Soo-ha diborgol dan
dipegang oleh 2 orang polisi. Soo-ha berbicara pada Pakpol yang berJaga.
Soo-ha: “Anda
membiarkan Joon-guk pergi! Apakah anda mendapatkan alamatnya? Bagaimana dengan
nomor telponnya?”
Pakpol Jaga: “Hey,
kamu sepertinya salah mengerti. Kamu yang memukul. Min Joon-guk yang dipukul.
Kau penjahat, dan dia korbannya. Mengerti?”
Soo-ha: “Anda tidak
tahu apa yang dikatakannya? Dia akan balas dendam. Dia mencari seseorang yang
bersaksi melawan dia dan akan membunuhnya.
Pakpol Jaga: “Aku
percaya padamu dan bertanya pada saksi di restoran. Tidak ada kata apapun. Min
Joo-guk itu relawan di lebih dari 6 tempat, seperti dapur pembuat sup dan
penitipan hewan. Dia telah berubah menjadi lebih baik. Lalu kamu menuduhnya
tanpa bukti. Kamu setidaknya membawa beberapa bukti.”
Soo-ha kemudian
berdiri: “Ada bukti.”
Pakpol Jaga: “Apa?
Bukti apa?”
Soo-ha: “Aku
mendengarnya. Aku dapat mendengar pikiran…..”
Belum selesai Soo-ha
berbicara, ada yang memotongnya, Hye-sung: “Hentikan.”
Hye-sung menatap
Soo-ha: “Jangan katakan apapun yang
tidak berguna. Kamu hanya akan diperlakuan seperti yang kamu dapatkan di
persidangan 10 tahun yang lalu. Park Soo-ha. Sekarang, aku mengingat namamu.
Aku mengingat namamu.”
Episode 5
The Words You Shouldn’t Believe
Pakpol meminta
Hye-sung mengisi formulir penjamin dengan nama, nomor identitas, dan alamat.
Pakpol Jaga memegang
palu milik Soo-ha dan melihatnya, “Wow, dia bahkan memiliki senjata. Apa tidak
salah kita melepaskannya?” tanyanya pada Pakpol.
Hye-sung sambil
menulis menjawab, “Itu bukan senjata. Itu sebuah palu dan dia menggunakannya
untuk memperbaiki pintu rumahku yang rusak.”
Pakpol Jaga: “Apakah
anda anda memiliki hubungan yang sangat dekat sehingga bisa menjamin
karakternya? Anda buka gurunya juga bukan keluarganya.”
Hye-sung masih
sambil menulis: “Saya mengenalnya sejak 10 tahun yang lalu. Anda bisa
menyebutnya sebagai adik saya.”
Soo-ha menatap
Hye-sung.
Pakpol Jaga: “Karena
anda seorang jaksa, ada beberapa kemungkinan dari apa yang terjadi… tapi, anda
tidak berbohong untuk mencegahnya memiliki catatan kejahatan, kan?”
Pakpol membela: “Dia
tidak berbohong! Sepertinya mereka terlihat tinggal bersama.”
Hye-sung lasngsung
cegukan, saking kagetnya mungkin, lucu deh… hehe
Pakpol Jaga:
“Benarkah?”
Pakpol: “Terakhir
kali setelah kejadian ponsel itu, saya pergi ke sekitar rumah anda pada tengah
malam, setelah menerima telpon anda. Dan dua orang ini sedang bersama! Di pagi
hari, saat patrol, saya juga melihat mereka berdua keluar dari rumah.”
Soo-ha hendak
menyangkal, “Tidak, saat itu….”
Kemudian dengan
cepat di potong Hye-sung: “Ya! Kami tinggal bersama. Dia murid sekolah menengah
atas, jadi banyak yang harus saya lakukan untuknya.”
“Benarkan?” tanya
Hye-sung ke Soo-ha sambil merangkul dan menatapnya, “Pura-puralah kalau kita dekat. Panggil aku ‘noona’, cepat!”
Soo-ha terbata-bata:
“Ya…Noona.”
(ingat di episode
sebelumnya Soo-ha menginap karena dia tertidur? Ternyata si Pakpol ngeliat tuh,
dan nyangka mereka tinggal bersama..)
Pakpol Jaga:
“Baiklah kalau begitu. Bagaimanapun, apakah
kamu tidak akan menyesali kesalahanmu?” tanyanya pada Soo-ha.
Pakpol jaga
menggeplak kepala Soo-ha, “Hey bocah. Jika kau mengikuti pria itu lagi dan
menyerangnya, kau akan segera ditangkap, mengerti?”
Hye-sung mendelik ke
Pakpol Jaga, Soo-ha sepertinya akan marah, tapi tangannya dengan cepat
ditangkap Hye-sung, “Cepat jawab. Bahwa
kamu tidak akan melakukannya lagi. Ini satu-satunya cara agar kamu keluar dari
situasi ini.”
Akhirnya dengan
setengah hati Soo-ha minta maaf, “Saya salah. Saya tidak akan mengulanginya
lagi.” Soo-ha menundukkan kepalanya dan digeplak lagi sama Pakpol Jaga.
Hye-sung mendelik
lagi, dan saat si Pakpol Jaga akan menggepla kepala Soo-ha untuk ke 3x nya,
Hye-sung menahan tangan Pakpol, “Hentikan. Ini bisa dianggap sebuah
penyerangan.” Pakpol jaga menurunkan tangannya, dan terlihat malu. Soo-ha juga
tadi keliatan banget dia tidaknyaman di geplak-geplak seenaknya gitu.
