Warning: Sinopsis
ini ditulis tidak dengan bahasa baku seluruhnya. Jadi, simple aja, jika tidak
suka ya tidak usah membacanya.. Oke? :)
Hye-sung memesan
minuman di sebuah café. Saat dia akan mebayar datang Pengacara Shin dan memesan
minuman juga, bahkan membayar minuman Hye-sung. Hye-sung heran Pengacara Shin
ada disana.
Pengcr. Shin: “Hilangkan
prasangka lama bahwa orang tua hanya minum teh atau kopi.”
Bukan begitu kata
Hye-sung, lalu dia sadar, Pengacara Shin tidak pernah mentraktir minuman
untuknya sebelumnya.
Pengacara Shin:
“Jadi, gak mau?” Hye-sung tersenyum.
Pengacara Shin
bertanya kembali, “Apakah kamu punya waktu untuk makan malam hari ini? Kantor
kita akan makan malam bersama.”
Hye-sung terkejut,
“Saya boleh datang? Anda tidak pernah mengajak saya makan makam selama ini.”
Pengacara Shin:
“Oh.. jadi kamu tidak mau datang….”
Hye-sung: “Bukan
begitu, baiklah…saya cek dulu mungkin saya ada waktu. Saya akan datang jika
bisa.” Kata Hye-sung jaim.
Hye-sung dan
Pengacara Shin jalan bersama ke gedung persidangan.
Hye-sung: “Mengapa
anda datang ke pengadilan. Anda tidak punya persidangan hari ini.”
Pengcr. Shin:
“Pengacara Cha ada persidangan hari ini. Aku datang untuk memastikan dia
melakukannya dengan baik.”
Hye-sung: “Tidak
akan jadi masalah apabila Pengacara Shin melakukannya dengan baik atau tidak.
Terdakwa mengakui kejahatannya. Well, itu kasus mudah, kan?”
Pengcr. Shin: “Apa
kau tidak ingin tahu apa yang akan disampaikannya dalam pembelaan?”
Ruang persidangan.
Jaksa membacakan
tuntutannya. Jo Yeong-sook dituduh mencuri 6 juta won uang sumbangan untuk
orang-orang yang memiliki keterbatasan, dan menyerang polisi dengan pisau.
Walaupun terdakwa tidak bisa berbicara, kejahatannya telah direncanakan. Dia
dituntun 2 tahun penjara.
Hakim kemudian
mempersilahkan Kwan-woo untuk maju memberikan pembelaan. Kwan-woo melihat jam
tangannya lalu maju dan memasukkan flashdisk ke laptop yang terhubung dengan
proyektor, jadi semua orang di ruangan bisa melihatnya. Kwan-woo berulang kali
salah meng-klik data yang akan dia buka, yang dibuka malah lagu dan video
musik. Sampai membuat orang-orang bingung dan akhirnya pak Hakim menggebrak
meja, tidak sabar dengan Kwan-woo.
Kwan-woo melihat
jamnya sambil tersenyum, lalu berdiri dan berkata:
“Saya mendengarnya
dengan baik, Yang Mulia. Yang Mulia, anda baru saja mengalami hal yang sama
dengan terdakwa. Seperti terdakwa, tidak peduli apapunyang anda katakan, orang
lain tidak mendengarnya. Anda menjadi marah dan menggebrak meja hanya dalam 50
detik. Jika orang lain tidak bisa mendengar apa yang saya katakan, saya akan
mengatakannya sekali ladi dengan lebih keras. Tapi, jika masih tidak bisa
mendengar, maka saya akan mengatakannya lebih keras lagi. Tapi jika mereka
masih tidak bisa mendengar, maka saya akan marah, sama seperti yang Hakim
lakukan dalam 50 detik. Tapi, bagaimana jika itu bukan untuk 50 detik, tapi
mereka tidak bisa mendengar anda untuk 50 tahun, apa yang akan anda lakukan?
Anda mungkin akan lebih marah lagi. Daripada berteriak dan marah, terdakwa
memberikan sumbangan. Dia menyumbang untuk orang lain yang bernasib sama
dengannya. Dia menyumbang lebih dari 30 juta won. Saat dia tidak bisa membayar
pinjamannya, dan menemui Kepala Hat Salon untuk meminjam uang, dia diusir dan
diperlakukan dengan dingin. Bahkan walaupun dia bersabar dan teru memohon,
ketua itu tetap tidak mendengarkan. Tentu saja, mencuri uang, marah yang
berlebihan, itu merupakan kejahatan. Dia harusnya bisa menahannya, seperti yang
sudah dilakukannya selama 50 tahun. Tapi, dalam rentang waktu tersebut, sangat
sulit bahkan untuk satu orang saja berada didekat terdakwa untuk mendengarkan
suaranya. Pernahkah mereka mendengar terdakwa menangis sekali saja, bagaimana
mungkin semua ini terjadi? Orang yang telah membuat terdakwa berada disini
sekarang, mungkin bukan terdakwa itu sendiri, tapi kita yang tidak bisa
mendengar.”
