Social Icons

Pages

Sunday, November 24, 2013

sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 5 - 1




Soo-ha diborgol dan dipegang oleh 2 orang polisi. Soo-ha berbicara pada Pakpol yang berJaga.

Soo-ha: “Anda membiarkan Joon-guk pergi! Apakah anda mendapatkan alamatnya? Bagaimana dengan nomor telponnya?”
Pakpol Jaga: “Hey, kamu sepertinya salah mengerti. Kamu yang memukul. Min Joon-guk yang dipukul. Kau penjahat, dan dia korbannya. Mengerti?”
Soo-ha: “Anda tidak tahu apa yang dikatakannya? Dia akan balas dendam. Dia mencari seseorang yang bersaksi melawan dia dan akan membunuhnya. 
Pakpol Jaga: “Aku percaya padamu dan bertanya pada saksi di restoran. Tidak ada kata apapun. Min Joo-guk itu relawan di lebih dari 6 tempat, seperti dapur pembuat sup dan penitipan hewan. Dia telah berubah menjadi lebih baik. Lalu kamu menuduhnya tanpa bukti. Kamu setidaknya membawa beberapa bukti.”
Soo-ha kemudian berdiri: “Ada bukti.”
Pakpol Jaga: “Apa? Bukti apa?”
Soo-ha: “Aku mendengarnya. Aku dapat mendengar pikiran…..”
Belum selesai Soo-ha berbicara, ada yang memotongnya, Hye-sung: “Hentikan.”

Hye-sung menatap Soo-ha: “Jangan katakan apapun yang tidak berguna. Kamu hanya akan diperlakuan seperti yang kamu dapatkan di persidangan 10 tahun yang lalu. Park Soo-ha. Sekarang, aku mengingat namamu. Aku mengingat namamu.”
Episode 5
The Words You Shouldn’t Believe
Pakpol meminta Hye-sung mengisi formulir penjamin dengan nama, nomor identitas, dan alamat.
 
Pakpol Jaga memegang palu milik Soo-ha dan melihatnya, “Wow, dia bahkan memiliki senjata. Apa tidak salah kita melepaskannya?” tanyanya pada Pakpol.
Hye-sung sambil menulis menjawab, “Itu bukan senjata. Itu sebuah palu dan dia menggunakannya untuk memperbaiki pintu rumahku yang rusak.”

Pakpol Jaga: “Apakah anda anda memiliki hubungan yang sangat dekat sehingga bisa menjamin karakternya? Anda buka gurunya juga bukan keluarganya.”
Hye-sung masih sambil menulis: “Saya mengenalnya sejak 10 tahun yang lalu. Anda bisa menyebutnya sebagai adik saya.”
Soo-ha menatap Hye-sung.
Pakpol Jaga: “Karena anda seorang jaksa, ada beberapa kemungkinan dari apa yang terjadi… tapi, anda tidak berbohong untuk mencegahnya memiliki catatan kejahatan, kan?”
Pakpol membela: “Dia tidak berbohong! Sepertinya mereka terlihat tinggal bersama.”
Hye-sung lasngsung cegukan, saking kagetnya mungkin, lucu deh… hehe
Pakpol Jaga: “Benarkah?”
Pakpol: “Terakhir kali setelah kejadian ponsel itu, saya pergi ke sekitar rumah anda pada tengah malam, setelah menerima telpon anda. Dan dua orang ini sedang bersama! Di pagi hari, saat patrol, saya juga melihat mereka berdua keluar dari rumah.”
Soo-ha hendak menyangkal, “Tidak, saat itu….”
Kemudian dengan cepat di potong Hye-sung: “Ya! Kami tinggal bersama. Dia murid sekolah menengah atas, jadi banyak yang harus saya lakukan untuknya.”
“Benarkan?” tanya Hye-sung ke Soo-ha sambil merangkul dan menatapnya, “Pura-puralah kalau kita dekat. Panggil aku ‘noona’, cepat!”
Soo-ha terbata-bata: “Ya…Noona.”
(ingat di episode sebelumnya Soo-ha menginap karena dia tertidur? Ternyata si Pakpol ngeliat tuh, dan nyangka mereka tinggal bersama..)
Pakpol Jaga: “Baiklah kalau begitu. Bagaimanapun, apakah  kamu tidak akan menyesali kesalahanmu?” tanyanya pada Soo-ha.
Pakpol jaga menggeplak kepala Soo-ha, “Hey bocah. Jika kau mengikuti pria itu lagi dan menyerangnya, kau akan segera ditangkap, mengerti?”
Hye-sung mendelik ke Pakpol Jaga, Soo-ha sepertinya akan marah, tapi tangannya dengan cepat ditangkap Hye-sung, “Cepat jawab. Bahwa kamu tidak akan melakukannya lagi. Ini satu-satunya cara agar kamu keluar dari situasi ini.”