Hye-sung dan Soo-ha
berjalan bersama keluar dari kantor polisi.
Hye-sung: “Bus pasti
sudah tidakada sekarang. Kamu punya uang buat bayar taksi?”
Soo-ha: “Iya..”
Mobil polisi
berhenti di dekat mereka. Pakpol dan Pakpol Jaga menyuruh mereka untuk masuk
karena Pakpol akan mengantar sampai ke rumah. Hye-sung menolak dengan alasan
akan naik taksi. Tapi Pakpol bilang di lingkungan itu tidak banyak taksi lewat.
Lagipula Pakpol mau patrol, jadi sekalian aja. Yasudah terpaksa deh mereka
masuk.
Di dalam mobil,
Pakpol mengatakan dia ssudah menduga kalo Hye-sung dan Soo-ha itu sodaraan. Dan
Pakpol mengatakan sesuatu yang Hye-sung belum tahu.
Pakpol: “Setelah
kejadian ponsel itu, dia menemui saya dan meminta untuk terus melanjutkan
pencarian untuk menangkap penjahatnya, dan dia juga bilang kalau dia tahu siapa
pelakunya. ‘Dia sangat takut dan dia sulit tidur’. Dia mencari tahu lebih
banyak karena Noona-nya. Wow. Saya tahu kalian berdua sangat dekat.”
Hye-sung melirik
Soo-ha, Soo-ha nya buang muka, ketahuan deh..
Pakpol pada
Hye-sung: “Ngomong-ngomong, apa hubunganmu dengan Min Joon-guk? Setelah
kejadian ponsel, anak ini selalu mengatakan Min Joon-guk adalah tersangka.”
Soo-ha menunduk.
Hye-sung: “Lalu,
apakah anda menyelidiki kasusnya?”
Pakpol Jaga: “Ponsel
itu tidak ada hubungannya dengan Min Joon-guk. Setelah bebas dari penjara, dia
telah menjadi relawan di berbagai tempat. Alasan apa yang kau miliki pada Min
Joon-guk sampai kau melakukan hal seperti ini?” tanya nya pada Soo-ha.
Hye-sung yang
menjawab, “Sepuluh tahun yang lalu, Min Joon-guk membunuh ayah anak ini. Saya
adalah saksi untuk kasus itu.”
Duo Pakpol kaget dan
tak bisa berkata apa-apa lagi.
Sampai di depan
rumah Hye-sung. Pakpol Jaga bilang dia mengerti atas kejadian di masa lalu tapi
tetap saja Soo-ha tidak boleh menyerang orang yang tidak bersalah. Pakpol
berjanji akan terus mengawasi Joon-guk, dan meminta Soo-ha untuk menunggu dan
tidak menimbulkan masalah.
Pakpol Jaga
memperingatkan Hye-sung, jika lain kali Soo-ha menimbulkan masalah lagi, maka
Hye-sung harus bertanggung jawab.
Hye-sung merangkul
Soo-ha dan meng-iya-kan, jangan cemas.
Pakpol: “Apa yang
kalian lakukan? Apa kalian tidak akan masuk?”
Hye-sung gugup, dan
masih merangkul Soo-ha, “Ya..kami akan masuk. Ayo S-Soo-ha.”
Soo-ha: “Hah?
Ya…Noona.” (ekspresinya Soo-ha lucu..
males2an gitu, bibirnya manyun… hohhoho..)
Hye-sung menggandeng
Soo-ha dan berbalik, mereka jalan perlahan, dan menengok ke belakang
bersamaan. Tadaaa, Pakpol masih ditempat
tadi dengan senyumannya. (jiaaahh, hahaha…)
Hye-sung terus
menggandeng Soo-ha sampai masuk ke dalam rumah.
Soo-ha menanyakan
sepatu laki-laki yang ada disana, “Apakah kau tinggal dengan seseorang?”
Hye-sung: “Aku meletakkannya disana agar terlihat seperti itu.” (emang sengaja biar disangka ada cowoknya, wanita korea yang tinggal sendiri sering yang kyk gitu.. jadi kalo ada pencuri disangkanya ada cowok tinggal disitu, setauku gitu..)
Hye-sung: “Aku meletakkannya disana agar terlihat seperti itu.” (emang sengaja biar disangka ada cowoknya, wanita korea yang tinggal sendiri sering yang kyk gitu.. jadi kalo ada pencuri disangkanya ada cowok tinggal disitu, setauku gitu..)
Soo-ha: “Karena itu
juga kau memesan dua mangkuk Jjajangmyun?”
Hye-sung: “Ya.. kamu
sudah makan malam?”
Soo-ha: “Tidak
apa-apa. Aku tidak lapar, kamu makan aja.” (tapi perutnya bunyi! Krukk….
Bwahahaha…)
Hye-sung: “ Ada apa
dengan ‘kamu’? kalau kamu panggil ‘noona’, aku akan kasih kamu makanan.”
Soo-ha: “Aku sudah
bilang aku tidaklapar.” Suara Soo-ha tertahan, karena perutnya bunyi lagi! Dan
lebih panjang! Kriuuukkkkk… ahahahaha… malu banget pasti, karena Soo-ha
buru-buru pamit pergi. Kayaknya Soo-ha tidak mau makan makanan doggy lagi deh,
hehe…
Hye-sung: “Tetap
disini. Kita bohong sama pakpol itu bahwa kita tinggal bersama. Untuk
sementara, tutup mata saja dan tinggalah disini.”
