apakah ada pria bernama Min Joog-guk datang ke kantor?”
Pengc. Shin: “Tidak ada yang datang. Kenapa? Siapa dia?”
Pengc. Shin: “Tidak ada yang datang. Kenapa? Siapa dia?”
Napi: “Seseorang
yang baru saja keluar dari penjara. Dia sepertinya mengenal pengacara baru di
kantormu. Dia bilang dia harus membayar pinjaman….” Bicaranya tidak selesai
karena permainan itu.
Hye-sung berjalan
sendirin, sepertinya pulang membeli sesuatu. Dia memikirkan kata-kata Seong-bin
saat histeris di persidangan, kata-kata ibunya, dan kata-kata Do-yeon usai
persidangan.
Tiba-tiba dia
dikejutkan oleh anak-anak SMA yang mengambil bola. Mereka marah pada Hye-sung.
Karena Hye-sung menendang bolanya ke jalan waktu itu, bolanya jadi rusak
(Adegan di episode 1 saat Soo-ha menceritakan tentang cinta pertamanya pada
Seong-bin, tidak aku tulis waktu itu, aku pikir gak aka nada lanjutannya,
hehe…mian..). “Apa ahjumma mengingatnya?”
Hye-sung memainkan
bola matanya dan bilang tidak ingat, lalu berjalan pergi dengan perasaan
was-was takut di apa-apain. Ternyata merek mengikuti Hye-sung, tahu kalau
Hye-sung berbohong. Hye-sung jalan semakin cepat. Hye-sung lari, mereka
mengejar. Terlihat sosok Soo-ha tampak belakang.
Hye-sung lari ke
bawah, jalan buntu. Hye-sung mengancam mereka akan dituntut dengan hukuman yang
tidak ringan karena menyerang wanita di malam hari. Tapi mereka tidak terlihat
takut, malah mengejek. Lalu ada yang datang, Soo-ha! (yeeyyy..)
Hye-sung: “Hey Gum!
Lapor polisi atau palin tidak bawa seseorang kemari.”
“Berjanji padaku,
maka aku akan membereskan mereka untukmu.” Kata Soo-ha santai sambil duduk.
Anak-anak SMA itu
pada melongo ngeliatin.
Hye-sung tanya janji
apa? Soo-ha bilang janji bahwa dia tidak akan menyerang terhadap Seong-bin.
Hye-sung marah,
mengapa Soo-ha membawa-bawa masalah itu disini. Soo-ha beranjak dari duduknya.
Hye-sung dengan cepat berkata, “Aku tidak akan menyerah. Sama sekali.” Soo-ha
masih cuek. Hye-sung menambahkan, “Dari awal aku tidak pernah menyerah.”
Anak-anak SMA itu
pada menghela nafas bingung, “apa yang mereka katakana…?”
“Ahjumma…lihat
kesini, apakah kamu benar-benar tidak mengerti suasana saat ini? Kamu lagi
ngomong sama aku!”
Soo-ha menyuruh
mereka menghadapinya, yang satu bersiap mau berkelahi, yang satu bilang kalo
itu Park Soo-ha yang waktu itu mukul Joon-gi, “Ingatlah, Kim Joo-gi
si-tak-terkalahkan.”
Soo-ha siap-siap
meregangkan otot, sampe bunyi “kretek kretek” gitu…
Si yang satu tadi
siap-siap ciut nyalinya, “benarkah?” dijawab benar sama si satu lagi, dia
melihatnya sendiri.
Soo-ha siap
menghampiri mereka. “Tunggu, tetap berdiri disana sebentar. Aku ingin berbicara
denganmu sekarang. Tapi, aigoo, udah malem banget nih. Kita mau belajar buat
ujian sekarang. Jadi, kita ngomongnya nanti aja ya, oke?” mereka beranjak
pergi.
Soo-ha
menghadangnya, “Bagaimana ini? Aku mau ngomongnya sekarang..”
Si satu, “Gue juga,
tapi waktunya gak pas nih.. kita harus ketempat les sekarang..”
Soo-ha: “Hmmm…” dan
mempersilahkan mereka lewat ke kolong kakinya. HA!
Hye-sung mah melongo
aja daritadi..dia terheran-heran, “Cuma gitu aja?”
Soo-ha: “Karena ku
sudah menyelesaikan masalah tadi, jangan lupa sama janjimu. Kamu harus
bertanggung jawab untuk Seong-bin sampai akhir.” (kayak nasehatin anak
kecil,hehe..)
Soo-ha mengantar
Hye-sung pulang, sambil ngobrol..
Hye-sung: “Jadi,
Dong-hee terjatuh setelah bergantung pada pinggiran jendela?”
Soo-ha: “Hmm..”
Hye-sung: “Kenapa
dia bergantung disana? Gak ada orang lain di ruang musik itu kan?”
Soo-ha: “Aku tidak
tahu. Aku ingin mencari tahu lebih banyak, tapi tak ada waktu.”
Hye-sung berpikir
sambil gigit jari, “Dia bergantung disana
sebelum jatuh..? bagaimana aku membuktikannya? Menghadirkan Dong-hee kembali ke
persidangan? Tidak, jika dia berbohong lagi, itu akan menjadi masalah baru. Aku
harus mencari bukti, bukti…”
Soo-ha: “Aku pikir
kamu benar-benar menyerah terhadap Seong-bin.”
Hye-sung: “Diam..
kamu bukan alasanku tidak menyerah, jadi jangan GR…”
Sampai ke depan
rumah Hye-sung.
“Masuklah..” kata
Soo-ha. Mereka berbalik ke arah masing-masing, lalu Hye-sung berbalik memanggil
Soo-ha kembali.
“Hey Gum! Well,
walaupun kamu tidak menolongku sebelumnya, tapi apapunlah, terima kasih.” Lalu
masuk.. (Hye-sung kayaknya tipe orang yang susah minta maap..)
Hye-sung akan masuk
ke rumahnya, dia teringat sesuatu, “Btw, bagaimana si Gum itu tahu alamat
rumahku?” lalu ada sms masuk lagi yang isinya “I’ll be there.” Hye-sung mengira
itu Soo-ha.
---------bersambung ke bagian 3 - 2------------------
No comments:
Post a Comment