Akhirnya dengan setengah hati Soo-ha minta maaf, “Saya salah. Saya tidak akan mengulanginya lagi.” Soo-ha menundukkan kepalanya dan digeplak lagi sama Pakpol Jaga.
Hye-sung mendelik lagi, dan saat si Pakpol Jaga akan menggepla kepala Soo-ha untuk ke 3x nya, Hye-sung menahan tangan Pakpol, “Hentikan. Ini bisa dianggap sebuah penyerangan.” Pakpol jaga menurunkan tangannya, dan terlihat malu. Soo-ha juga tadi keliatan banget dia tidaknyaman di geplak-geplak seenaknya gitu.
Hye-sung dan Soo-ha berjalan bersama keluar dari kantor polisi.
Hye-sung: “Bus pasti sudah tidakada sekarang. Kamu punya uang buat bayar taksi?”
Soo-ha: “Iya..”
Mobil polisi berhenti di dekat mereka. Pakpol dan Pakpol Jaga menyuruh mereka untuk masuk karena Pakpol akan mengantar sampai ke rumah. Hye-sung menolak dengan alasan akan naik taksi. Tapi Pakpol bilang di lingkungan itu tidak banyak taksi lewat. Lagipula Pakpol mau patrol, jadi sekalian aja. Yasudah terpaksa deh mereka masuk.
Di dalam mobil, Pakpol mengatakan dia ssudah menduga kalo Hye-sung dan Soo-ha itu sodaraan. Dan Pakpol mengatakan sesuatu yang Hye-sung belum tahu.
Pakpol: “Setelah kejadian ponsel itu, dia menemui saya dan meminta untuk terus melanjutkan pencarian untuk menangkap penjahatnya, dan dia juga bilang kalau dia tahu siapa pelakunya. ‘Dia sangat takut dan dia sulit tidur’. Dia mencari tahu lebih banyak karena Noona-nya. Wow. Saya tahu kalian berdua sangat dekat.”
Hye-sung melirik Soo-ha, Soo-ha nya buang muka, ketahuan deh..
Pakpol pada Hye-sung: “Ngomong-ngomong, apa hubunganmu dengan Min Joon-guk? Setelah kejadian ponsel, anak ini selalu mengatakan Min Joon-guk adalah tersangka.”
Soo-ha menunduk.
Hye-sung: “Lalu, apakah anda menyelidiki kasusnya?”
Pakpol Jaga: “Ponsel itu tidak ada hubungannya dengan Min Joon-guk. Setelah bebas dari penjara, dia telah menjadi relawan di berbagai tempat. Alasan apa yang kau miliki pada Min Joon-guk sampai kau melakukan hal seperti ini?” tanya nya pada Soo-ha.
Hye-sung yang menjawab, “Sepuluh tahun yang lalu, Min Joon-guk membunuh ayah anak ini. Saya adalah saksi untuk kasus itu.”
Duo Pakpol kaget dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
Sampai di depan rumah Hye-sung. Pakpol Jaga bilang dia mengerti atas kejadian di masa lalu tapi tetap saja Soo-ha tidak boleh menyerang orang yang tidak bersalah. Pakpol berjanji akan terus mengawasi Joon-guk, dan meminta Soo-ha untuk menunggu dan tidak menimbulkan masalah.
Pakpol Jaga memperingatkan Hye-sung, jika lain kali Soo-ha menimbulkan masalah lagi, maka Hye-sung harus bertanggung jawab.
Hye-sung merangkul Soo-ha dan meng-iya-kan, jangan cemas.
Pakpol: “Apa yang kalian lakukan? Apa kalian tidak akan masuk?”
Hye-sung gugup, dan masih merangkul Soo-ha, “Ya..kami akan masuk. Ayo S-Soo-ha.”
Soo-ha: “Hah? Ya…Noona.”  (ekspresinya Soo-ha lucu.. males2an gitu, bibirnya manyun… hohhoho..)
Hye-sung menggandeng Soo-ha dan berbalik, mereka jalan perlahan, dan menengok ke belakang bersamaan.  Tadaaa, Pakpol masih ditempat tadi dengan senyumannya. (jiaaahh, hahaha…)
Hye-sung terus menggandeng Soo-ha sampai masuk ke dalam rumah.
Soo-ha menanyakan sepatu laki-laki yang ada disana, “Apakah kau tinggal dengan seseorang?”
Hye-sung: “Aku meletakkannya disana agar terlihat seperti itu.” (emang sengaja biar disangka ada cowoknya, wanita korea yang tinggal sendiri sering yang kyk gitu.. jadi kalo ada pencuri disangkanya ada cowok tinggal disitu, setauku gitu..)
Soo-ha: “Karena itu juga kau memesan dua mangkuk Jjajangmyun?”
Hye-sung: “Ya.. kamu sudah makan malam?”
Soo-ha: “Tidak apa-apa. Aku tidak lapar, kamu makan aja.” (tapi perutnya bunyi! Krukk…. Bwahahaha…)
Hye-sung: “ Ada apa dengan ‘kamu’? kalau kamu panggil ‘noona’, aku akan kasih kamu makanan.”
Soo-ha: “Aku sudah bilang aku tidaklapar.” Suara Soo-ha tertahan, karena perutnya bunyi lagi! Dan lebih panjang! Kriuuukkkkk… ahahahaha… malu banget pasti, karena Soo-ha buru-buru pamit pergi. Kayaknya Soo-ha tidak mau makan makanan doggy lagi deh, hehe…
Hye-sung: “Tetap disini. Kita bohong sama pakpol itu bahwa kita tinggal bersama. Untuk sementara, tutup mata saja dan tinggalah disini.”
Hye-sung mencoba membuka makanan kaleng, tapi susah. Lalu dia berpikir: “Bagaimana jika Min Joon-guk datang lagi? Anak ini harus tetap disini untuk sementara.”
Soo-ha menghampiri Hye-sung dan membukakan makanan kalengnya.
Hye-sung membuat makanan seperti makanan doggy lagi, mian kalo kasar bahasanya.. : )
Hye-sung sambil mengaduk makanan: “Kenapa kamu tidak ngasih tau aku siapa kamu sebenarnya? Sangat lama untukku mengenalimu.”
Soo-ha: “Aku sudah bilang namaku Park Soo-ha. Aku sudah bilang, tapi kamu yang tidak mengenaliku.”
Hye-sung: ”Hey, bagaimana kamu bisa mengira aku akan mengenalimu? Ini sudah 10 tahun berlalu.”
Soo-ha: “Aku mengenalimu. Aku mengenalimu hanya dengan melihat namau saja. Bahkan setelah 10 tahun.”
Hye-sung menatap Soo-ha: “Ada apa dengan anak ini? Mungkinkah, aku cinta pertamanya atau semacamnya?”
Soo-ha: “Bukan seperti itu.”
Hye-sung: “Jika bukan, lalu kenapa kamu melakukan semua ini? Mengapa kamu menjagaku bahkan setelah 10 tahun?”
Soo-ha: “Aku hanya tidak ingin berhutang budi. Itu saja.”
Soo-ha kemudian makan pakai centong nasi lagi! HA, gak bisa nahan ketawa, padahal momennya mellow..
Hye-sung yang keluar kamar akan mengambil minum melihat Soo-ha tertidur di sofa. Dan mengingat kehadiran Soo-ha disampingnnya saat kejadian ponsel, dan memperbaiki pintunya. Hye-sung pun melihat jempol tangan Soo-ha yang terluka. Dia lalu mempersihkan dan mengobatinya. Soo-ha terbangun, dia tersenyum menatap Hye-sung. Hye-sung posisinya ngebelakangin Soo-ha jadi gak liat Soo-ha bangun. Soo-ha nya pura-pura tidur lagi pas Hye-sung meletakkan tangannya. (Ost. Time…)
Hye-sung masuk kamar lagi. Soo-ha melihat jarinya yang sudah diobati. Lalu flashback..
Soo-ha kecil sedang duduk dibangku suatu tempat, seperti tempat kesehatan gitu. Di hari yang sama dengan saat ia ditinggalkan pamannya, tapi ini sudah malam. Soo-ha melihat ke luar dan melihat balon yang diterbangkan pamannya yang tersangkut di pohon. Soo-ha kecil memanjat pohon. Berusaha meraih balon itu, tapi tidak bisa dan kemudian dia terjatuh. Jempol kirinya terluka, jempol yang sama dengan yang sekarang dipandanginya. Soo-ha kecil menangis.