Hye-sung mencoba
membuka makanan kaleng, tapi susah. Lalu dia berpikir: “Bagaimana jika Min Joon-guk datang lagi? Anak ini harus tetap disini
untuk sementara.”
Soo-ha menghampiri
Hye-sung dan membukakan makanan kalengnya.
Hye-sung membuat
makanan seperti makanan doggy lagi, mian kalo kasar bahasanya.. : )
Hye-sung sambil
mengaduk makanan: “Kenapa kamu tidak ngasih tau aku siapa kamu sebenarnya?
Sangat lama untukku mengenalimu.”
Soo-ha: “Aku sudah
bilang namaku Park Soo-ha. Aku sudah bilang, tapi kamu yang tidak mengenaliku.”
Hye-sung: ”Hey, bagaimana
kamu bisa mengira aku akan mengenalimu? Ini sudah 10 tahun berlalu.”
Soo-ha: “Aku
mengenalimu. Aku mengenalimu hanya dengan melihat namau saja. Bahkan setelah 10
tahun.”
Hye-sung menatap
Soo-ha: “Ada apa dengan anak ini?
Mungkinkah, aku cinta pertamanya atau semacamnya?”
Soo-ha: “Bukan
seperti itu.”
Hye-sung: “Jika
bukan, lalu kenapa kamu melakukan semua ini? Mengapa kamu menjagaku bahkan
setelah 10 tahun?”
Soo-ha: “Aku hanya
tidak ingin berhutang budi. Itu saja.”
Hye-sung yang keluar
kamar akan mengambil minum melihat Soo-ha tertidur di sofa. Dan mengingat
kehadiran Soo-ha disampingnnya saat kejadian ponsel, dan memperbaiki pintunya.
Hye-sung pun melihat jempol tangan Soo-ha yang terluka. Dia lalu mempersihkan
dan mengobatinya. Soo-ha terbangun, dia tersenyum menatap Hye-sung. Hye-sung
posisinya ngebelakangin Soo-ha jadi gak liat Soo-ha bangun. Soo-ha nya
pura-pura tidur lagi pas Hye-sung meletakkan tangannya. (Ost. Time…)
Hye-sung masuk kamar
lagi. Soo-ha melihat jarinya yang sudah diobati. Lalu flashback..
Soo-ha kecil sedang
duduk dibangku suatu tempat, seperti tempat kesehatan gitu. Di hari yang sama
dengan saat ia ditinggalkan pamannya, tapi ini sudah malam. Soo-ha melihat ke
luar dan melihat balon yang diterbangkan pamannya yang tersangkut di pohon.
Soo-ha kecil memanjat pohon. Berusaha meraih balon itu, tapi tidak bisa dan
kemudian dia terjatuh. Jempol kirinya terluka, jempol yang sama dengan yang
sekarang dipandanginya. Soo-ha kecil menangis.
Tapi ku rasa bukan karena sakit luka jemponya, tapi sakit luka di hatinya.
Tapi ku rasa bukan karena sakit luka jemponya, tapi sakit luka di hatinya.
Flashback end..
Pagi hari. Soo-ha
sedang memperbaiki lagi gagang pintu depan. Lagi di ugreg-ugreg gitu, (apa
bahasa indonesianya ya?), tiba-tiba dari dalam Hye-sung membuka pintunya dan
membuat Soo-ha kejedot plus kejengkang. Hehe…
Soo-ha memegangi
kepalanya dan meringis, Hye-sung cuma bilang “maap”.
Soo-ha berdiri dan
sambil manyun masih memegangi kepalanya. Soo-ha lalu memandangi Hye-sung dari
ujung kaki sampai ujung kepala. Hye-sung memakai sepatu kets, celana panjang,
dan membawa payung.
Soo-ha: “Apa kamu
mau berangkat kerja dengan pakaian seperti itu? untuk apa payung itu? apa kamu
berpikir itu cukup untuk menghadapi Min Joon-guk?”
Hye-sung: “Hey,
tidak adakah yang bisa kamu lakukan dengan kemampuan membaca pikiranmu itu,
seperti melakukan beberapa pengecualian?” (Hye-sung kesal Soo-ha tau aja apa
yang dipikirin sama dia..)
Soo-ha mengabaikan
pertanyaan itu dan bertanya balik, “Memang tidak apa-apa kamu pergi ke kantor
dengan pakaian seperti itu? memangnya tidak ada persidangan yang harus kamu
hadiri?”
Hye-sung: “Apapun
itu, aku harus mengutamakan keselamatan. Haruskan
aku mempelajari beberapa kemampuan pertahanan diri”
Soo-ha tersenyum
lalu mengambil payung Hye-sung, “Jika ini untuk pertahanan diri, jangan
menggantungnya di belakang tapi pegang saja.” (aaiihh… adegan Soo-ha “memeluk”
Hye-sung dari belakang lagi.. senyum-senyum sendiri aku, tapi Hye-sung mah
biasa aja, kayaknya dia memang belum melihat Soo-ha sebagai pria.)
Soo-ha pun mengajari
Hye-sung, memukul kesamping jika ada seseorang yang mencoba menyerang dari
samping, jika tidak pegang payung ya pake siku. Lalu tending, terutama di
bagian sensitifnya. Hehe..
Hye-sung pun
mengerti. Lalu bertanya setelah itu apa yang harus ia lakukan. Berlari
sekencang-kencangnya, jawab Soo-ha.
Hye-sung: “Saat kamu
bertemu Min Joon-guk, apakah kamu membaca pikirannya?”