Tapi ku rasa bukan karena sakit luka jemponya, tapi sakit luka di hatinya.
Flashback end..

Pagi hari. Soo-ha sedang memperbaiki lagi gagang pintu depan. Lagi di ugreg-ugreg gitu, (apa bahasa indonesianya ya?), tiba-tiba dari dalam Hye-sung membuka pintunya dan membuat Soo-ha kejedot plus kejengkang. Hehe…
Soo-ha memegangi kepalanya dan meringis, Hye-sung cuma bilang “maap”.
Soo-ha berdiri dan sambil manyun masih memegangi kepalanya. Soo-ha lalu memandangi Hye-sung dari ujung kaki sampai ujung kepala. Hye-sung memakai sepatu kets, celana panjang, dan membawa payung.
Soo-ha: “Apa kamu mau berangkat kerja dengan pakaian seperti itu? untuk apa payung itu? apa kamu berpikir itu cukup untuk menghadapi Min Joon-guk?”
Hye-sung: “Hey, tidak adakah yang bisa kamu lakukan dengan kemampuan membaca pikiranmu itu, seperti melakukan beberapa pengecualian?” (Hye-sung kesal Soo-ha tau aja apa yang dipikirin sama dia..)
Soo-ha mengabaikan pertanyaan itu dan bertanya balik, “Memang tidak apa-apa kamu pergi ke kantor dengan pakaian seperti itu? memangnya tidak ada persidangan yang harus kamu hadiri?”
Hye-sung: “Apapun itu, aku harus mengutamakan keselamatan. Haruskan aku mempelajari beberapa kemampuan pertahanan diri”

Soo-ha tersenyum lalu mengambil payung Hye-sung, “Jika ini untuk pertahanan diri, jangan menggantungnya di belakang tapi pegang saja.” (aaiihh… adegan Soo-ha “memeluk” Hye-sung dari belakang lagi.. senyum-senyum sendiri aku, tapi Hye-sung mah biasa aja, kayaknya dia memang belum melihat Soo-ha sebagai pria.)
Soo-ha pun mengajari Hye-sung, memukul kesamping jika ada seseorang yang mencoba menyerang dari samping, jika tidak pegang payung ya pake siku. Lalu tending, terutama di bagian sensitifnya. Hehe..
Hye-sung pun mengerti. Lalu bertanya setelah itu apa yang harus ia lakukan. Berlari sekencang-kencangnya, jawab Soo-ha.