Soo-ha: “Ya…”
Hye-sung: “Apakah
ponsel itu perbuatannya?”
Soo-ha: “Iya…”
Hye-sung terlihat
cemas, “Apakah dia mau balas dendam sama aku?”
Soo-ha: “Dia tidak
akan bisa melakukan apapun sekarang. Polisi sedang mengawasinya, begitu juga
aku.”
Hye-sung dan Soo-ha
berangkat bersama. Dan o-ow, kaki siapa itu? Min Joon-guk mengamati mereka dari
belakang. Soo-ha berhenti berjalan, seperti merasakan ada yang mengawasi, dia
pun menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa karena Joon-guk sudah sembunyi
lagi. Setelah Soo-ha berbalik lagi, Joon-guk berbicara sendiri.
Joon-guk: “Gadis ini
sangat sulit untuk didapatkan karena anak itu. cara ini mungkin lebih
mudah.” Kata Joo-guk sambil melihat
brosur restoran ibu yang sempat dicurinya saat kejadian hp itu. o-ow.. apa yang
direncakannya..
Hye-sung menerima
telpon dari ibu. Ibu menanyakan tentang kencan buta yang waktu itu ibu
tawarkan, ibu bertanya kapan Hye-sung bisa menemuinya.
Mendengar kata
kencan buta, Soo-ha yang tadinya sedang membaca buku dan mendengarkan lagu,
langsung kepo, nguping deh…
Hye-sung bertanya
seperti apa pria itu.
Ibu: “Dia tidak
menunjukkan kalau dia kaya dan terlihat sangat baik.”
Lalu Hye-sung
bertanya apa pria itu berbadan besar, atau terlihat bisa berkelahi. Ibu heran,
bukannya Hye-sung lebih mementingkan
uang daripada badan.
Hye-sung: “Sudah
berubah. Sekarang badan dulu baru uang. Jadi bagaimana badannya?”
Ibu bilang walaupun
belum pernah melihatnya tanpa pakaian, otot bisepnya terlihat seperti batu.
Wkwkwkwk…
Hye-sung kemudian
berjanji akan meluangkan waktu minggu depan.
Soo-ha agak kaget
mendengar apa yang ada di pikiran Hye-sung: “Akankan
aku merasa lebih aman jika aku memiliki pacar?”
Soo-ha menggeleng,
panik dia. Trus minta hp nya Hye-sung. Soo-ha menginstal aplikasi tacking, jadi
dia bisa tahu Hye-sung ada dimana lewat hp nya.
Hye-sung: “Jadi,
jika terjadi sesuatu kamu bisa tahu dimana menemukanku?”
Soo-ha tak menjawab.
(Yes, noona. Jadi
jangan berpikiran untuk memiliki pacar, karena aku akan menemukanmu. Begitu
kira-kira kata Soo-ha. : ))
Hye-sung terpana.
“Wah, kau mirip CSI. Kamu pintar juga ya..”
Soo-ha: “Bukan aku
yang pintar, tapi kamu yang memerlukan kecerdasan lebih.” (Hahahaha… dengan
kata lain Soo-ha ngatain Hye-sung oon.. masa yang kayak gitu aja gak tau,,
hehe..)
Hye-sung kesal,
“Kamu benar-benar memiliki ketangkasan untuk berbicara dengan jahat.”
Pengacara Shin dan
Yoo-chang membeli minuman bersama di café. Pengacara Shin bertanya kemana
perginya Kwan-woo dan Hye-sung. Mereka sedang menemui di kembar, kata
Yoo-chang.
Pengacara Shin:
“Kasus ini sangat rumit. Pada awalnya mereka berdua mengakui penikaman itu.
benar kan?
Yoo-chang: “Ya, tapi
kemudian cuma si adik yang bilang dia menusuk, dan si kakak mengubah
pernyataannya, dia tidak menusuk.”
Pengacara Shin: “dan
sekarang, mereka berdua mengatakan mereka tidak melakukannya.”
Yoo-chang:
“Pengacara Jang sedikit meyakinkan si adik untuk tidak mengambil kesalahan
untuk kakaknya.”
Pengacara Shin:
“Lalu, mengapa mereka mengubah apa yang mereka katakana dan membuat semua orang
bingung?”
Yoo-chang:
“Sebenarnya….”
Adegan beralih ke
Kwan-woo yang sedang menemui si kakak Jeong Pil-jae.
Kwan-woo: “Kau punya
catatan criminal dua tahun yang lalu.”
Pil-jae: “Pil-seung,
anak itu tidak punya uang kuliah, dia sangat marah, dengan kata lain aku merampok
di beberapa rumah kosong untuknya.”
Kwan-woo: “Kalian
kembar, tapi adikmu sepertinya pintar.”
Pil-jae: “Di sekolah
menengah, IQ-nya adalah 152. Otaknya benar-benar xxx cepat.” (berkembang
cepatkah? Disensor dari sananya.)
Beralih ke Hye-sung
yang menemui Jeong Pil-seung.
Hye-sung: “Mengapa
kakakmu merampok?”
Pil-seung: “Awalnya
dia sangat baik, kemudian dia berjudi dan menjadi seperti itu.”
Pil-seung
menambahkan, “Ah, tolong jangan katakan apapun tentang judi di persidangan.”
Hye-sung: “Kita
lihat nanti.”
Kwan-woo: “Lalu
mengap adikmu mencoba menaruh kesalahan padamu?”
Pil-jae: “Mungkin
dia tidak bisa berdiri dengan melihat saya. Setiap kali bertemu, dia memohon
pda saya untuk pergi dari hidupnya.”
Kwan-woo: “jadi, dia
mencoba menggunakan kasus ini untuk mengirimmu ke penjara?”
Pil-jae: “Itu benar.
Saya punya catatan criminal. Jadi, setiap orang akan percaya jika saya adalah
penjahatnya.”
Hye-sung: “Mengapa
kakakmu mencoba menaruh semua kesalahan padamu?”
Pil-seung: “Kakaku
selalu merasa iri dengan hidup saya. Saya masuk universitas dan tidak mempunyai
catatan criminal. Kami memiliki wajah yang sama, tapi mengapa kehidupan kami
berbeda? Dia iri terhadap semua yang saya miliki.”
Hye-sung:
“Mungkinkah, pacarmu juga?”
Pil-seung hanya
mengangguk dan tertunduk sedih.
Kembali ke Yoo-chang
dan Pengacara Shin. Jadi yang tadi itu ceritanya Yoo-chang.
Pengacara Shin:
“Apakah mereka tidak mengatakan bahwa saat yang satu menikam dan yang satu
berusaha mencegahnya?”
Yoo-chang: “Ya. Tapi
jaksa mengatakan mereka berdua sudah merencanakannya (perampokan) dan menuntut
mereka berdua dengan ‘joint principal offenders’.”
(jadi, mereka akan
mendapatkan hukuman yang sama, tidak peduli siapa pelaku sebenarnya.)
Yoo-chang: “Jika anda
melihat CCTV anda dapat melihat dengan jelas salah satu dari mereka mencoba
mencegah saudaranya.”
Pengacara Shin:
“Karena mereka kembar, sangat mungkin untuk sulit membedakan mereka berdua.”
Yoo-chang:
“Pengacara Cha dan Pengacara Jang dua-duanya mengajukan pernyataan terdakwa
tidak bersalah.”
Pengacara Shin:
“Kasus ini akan jadi lebih rumit daripada yang aku bayangkan. Salah satunya
menbunuh seseorang, tapi mereka berdua mengatakan mereka tidak melakukannya.
Dan mereka kembar identik.”
Yoo-chang: “Jika
mereka tidak dapat menentukan siapa yang bersalah, akankah berakhir seperti
‘kasus pembunuhan Itaewon’?” (kasus terkenal-kedua tersangka pembunuhan
dibebaskan.)
Pengacara Shin:
“Lalu mungkin mereka berdua akan bebas. Untuk mencegah itu, jaksa menuntut mereka
berdua sebagai ;joint principal offenders’.”
Lalu mereka melihat
Hye-sung di sebrang jalan dan heran mengapa Hye-sung membawa payung. Apakah
akan hujan, tanya Pengacara Shin sambil melihat ke langit. Yoo-chang tidak
berpikir akan hujan.
Kemudian mereka
melihat Kwan-woo yang jalan sambil loncat-loncat kayak anak kecil, di belakang
Hye-sung. Pengacara Shin mengomentari Kwan-woo, di menilai Kwan-woo menjalankan
hidupnya dengan gembira. Yoo-chang memberitahu Pengacara Shin bahwa di malam
mereka makan malam, Kwan-woo mem-piggyback Hye-sung, mungkin mereka memulai
pacaran. Yo-chang tertawa.
Kwan-woo mengikuti
Hye-sung. Dia mengendap-endap di belakang Hye-sung. Lalu mengagetkan Hye-sung
dengan berteriak dari samping. Dia berhasil, Hye-sung memang kaget. Dan
membuatnya mempraktekkan apa yang di ajarkan Soo-ha. Sampai akhirnya Hye-sung
sadar kalau itu Kwan-woo. Kwan-woo meringis kesakitan.
Dikantor Kwan-woo
masih meringis kesakitan. Pengacara Shin dan Yoo-chang mengkhawatirkannya.
Pengacara Shin:
“Apakah kau tidak melakukan x-ray?”
Kwan-woo: “tidak
perlu. Lagipula nanti saya harus ke persidangan.”
Yoo-chang lalu
menyingsingkan lengan baju dan berkacak pinggang, “Pengacara Jang, apakah kamu
tidak akan minta maap?”
Yang bersangkutan
sedang memberi makan anak anjing.
Hye-sung: “Mengapa mengagetkan
orang seperti itu? itu sama saja dengan menyerang organ pendengaranku.” Hye-sun
menunjuk telinganya. “Saya diserang dan saya hanyan mempertahankan diri dari
serangan Pengacara Cha.”
Yoo-chang: “Itu
pertahanan diri yang berlebihan. Juga, bagaimana jika kau menyakiti ‘area’
Pengacara Cha hingga dia tidak bisa mempunyai anak.”
Kwan-woo: “Sudahlah.
Aku sudah mengeceknya di toilet dan semuanya tampak baik-baik saja.”
Hye-sung: “Dengar
kan? Dia bilang tidak apa- apa”
Yoo-chang terlihat
kesal dengan sikap Kwan-woo, “Kau benar-benar tidak bisa marah. Bahkan ketika
kamu di pukul, kamu berada disisinya dan bahkan minta maaf. Aku akan
memanggilmu Buddha Cha mulai sekarang.”
Hye-sung juga kesal
dan berteriak, “Baik, aku minta maf. Itu salahku, OK?”
Yoo-chang: “Apa itu
yang namanya minta maaf..”
Pengacara Shin:
“bahkan walaupun dia buang angin, dia menyalahkan orang lain disampingnya.”