Hye-sung: “Saat kamu bertemu Min Joon-guk, apakah kamu membaca pikirannya?”
Soo-ha: “Ya…”
Hye-sung: “Apakah ponsel itu perbuatannya?”
Soo-ha: “Iya…”
Hye-sung terlihat cemas, “Apakah dia mau balas dendam sama aku?”
Soo-ha: “Dia tidak akan bisa melakukan apapun sekarang. Polisi sedang mengawasinya, begitu juga aku.”
Hye-sung dan Soo-ha berangkat bersama. Dan o-ow, kaki siapa itu? Min Joon-guk mengamati mereka dari belakang. Soo-ha berhenti berjalan, seperti merasakan ada yang mengawasi, dia pun menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa karena Joon-guk sudah sembunyi lagi. Setelah Soo-ha berbalik lagi, Joon-guk berbicara sendiri.
Joon-guk: “Gadis ini sangat sulit untuk didapatkan karena anak itu. cara ini mungkin lebih mudah.”   Kata Joo-guk sambil melihat brosur restoran ibu yang sempat dicurinya saat kejadian hp itu. o-ow.. apa yang direncakannya..
Hye-sung menerima telpon dari ibu. Ibu menanyakan tentang kencan buta yang waktu itu ibu tawarkan, ibu bertanya kapan Hye-sung bisa menemuinya.
Mendengar kata kencan buta, Soo-ha yang tadinya sedang membaca buku dan mendengarkan lagu, langsung kepo, nguping deh…
Hye-sung bertanya seperti apa pria itu.
Ibu: “Dia tidak menunjukkan kalau dia kaya dan terlihat sangat baik.”
Lalu Hye-sung bertanya apa pria itu berbadan besar, atau terlihat bisa berkelahi. Ibu heran, bukannya Hye-sung lebih mementingkan  uang daripada badan.
Hye-sung: “Sudah berubah. Sekarang badan dulu baru uang. Jadi bagaimana badannya?”
Ibu bilang walaupun belum pernah melihatnya tanpa pakaian, otot bisepnya terlihat seperti batu. Wkwkwkwk…
Hye-sung kemudian berjanji akan meluangkan waktu minggu depan.

Soo-ha agak kaget mendengar apa yang ada di pikiran Hye-sung: “Akankan aku merasa lebih aman jika aku memiliki pacar?”
Soo-ha menggeleng, panik dia. Trus minta hp nya Hye-sung. Soo-ha menginstal aplikasi tacking, jadi dia bisa tahu Hye-sung ada dimana lewat hp nya.
Hye-sung: “Jadi, jika terjadi sesuatu kamu bisa tahu dimana menemukanku?”
Soo-ha tak menjawab.
(Yes, noona. Jadi jangan berpikiran untuk memiliki pacar, karena aku akan menemukanmu. Begitu kira-kira kata Soo-ha. : ))
Hye-sung terpana. “Wah, kau mirip CSI. Kamu pintar juga ya..”
Soo-ha: “Bukan aku yang pintar, tapi kamu yang memerlukan kecerdasan lebih.” (Hahahaha… dengan kata lain Soo-ha ngatain Hye-sung oon.. masa yang kayak gitu aja gak tau,, hehe..)
Hye-sung kesal, “Kamu benar-benar memiliki ketangkasan untuk berbicara dengan jahat.”

Pengacara Shin dan Yoo-chang membeli minuman bersama di café. Pengacara Shin bertanya kemana perginya Kwan-woo dan Hye-sung. Mereka sedang menemui di kembar, kata Yoo-chang.
Pengacara Shin: “Kasus ini sangat rumit. Pada awalnya mereka berdua mengakui penikaman itu. benar kan?
Yoo-chang: “Ya, tapi kemudian cuma si adik yang bilang dia menusuk, dan si kakak mengubah pernyataannya, dia tidak menusuk.”
Pengacara Shin: “dan sekarang, mereka berdua mengatakan mereka tidak melakukannya.”
Yoo-chang: “Pengacara Jang sedikit meyakinkan si adik untuk tidak mengambil kesalahan untuk kakaknya.”
Pengacara Shin: “Lalu, mengapa mereka mengubah apa yang mereka katakana dan membuat semua orang bingung?”
Yoo-chang: “Sebenarnya….”
Adegan beralih ke Kwan-woo yang sedang menemui si kakak Jeong Pil-jae.
Kwan-woo: “Kau punya catatan criminal dua tahun yang lalu.”
Pil-jae: “Pil-seung, anak itu tidak punya uang kuliah, dia sangat marah, dengan kata lain aku merampok di beberapa rumah kosong untuknya.”

Kwan-woo: “Kalian kembar, tapi adikmu sepertinya pintar.”
Pil-jae: “Di sekolah menengah, IQ-nya adalah 152. Otaknya benar-benar xxx cepat.” (berkembang cepatkah? Disensor dari sananya.)
Beralih ke Hye-sung yang menemui Jeong Pil-seung.
Hye-sung: “Mengapa kakakmu merampok?”
Pil-seung: “Awalnya dia sangat baik, kemudian dia berjudi dan menjadi seperti itu.”
Pil-seung menambahkan, “Ah, tolong jangan katakan apapun tentang judi di persidangan.”
Hye-sung: “Kita lihat nanti.”
Kwan-woo: “Lalu mengap adikmu mencoba menaruh kesalahan padamu?”
Pil-jae: “Mungkin dia tidak bisa berdiri dengan melihat saya. Setiap kali bertemu, dia memohon pda saya untuk pergi dari hidupnya.”
Kwan-woo: “jadi, dia mencoba menggunakan kasus ini untuk mengirimmu ke penjara?”
Pil-jae: “Itu benar. Saya punya catatan criminal. Jadi, setiap orang akan percaya jika saya adalah penjahatnya.”
Hye-sung: “Mengapa kakakmu mencoba menaruh semua kesalahan padamu?”
Pil-seung: “Kakaku selalu merasa iri dengan hidup saya. Saya masuk universitas dan tidak mempunyai catatan criminal. Kami memiliki wajah yang sama, tapi mengapa kehidupan kami berbeda? Dia iri terhadap semua yang saya miliki.”
Hye-sung: “Mungkinkah, pacarmu juga?”
Pil-seung hanya mengangguk dan tertunduk sedih.

Kembali ke Yoo-chang dan Pengacara Shin. Jadi yang tadi itu ceritanya Yoo-chang.
Pengacara Shin: “Apakah mereka tidak mengatakan bahwa saat yang satu menikam dan yang satu berusaha mencegahnya?”
Yoo-chang: “Ya. Tapi jaksa mengatakan mereka berdua sudah merencanakannya (perampokan) dan menuntut mereka berdua dengan ‘joint principal offenders’.”
(jadi, mereka akan mendapatkan hukuman yang sama, tidak peduli siapa pelaku sebenarnya.)
Yoo-chang: “Jika anda melihat CCTV anda dapat melihat dengan jelas salah satu dari mereka mencoba mencegah saudaranya.”
Pengacara Shin: “Karena mereka kembar, sangat mungkin untuk sulit membedakan mereka berdua.”
Yoo-chang: “Pengacara Cha dan Pengacara Jang dua-duanya mengajukan pernyataan terdakwa tidak bersalah.”
Pengacara Shin: “Kasus ini akan jadi lebih rumit daripada yang aku bayangkan. Salah satunya menbunuh seseorang, tapi mereka berdua mengatakan mereka tidak melakukannya. Dan mereka kembar identik.”
Yoo-chang: “Jika mereka tidak dapat menentukan siapa yang bersalah, akankah berakhir seperti ‘kasus pembunuhan Itaewon’?” (kasus terkenal-kedua tersangka pembunuhan dibebaskan.)
Pengacara Shin: “Lalu mungkin mereka berdua akan bebas. Untuk mencegah itu, jaksa menuntut mereka berdua sebagai ;joint principal offenders’.”
Lalu mereka melihat Hye-sung di sebrang jalan dan heran mengapa Hye-sung membawa payung. Apakah akan hujan, tanya Pengacara Shin sambil melihat ke langit. Yoo-chang tidak berpikir akan hujan.
Kemudian mereka melihat Kwan-woo yang jalan sambil loncat-loncat kayak anak kecil, di belakang Hye-sung. Pengacara Shin mengomentari Kwan-woo, di menilai Kwan-woo menjalankan hidupnya dengan gembira. Yoo-chang memberitahu Pengacara Shin bahwa di malam mereka makan malam, Kwan-woo mem-piggyback Hye-sung, mungkin mereka memulai pacaran. Yo-chang tertawa.
Kwan-woo mengikuti Hye-sung. Dia mengendap-endap di belakang Hye-sung. Lalu mengagetkan Hye-sung dengan berteriak dari samping. Dia berhasil, Hye-sung memang kaget. Dan membuatnya mempraktekkan apa yang di ajarkan Soo-ha. Sampai akhirnya Hye-sung sadar kalau itu Kwan-woo. Kwan-woo meringis kesakitan.
Dikantor Kwan-woo masih meringis kesakitan. Pengacara Shin dan Yoo-chang mengkhawatirkannya.
Pengacara Shin: “Apakah kau tidak melakukan x-ray?”
Kwan-woo: “tidak perlu. Lagipula nanti saya harus ke persidangan.”
Yoo-chang lalu menyingsingkan lengan baju dan berkacak pinggang, “Pengacara Jang, apakah kamu tidak akan minta maap?”
Yang bersangkutan sedang memberi makan anak anjing.
Hye-sung: “Mengapa mengagetkan orang seperti itu? itu sama saja dengan menyerang organ pendengaranku.” Hye-sun menunjuk telinganya. “Saya diserang dan saya hanyan mempertahankan diri dari serangan Pengacara Cha.”
Yoo-chang: “Itu pertahanan diri yang berlebihan. Juga, bagaimana jika kau menyakiti ‘area’ Pengacara Cha hingga dia tidak bisa mempunyai anak.”
Kwan-woo: “Sudahlah. Aku sudah mengeceknya di toilet dan semuanya tampak baik-baik saja.”
Hye-sung: “Dengar kan? Dia bilang tidak apa- apa”
Yoo-chang terlihat kesal dengan sikap Kwan-woo, “Kau benar-benar tidak bisa marah. Bahkan ketika kamu di pukul, kamu berada disisinya dan bahkan minta maaf. Aku akan memanggilmu Buddha Cha mulai sekarang.”
Hye-sung juga kesal dan berteriak, “Baik, aku minta maf. Itu salahku, OK?”
Yoo-chang: “Apa itu yang namanya minta maaf..”
Pengacara Shin: “bahkan walaupun dia buang angin, dia menyalahkan orang lain disampingnya.”
Kemudian Hye-sung mengatakan, kasus mereka bukan ‘joint principal offenders’, si kakak 100% adalah penjahatnya. Kwan-woo membantah, penjahatnya 100% si adik. Hye-sung meminta Kwan-woo untuk berehnti bicara, dan kemudian pergi. Kwan-woo berusaha mengejarnya dan mengajak makan bersama. Tapi kakinya tiba-tiba lemes, dia terjatuh.
Hye-sung makan di kantin kantor, tiba-tiba Do-yeon duduk dimejanya.
Hye-sung: “Apakah kita sedekat itu sampai bisa makan bersama?”
Do-yeon: “Kita tinggal di rumah yang sama dan pergi ke sekolah yang sama. Apakah kita tidak cukup dekat?”
Do-yeon ini ada maunya nyamperin Hye-sung, dia tanya tentang kasus si kembar. Hye-sung bilang Do-yeon pasti takut salah menuntut salah satu dari mereka, makanya menuntut mereka berdua bersama. Do-yeon tidak menyangkal, kali ini Hye-sung benar. Do-yeon bilang ekspresi mereka saat mengatakan bukan mereka yang menikam, adalah sama, terlihat seperti sebaliknya. Jadi Do-yeon juga kurang percaya.
Do-yeon bilang dia punya rencana lain, dan akan mengatakaanya pada Hye-sung, tapi dia meminta Hye-sung menolongnya, tapi ditolak Hye-sung.