Kemudian Hye-sung
mengatakan, kasus mereka bukan ‘joint principal offenders’, si kakak 100% adalah
penjahatnya. Kwan-woo membantah, penjahatnya 100% si adik. Hye-sung meminta
Kwan-woo untuk berehnti bicara, dan kemudian pergi. Kwan-woo berusaha
mengejarnya dan mengajak makan bersama. Tapi kakinya tiba-tiba lemes, dia
terjatuh.
Hye-sung makan di kantin
kantor, tiba-tiba Do-yeon duduk dimejanya.
Hye-sung: “Apakah
kita sedekat itu sampai bisa makan bersama?”
Do-yeon: “Kita
tinggal di rumah yang sama dan pergi ke sekolah yang sama. Apakah kita tidak
cukup dekat?”
Do-yeon ini ada
maunya nyamperin Hye-sung, dia tanya tentang kasus si kembar. Hye-sung bilang
Do-yeon pasti takut salah menuntut salah satu dari mereka, makanya menuntut
mereka berdua bersama. Do-yeon tidak menyangkal, kali ini Hye-sung benar.
Do-yeon bilang ekspresi mereka saat mengatakan bukan mereka yang menikam,
adalah sama, terlihat seperti sebaliknya. Jadi Do-yeon juga kurang percaya.
Do-yeon bilang dia
punya rencana lain, dan akan mengatakaanya pada Hye-sung, tapi dia meminta
Hye-sung menolongnya, tapi ditolak Hye-sung.
Hakim Kim dan dua
hakim lainnya, kembali melihat Hye-sung yang sedang muter-muter di pintu.
Hakim Kim: “Ckckck.
Dia melakukannya lagi.”
Lalu mereka pergi.
Hye-sung berpikir
sambil muter-muter dipintu,”Rencana apa?
Apakah dia hanya menyombongkan diri? Bagaimana jika dia benar-benar melakukan
sesuatu? Ini membuatku gila. Haruskah aku mengatakan pada Pil-seung untuk
menerima tuntutan? Tidak, tidak.”
Hp nya berbunyi, ada
sms dari Soo-ha, “Selesai kerja jam
berapa? Aku akan menjemputmu.”
Hye-sung pun
tersenyum lega, “Oh ya, Gum akan ada disana membantuku.”
Hye-sung membalas
smsnya, “Sebenarnya telah tejadi sesuatu,
aku harus meminta tolong padamu.”
Soo-ha dikelas lagi
smsaan, ditutupi oleh buku, jadi Pak Guru tidak melihatnya. Joo-gi yang duduk
dibelakang melihatnya dan merebut hp Soo-ha dan melaporkannya pada Guru.
Joon-gi: “Guru! Park
Soo-ha smsan di kelas!” katanya sambil mengacungkan hp Soo-ha.
Guru membaca sms
Soo-ha, “Kau tidak hanya sms tapi juga pacaran.”
Seong-bin terkejut
mendengarnya.
Soo-ha: “Bukan
begitu pak…”
Guru: “Park Soo-ha,
jangan berharap kamu bisa pulang cepat. Saya akan mengawasi kamu.”
Soo-ha berusaha
meminta kelonggaran pada Guru agar memberikannya kesempatan untuk menelpon
seseoran dan mengembalikan hp-nya. Tapi Pak Guru tidak mau memberikan hp-nya,
dia sita, dan akan dikembalikan setelah pelajaran malam.
Sudah sore, dan
hujan. Hye-sung merasa bersyukur dia membawa payung tadi pagi. Hye-sung membuka
payungnya dan berjalan menuju kantor. Kwan-woo melihat dan memanggilnya. Tapi
Hye-sung tidak mendengar. Akhirnya Kwan-woo mengikutinya dengan menutupi
kepalanya memakai tas. Dia akan menepuk pundak Hye-sung, mungkin untuk meminta
payungan bareng. Tapi tidak jadi, dan dia hanya mengikutinya begitu saja.
Sampai di gedung
kantor. Hye-sung kaget melihat Kwan-woo hujan-hujanan.
Hye-sung: “Apa yang
kamu lakukan disini? Apakah kamu juga dari gedung persidangan?”
Kwan-woo: “Ya.. aku
mengikutimu tadi.”
Hye-sung: “Kenapa
tidak memanggilku? Kita bisa payungan bersama.”
Kwan-woo: “Aku takut
mungkin kamu akan terkejut lagi seperti tadi. Jadi aku hany mengikutimu saja.”
Kwan-woo lagi:
“Pengcara Jang, apa yang terjadi hari ini?”
Hye-sung: “Kenapa?”
Kwan-woo: “Kau
terlihat cemas, sepertinya sedang dikejar seseorang. Aku cemas.” (aw, co
cwit..)
Hye-sung: “Tidak ada
hal seperti itu. “
Kwan-woo
membersihkan rambutnya dan mengajak Hye-sung masuk. Hye-sung menahannya dan
meminta maaf atas kejadian sebelumnya, walaupun dia punya alasan tersedniri.
Tapi dia mengakui kalau dia terlalu kuat menyerangnya. Kwan-woo bilang dia akan
lebih berhati-hati.
Hye-sung lalu
mengajak Kwan-woo untuk membahas beberapa hal untuk persidangan si kembar
besok.
Kwan-woo: “Jaksa
bilag dia punya rencana?”
Hye-sung: “Ya.. apa
kamu punya pendapat? Tidak ada darah dan sidik jari. Lalu apa?”