Hakim Kim dan dua hakim lainnya, kembali melihat Hye-sung yang sedang muter-muter di pintu.
Hakim Kim: “Ckckck. Dia melakukannya lagi.”
Lalu mereka pergi.
Hye-sung berpikir sambil muter-muter dipintu,”Rencana apa? Apakah dia hanya menyombongkan diri? Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu? Ini membuatku gila. Haruskah aku mengatakan pada Pil-seung untuk menerima tuntutan? Tidak, tidak.”

Hp nya berbunyi, ada sms dari Soo-ha, “Selesai kerja jam berapa? Aku akan menjemputmu.”
Hye-sung pun tersenyum lega, “Oh ya, Gum akan ada disana membantuku.”
Hye-sung membalas smsnya, “Sebenarnya telah tejadi sesuatu, aku harus meminta tolong padamu.”
Soo-ha dikelas lagi smsaan, ditutupi oleh buku, jadi Pak Guru tidak melihatnya. Joo-gi yang duduk dibelakang melihatnya dan merebut hp Soo-ha dan melaporkannya pada Guru.
Joon-gi: “Guru! Park Soo-ha smsan di kelas!” katanya sambil mengacungkan hp Soo-ha.
Guru membaca sms Soo-ha, “Kau tidak hanya sms tapi juga pacaran.”
Seong-bin terkejut mendengarnya.

Soo-ha: “Bukan begitu pak…”
Guru: “Park Soo-ha, jangan berharap kamu bisa pulang cepat. Saya akan mengawasi kamu.”
Soo-ha berusaha meminta kelonggaran pada Guru agar memberikannya kesempatan untuk menelpon seseoran dan mengembalikan hp-nya. Tapi Pak Guru tidak mau memberikan hp-nya, dia sita, dan akan dikembalikan setelah pelajaran malam.

Sudah sore, dan hujan. Hye-sung merasa bersyukur dia membawa payung tadi pagi. Hye-sung membuka payungnya dan berjalan menuju kantor. Kwan-woo melihat dan memanggilnya. Tapi Hye-sung tidak mendengar. Akhirnya Kwan-woo mengikutinya dengan menutupi kepalanya memakai tas. Dia akan menepuk pundak Hye-sung, mungkin untuk meminta payungan bareng. Tapi tidak jadi, dan dia hanya mengikutinya begitu saja.
Sampai di gedung kantor. Hye-sung kaget melihat Kwan-woo hujan-hujanan.
Hye-sung: “Apa yang kamu lakukan disini? Apakah kamu juga dari gedung persidangan?”
Kwan-woo: “Ya.. aku mengikutimu tadi.”

Hye-sung: “Kenapa tidak memanggilku? Kita bisa payungan bersama.”
Kwan-woo: “Aku takut mungkin kamu akan terkejut lagi seperti tadi. Jadi aku hany mengikutimu saja.”
Kwan-woo lagi: “Pengcara Jang, apa yang terjadi hari ini?”
Hye-sung: “Kenapa?”
Kwan-woo: “Kau terlihat cemas, sepertinya sedang dikejar seseorang. Aku cemas.” (aw, co cwit..)
Hye-sung: “Tidak ada hal seperti itu. “
Kwan-woo membersihkan rambutnya dan mengajak Hye-sung masuk. Hye-sung menahannya dan meminta maaf atas kejadian sebelumnya, walaupun dia punya alasan tersedniri. Tapi dia mengakui kalau dia terlalu kuat menyerangnya. Kwan-woo bilang dia akan lebih berhati-hati.
Hye-sung lalu mengajak Kwan-woo untuk membahas beberapa hal untuk persidangan si kembar besok.
Kini mereka berdua duduk berdampingan di suatu ruangan.
Kwan-woo: “Jaksa bilag dia punya rencana?”
Hye-sung: “Ya.. apa kamu punya pendapat? Tidak ada darah dan sidik jari. Lalu apa?”
Kwan-woo terlintas sesuatu, “apakah kamu dekat dengan Jaksa Seo Do-yeon?”
Hye-sung: “Tidak, aku tidak menyukainya. Bahkan lebih buruk dari tidak menyukai. Kapanpun aku mendengar suaranya, itu terasa seperti kuku menggaruk papan.”
Kwan-woo: “tapi kamu bilang dia datang menghampiri untuk makan bersama. Benar?”
Hye-sung: “ya..”
Kwan-woo: “Berarti Jaksa tidak mempunyai rencana. Tangan kosong. Menyombongkan diri.”
Hye-sung: “Aku juga berpikir demikian, tapi kamu tidak tahu kan..” (jika kenyataan bisa sebaliknya.)
Kwan-woo: “Jika dia mempunyai sesuatu. Dia tidak akan mendatangimu sebelum persidangan. Mencarimu sebelum persidangan itu berarti dia tidak punya apa-apa.”
Hye-sung: “Tapi tetap saja…..”
Kwan-woo: “Jangan goyah atau gugup. Banteng yang gusar hanya melihat bendera merah, bukan matador. Sekarang, Jaksa melambaikan bendera merah untuk membuatmu gusar, Pengacara Jang.”
(Aku suka analisis Kwan-woo.. tidak heran di begitu, dia kan mantan polisi penyelidikn..)