Kwan-woo terlintas
sesuatu, “apakah kamu dekat dengan Jaksa Seo Do-yeon?”
Hye-sung: “Tidak,
aku tidak menyukainya. Bahkan lebih buruk dari tidak menyukai. Kapanpun aku
mendengar suaranya, itu terasa seperti kuku menggaruk papan.”
Kwan-woo: “tapi kamu
bilang dia datang menghampiri untuk makan bersama. Benar?”
Hye-sung: “ya..”
Kwan-woo: “Berarti
Jaksa tidak mempunyai rencana. Tangan kosong. Menyombongkan diri.”
Hye-sung: “Aku juga
berpikir demikian, tapi kamu tidak tahu kan..” (jika kenyataan bisa
sebaliknya.)
Kwan-woo: “Jika dia
mempunyai sesuatu. Dia tidak akan mendatangimu sebelum persidangan. Mencarimu
sebelum persidangan itu berarti dia tidak punya apa-apa.”
Hye-sung: “Tapi
tetap saja…..”
Kwan-woo: “Jangan
goyah atau gugup. Banteng yang gusar hanya melihat bendera merah, bukan
matador. Sekarang, Jaksa melambaikan bendera merah untuk membuatmu gusar,
Pengacara Jang.”
(Aku suka analisis
Kwan-woo.. tidak heran di begitu, dia kan mantan polisi penyelidikn..)
Hye-sung menatap
Kwan-woo dengan pandangan terpana?
“Itu berarti, aku seekor banteng, jadi….aku diharapkan untuk marah,
tapi kenapa aku tidak merasa marah?” Hye-sung mengangkat tangannya
perlahan-lahan, akan menyentuh wajah Kwan-woo.
“Mataku sudah gila, dan sekarang kepalaku ikut gila? Apa yang sedang
kulakukan?” Hye-sung pun menyentuh wajah Kwan-woo.
Kwan-woo kaget,
“Pengacara Jang?”
Hye-sung tersadar
dan mencubit pipi Kwan-woo, “Zzi zzi pong!”
(semacam permainan saat dua orang mengatakan hal yang sama pada saat
yang sama.)
Kwan-woo: “Apa yang
kamu lakukan….”
Hye-sung mengalihkan
perhatian, “Aku setuju dengan pemikiranmu. Itu sebabnya, zzi zzi pong. Apa kamu
tidak tahu?” bentak Hye-sung.
Kwan-woo: “Ah ya…zzi
zzi pong…aku tahu itu…” Kwan-woo masih kaget.
Hye-sung mendesah
dan berkata dengan pelan, “Aku gila, gila. Sial.”
Hari sudah malam.
Kwan-woo bersiap-siap akan pulang dan mengambil payung dilacinya. Di luar masih
hujan.
Hye-sung di depan
kantornya berusaha menghubungi Soo-ha, tapi tidk diangkat, “Apa yang dilakukan
Gum? Dia bilang akan menjemputku, tapi dia bahkan tidak mengangkat telponnya.”
Hye-sung melihat jam tangannya dan mengatakan masih sore, jadi dia bisa pulang
sendiri.
Kwan-woo muncul,
hendak membuka payungnya, tapi tidak jadi dan memasukkan kembali payung ke
tasnya saat dia melihat Hye-sung.
Kwan-woo: “Mengapa
kamu belum pulang? “
Hye-sung: “Ini mau
pergi.”
Kwan-woo tersenyum,
“Aah, hujan turun. Aku tidak bawa payung. Pengacara Jang, bisakah aku meminjam
payungmu?”
Hye-sung: “Tidak.
Lalu aku bagaimana?”
Kwan-woo: “Lalu kita
bisa melakukan ini. Pertama, kita menggunakan payungnya untuk mengantarmu
pulang ke rumah. Lalu setelah sampai, kamu berikan payungnya padaku. Bagaimana?
Tidak apa-apa, kan?”
Hye-sung: “Bagaimana ini? Dia mencoba mendekatiku?
Apakah aku terlihat begitu mudah? Kamu pegang payungnya.” (Duh, eon.. kau terlihat begitu mudah…
kayaknya Hye-sung udah mulai suka sama Kwan-woo deh.)
“Baiklah.” Kwan-woo
mengambil payung dari tangan Hye-sung dan kemudian memayunginya.
Di sekolah. Soo-ha
masih harus mengerjakan soal. Dia terlihat gusar dan melihat jam ditangannya.
Pukul 9 malam. Soo-ha mengambil tasnya dan mengendap keluar, tapi ketahuan Pak
Guru.
Seong-bin yang
melihatnya mendengus kesal. Tapi kemudian dia pura-pura sakit perut. Meminta Soo-ha
mengantarnya ke ruang perawat. Guru pun ikut panik dan menyuruh Soo-ha cepat
membawa Seong-bin.
Joon-gi yang
sepertinya menyukai Seong-bin menghampirinya dan mencoba untuk memapahnya, tapi
di dorong oleh Seong-bin sampe kejengkang, hehe..
Soo-ha membopong Seong-bin
keluar, melewati Joon-gi yang masih bengong dengan posisinya.
Seung-bin terus
berteriak kesakitan. Sampai di lantai bawah dia meminta Soo-ha untuk
menurunkannya.
Soo-ha: “Aku pikir
tanganku akan lepas.”
Seong-bin: “hey, aku
menolongmu keluar dari kelas. Tidakkah seharusnya kamu berterimakasih lebih
dulu?”
Soo-ha: “Kapan aku
meminta tolong padamu?”