Hye-sung menatap Kwan-woo dengan pandangan terpana?
“Itu berarti, aku seekor banteng, jadi….aku diharapkan untuk marah, tapi kenapa aku tidak merasa marah?” Hye-sung mengangkat tangannya perlahan-lahan, akan menyentuh wajah Kwan-woo.
“Mataku sudah gila, dan sekarang kepalaku ikut gila? Apa yang sedang kulakukan?” Hye-sung pun menyentuh wajah Kwan-woo.
Kwan-woo kaget, “Pengacara Jang?”
Hye-sung tersadar dan mencubit pipi Kwan-woo, “Zzi zzi pong!”  (semacam permainan saat dua orang mengatakan hal yang sama pada saat yang sama.)
Kwan-woo: “Apa yang kamu lakukan….”
Hye-sung mengalihkan perhatian, “Aku setuju dengan pemikiranmu. Itu sebabnya, zzi zzi pong. Apa kamu tidak tahu?” bentak Hye-sung.
Kwan-woo: “Ah ya…zzi zzi pong…aku tahu itu…” Kwan-woo masih kaget.
Hye-sung mendesah dan berkata dengan pelan, “Aku gila, gila. Sial.”
Hari sudah malam. Kwan-woo bersiap-siap akan pulang dan mengambil payung dilacinya. Di luar masih hujan.
Hye-sung di depan kantornya berusaha menghubungi Soo-ha, tapi tidk diangkat, “Apa yang dilakukan Gum? Dia bilang akan menjemputku, tapi dia bahkan tidak mengangkat telponnya.” Hye-sung melihat jam tangannya dan mengatakan masih sore, jadi dia bisa pulang sendiri.
Kwan-woo muncul, hendak membuka payungnya, tapi tidak jadi dan memasukkan kembali payung ke tasnya saat dia melihat Hye-sung.

Kwan-woo: “Mengapa kamu belum pulang? “
Hye-sung: “Ini mau pergi.”
Kwan-woo tersenyum, “Aah, hujan turun. Aku tidak bawa payung. Pengacara Jang, bisakah aku meminjam payungmu?”
Hye-sung: “Tidak. Lalu aku bagaimana?”
Kwan-woo: “Lalu kita bisa melakukan ini. Pertama, kita menggunakan payungnya untuk mengantarmu pulang ke rumah. Lalu setelah sampai, kamu berikan payungnya padaku. Bagaimana? Tidak apa-apa, kan?”
Hye-sung: “Bagaimana ini? Dia mencoba mendekatiku? Apakah aku terlihat begitu mudah? Kamu pegang payungnya.”  (Duh, eon.. kau terlihat begitu mudah… kayaknya Hye-sung udah mulai suka sama Kwan-woo deh.)
“Baiklah.” Kwan-woo mengambil payung dari tangan Hye-sung dan kemudian memayunginya.

Di sekolah. Soo-ha masih harus mengerjakan soal. Dia terlihat gusar dan melihat jam ditangannya. Pukul 9 malam. Soo-ha mengambil tasnya dan mengendap keluar, tapi ketahuan Pak Guru.
Seong-bin yang melihatnya mendengus kesal. Tapi kemudian dia pura-pura sakit perut. Meminta Soo-ha mengantarnya ke ruang perawat. Guru pun ikut panik dan menyuruh Soo-ha cepat membawa Seong-bin.

Joon-gi yang sepertinya menyukai Seong-bin menghampirinya dan mencoba untuk memapahnya, tapi di dorong oleh Seong-bin sampe kejengkang, hehe..
Soo-ha membopong Seong-bin keluar, melewati Joon-gi yang masih bengong dengan posisinya.

Seung-bin terus berteriak kesakitan. Sampai di lantai bawah dia meminta Soo-ha untuk menurunkannya.
Soo-ha: “Aku pikir tanganku akan lepas.”
Seong-bin: “hey, aku menolongmu keluar dari kelas. Tidakkah seharusnya kamu berterimakasih lebih dulu?”
Soo-ha: “Kapan aku meminta tolong padamu?”
Seong-bin: “Aish.. apakah kamu akan menemui  pengacara itu?”
Soo-ha: “Ya.. ada yang ingin dia katakan padaku.”
Seung-bin menyerahkan hp Soo-ha yang disita Pak Guru, Seong-bin mengambilnya diam-diam. Soo-ha berterima kasih dan berjanji akan mentarktir Seung-bin di cafetaria besok. Soo-ha pun pamit pergi.