Seong-bin: “Aish..
apakah kamu akan menemui pengacara itu?”
Soo-ha: “Ya.. ada
yang ingin dia katakan padaku.”
Seung-bin
menyerahkan hp Soo-ha yang disita Pak Guru, Seong-bin mengambilnya diam-diam. Soo-ha
berterima kasih dan berjanji akan mentarktir Seung-bin di cafetaria besok. Soo-ha
pun pamit pergi.
Soo-ha berlari menuju
halte bis sambil memakai payung dan menelpon Hye-sung. (multitasking banget deh
ni Soo-ha..)
Hye-sung tidak juga
mengangkat telponnya. Soo-ha mencoba menelpon ke kantornya, juga tidak diangkat
karen Hye-sung kan sudah pulang.
Soo-ha melacaknya
lewat aplikasi ponsel dan mengetahui Hye-sung sudah di dekat rumah.
Hye-sung dan
Kwan-woo berjalan sambil mengobrol. Kwan-woo membahas persidangan besok. Dia bilang
mereka harus menghentikan Jaksa untuk tuntutan ‘joint principal offenders’. Saat
Kwan-woo menjelaskan panjang lebar, Hye-sung sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Setelah sampai nanti…apa yang harus aku katakan saat dia akan pergi? Haruskah
aku hanya melambau dan mengatakan ‘hati-hati dijalan’? itu sepertinya terlihat
kaku. Atau, haruskah aku memegang tangannya dan mengatakan ‘selamat tinggal’?
tidak. Itu terlihat terlalu dekat. Apa yang paling bagus? Apa yang harus ku
lakukan?”
Kwan-woo: “Besok,
kita harus bertemu sebelum persidangan. Akan lebih baik jika kita menyocokkan
mulut kita.”
Hye-sung kaget: “Apa?
Maksudku, kenapa kita harus menyocokkan mulut?”
(Hye-sung salah focus
gara-gara gak ngedengerin Kwan-woo ngomgong, hehehe..)
Kwan-woo bingung: “Kita
kan team, bukankah seharusnya menyocokkan kata-kata?”
Ooh.. barulah Hye-sung
nyambung…
Soo-ha sudah hampir
sampai, dia berhenti menerima telpon Seung-bin.
Seung-bin: “Apakah
kamu sudah bertemu pengacara itu?”
Soo-ha: “Belum.”
Seung-bin: “Cinta
pertama yang pernah kamu bicarakan…pengacara itu bukan?”
Soo-ha: “Apa yang kamu
katakan?”
Seung-bin: “Kakak
itu… apakah kamu masih menyukainya?”
Agak ragu Soo-ha
menjawab: “Apa kau gila? Itu sudah lama.”
Seung-bin: “Lalu
mengapa kamu sangat perhatian padanya?”
Soo-ha: “Uh, itu
karena… dia menolongku sebelumnya. Aku tidak suka berhutang budi pada siapapun,
jadi aku ingin menolongnya.”
Seung-bin: “Oh,
begitu..”
Soo-ha: “Kamu
menelponku hanya untuk menanyakan ini?”
Seung-bin: “Tidak. Aku
menelpon karena aku menyukaimu. Itulah mengapa aku menelponmu.”
Soo-ha: “Aku tahu. Kamu
sudah mengatakannya ke seluruh sekolah.” Soo-ha tersenyum, lalu melihat kea rah
rumah Hye-sung dan melihat Hye-sung bersama Kwan-woo sedang tersenyum-senyum.
Seong-bin: “Tidak. Bukan
seperti itu. Aku benar-benar menyukaimu. Aku menyadarinya hari ini.”
(dari sini aku gak
yakin Soo-ha mendengar kata-kata Seung-bin atau tidak karena Soo-ha menurunkan
telponnya dari telinga. Tapi, kita msih bisa mendengarnya.)
Payung Soo-ha
terlepas. Dan telponnya dia jauhkan dari telinga.
“Aku tahu bahwa kau
tidak menyukaiku. Tidak apa-apa jika hanya aku menyukaimu.”
“Tapi, saat kau
sedang bersama seseorang, atau saat kau menyukai seseorang, itu sangat aneh.”
“Aku tidak baik-baik
saja dengan hal itu.”
Komentar:
Kwan-woo ternyata emang keren banget, Pengacara Shin gak salah, dia
mempunyai kemampuan menganalisi yang sangat baik. Mungkin karena dia
mantan polisi kali ya..
mau komen sedikit tentang kasus si kembar. Aku merasa yang berbohong
adalah si adik. Dia yang menikam, dan sengaja melimpahkan kesalahannya
pada kakaknya. Agar kakaknya dipenjara. karena mungkin dia benar merasa
malu dan takut kalau kakaknya mencemari nama baiknya.
si kakak kan di catatan kejahatannya mencuri di rumah kosong, dan tidak membunuh.
wapaupun si kakak terlihat lebih agresif dan si adik lebih pendiam, tapi
siapa yang tau. Kan katanya tidak boleh menilai sebuah buku hanya dari
covernya saja.
oya, untuk foto, kayaknya aku gak bisa kalau gak ngegabung.. terlalu
banyak ekspresi yang ingin aku share, setiap bagian episode bisa sampai
150 foto, dan dirumah sulit sekali untuk meng-upload dalam jumlah
banyak, mungkin bisa tapi butuh waktu banyak. Mohon pengertiannya ya..
Tapi aku usahkan mempost foto nya dengan ukuran paling besar. Terima
kasih... :)
No comments:
Post a Comment