Soo-ha berlari menuju halte bis sambil memakai payung dan menelpon Hye-sung. (multitasking banget deh ni Soo-ha..)
Hye-sung tidak juga mengangkat telponnya. Soo-ha mencoba menelpon ke kantornya, juga tidak diangkat karen Hye-sung kan sudah pulang.
Soo-ha melacaknya lewat aplikasi ponsel dan mengetahui Hye-sung sudah di dekat rumah.

Hye-sung dan Kwan-woo berjalan sambil mengobrol. Kwan-woo membahas persidangan besok. Dia bilang mereka harus menghentikan Jaksa untuk tuntutan ‘joint principal offenders’. Saat Kwan-woo menjelaskan panjang lebar, Hye-sung sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Setelah sampai nanti…apa yang harus aku katakan saat dia akan pergi? Haruskah aku hanya melambau dan mengatakan ‘hati-hati dijalan’? itu sepertinya terlihat kaku. Atau, haruskah aku memegang tangannya dan mengatakan ‘selamat tinggal’? tidak. Itu terlihat terlalu dekat. Apa yang paling bagus? Apa yang harus ku lakukan?”
Kwan-woo: “Besok, kita harus bertemu sebelum persidangan. Akan lebih baik jika kita menyocokkan mulut kita.”
Hye-sung kaget: “Apa? Maksudku, kenapa kita harus menyocokkan mulut?”
(Hye-sung salah focus gara-gara gak ngedengerin Kwan-woo ngomgong, hehehe..)
Kwan-woo bingung: “Kita kan team, bukankah seharusnya menyocokkan kata-kata?”
Ooh.. barulah Hye-sung nyambung…

Soo-ha sudah hampir sampai, dia berhenti menerima telpon Seung-bin.
Seung-bin: “Apakah kamu sudah bertemu pengacara itu?”
Soo-ha: “Belum.”
Seung-bin: “Cinta pertama yang pernah kamu bicarakan…pengacara itu bukan?”
Soo-ha: “Apa yang kamu katakan?”
Seung-bin: “Kakak itu… apakah kamu masih menyukainya?”
Agak ragu Soo-ha menjawab: “Apa kau gila? Itu sudah lama.”
Seung-bin: “Lalu mengapa kamu sangat perhatian padanya?”
Soo-ha: “Uh, itu karena… dia menolongku sebelumnya. Aku tidak suka berhutang budi pada siapapun, jadi aku ingin menolongnya.”
Seung-bin: “Oh, begitu..”
Soo-ha: “Kamu menelponku hanya untuk menanyakan ini?”
Seung-bin: “Tidak. Aku menelpon karena aku menyukaimu. Itulah mengapa aku menelponmu.”
Soo-ha: “Aku tahu. Kamu sudah mengatakannya ke seluruh sekolah.” Soo-ha tersenyum, lalu melihat kea rah rumah Hye-sung dan melihat Hye-sung bersama Kwan-woo sedang tersenyum-senyum.

 
Oow…
Seong-bin: “Tidak. Bukan seperti itu. Aku benar-benar menyukaimu. Aku menyadarinya hari ini.”
(dari sini aku gak yakin Soo-ha mendengar kata-kata Seung-bin atau tidak karena Soo-ha menurunkan telponnya dari telinga. Tapi, kita msih bisa mendengarnya.)
Payung Soo-ha terlepas. Dan telponnya dia jauhkan dari telinga.
“Aku tahu bahwa kau tidak menyukaiku. Tidak apa-apa jika hanya aku menyukaimu.”
“Tapi, saat kau sedang bersama seseorang, atau saat kau menyukai seseorang, itu sangat aneh.”
“Aku tidak baik-baik saja dengan hal itu.”

“Hanya memikirkannya saja membuat hatiku merasakan sakit yang luar biasa, berdetak cepat.”
“Itu mungkin karena aku menyukaimu lebih banyak.”
Komentar:
Kwan-woo ternyata emang keren banget, Pengacara Shin gak salah, dia mempunyai kemampuan menganalisi yang sangat baik. Mungkin karena dia mantan polisi kali ya..
mau komen sedikit tentang kasus si kembar. Aku merasa yang berbohong adalah si adik. Dia yang menikam, dan sengaja melimpahkan kesalahannya pada kakaknya. Agar kakaknya dipenjara. karena mungkin dia benar merasa malu dan takut kalau kakaknya mencemari nama baiknya.
si kakak kan di catatan kejahatannya mencuri di rumah kosong, dan tidak membunuh.
wapaupun si kakak terlihat lebih agresif dan si adik lebih pendiam, tapi siapa yang tau. Kan katanya tidak boleh menilai sebuah buku hanya dari covernya saja.
oya, untuk foto, kayaknya aku gak bisa kalau gak ngegabung.. terlalu banyak ekspresi yang ingin aku share, setiap bagian episode bisa sampai 150 foto, dan dirumah sulit sekali untuk meng-upload dalam jumlah banyak, mungkin bisa tapi butuh waktu banyak. Mohon pengertiannya ya.. Tapi aku usahkan mempost foto nya dengan ukuran paling besar. Terima kasih... :)

No comments:

Post a Comment

 

Sample text


Sample Text

Tasya azira