Kata-kata Kwan-woo
tersebut berhasil membuat semua orang terdiam dan merenungkan semuanya,
terdakwa juga menangis haru, suara hatinya berhasil disampaikan dengan baik
oleh Kwan-woo.
(Mian panjang banget
aku tulis, kata-katanya sangat bagus untuk kita renungkan juga. Kwan-woo,
Daebak! Salah meng-klik tadi memang disengaja..)
Hye-sung duduk di
luar ruangan, masih memikirkan kata-kata Kwan-woo tadi, bahwa kita seringkali
tidak mendengarkan. Kemudian datang Do-yeon yang duduk disana juga. Do-yeon
bertanya Hye-sung sedang apa disana, bukannya menjawab Hye-sung malah membalikkan
pertanyaannya untuk Do-yeon.
Do-yeon: “Karena
pengacara itu akan mengambil bagian dalam kasus si kembar.”
Hye-sung: “Apa ini?
Apa kau sedang mengintai?”
Do-yeon: “Ya. Kasus
ini membuatku khawatir.”
Hye-sung: “Tentu
saja, itu nanti akan di evaluasi. Dengan dua pembela umu, kamu akan mengambil
kasusnya. Jika kau tidak bisa mengatasi kasus ini dengan baik, kamu pasti
sangat khawatir.”
Do-yeon: “Aku tahu.
Pengacara yang berlawanan juga sulit untuk ditangani.”
Hye-sung: “Apa yang
kau maksud itu aku?”
Do-yeon: “Bukan.
Pengacara Cha. Kau juga mungkin akan merasa khawatir setelah melihat
persidangannya tadi. Benar kan?”
Hye-sung berdiri dan
tersenyum: “Tidak juga.” Dia lalu pergi meninggalkan Do-yeon.
Joon-guk pergi ke
sekolah Soo-ha untuk mencarinya yang ia tahu bernama Kim Joon-gi. Dia akan
memberikan surat keterangan relawan.
Sampai di sekolah,
dia melihat Soo-ha sedang berlatih baseball. Dia meminta seorng siswa untuk
memanggilkan Soo-ha.
Joon-guk sambil
nunjuk Soo-ha: “Bisakah kau memanggilkan siswa itu?”
Teman Joon-gi:
“Siapa? Park Soo-ha?”
Joon-guk: “Park
Soo-ha? Namanya Park Soo-ha? Bukan Kim-Joon-gi?”
Joon-gi asli
menghampiri, “Aku Kim Joon-ki. Apakah dia menggunakan namaku?”
Joon-guk mengingat
nama Park Soo-ha, dia mengingat Soo-ha kecil saat di persidangan, dan saat
kemarin Soo-ha menanyakan apakah dia mengenalnya di dapur. Akhirnya dia tahu
siapa Soo-ha sebenarnya dan meminta no telpon Soo-ha pada Joon-gi.
Trio lelaki dan
Hye-sung makan malam bersama di sebuah restoran. Mereka bersulang, kecuali Hye-sung
yang tidak minum alkohol. Hye-sung menanyakan mengapa Pengacara Shin
mengajaknya makan malam bersama, karena biasanya tidak.
Pengcr. Shin: “Biasanya,
aku sedikit kasar pada orang yang tidak mempunyai kemampuan.”
Pengacara Shin
bilang Hye-sung tidak mempunyai kemampuan dan Kwan-woo memiliki kemampuan.
Hye-sung kesal, lalu kenapa Pengacara Shin mengajaknya, apakah untuk
membanding-bandingkannya kenapa tidak terus saja memusuhinya.”
Pengacara Shin:
“Jangan khawatir, kamu punya kekuatan sendiri.”
Hye-sung: “Tentu
saja. Lalu apa kekuatan saya?”
Pengacara Shin:
“Matamu. Mata dapat mengatakan terdakwa berbohong atau mengatakan yang
sebenarnya.”
Hye-sung: “Lalu,
kekuatan apalagi yang saya miliki?”
Pengacara Shin
tampak berpikir, “Uh, selain itu…tidak ada lagi.”
Hye-sung tidak
terima.
Hye-sung: “Saya
bahkan datang ke sekolah..”
Pengacara Shin: “Itu
karena Pengacara Cha yang membawamu.”
Hye-sung: “Saya melawan jaksa…”
Pengacara Shin: “Itu
kan karena aku yang menolongmu.”
Hye-sung: “juga!”
Pengacara Shin: “Juga
apa?”
Hye-sung: “Juga!”
Pengacara Shin,
Kwan-woo dan Yoo-chang menunggu jawaban.
Hye-sung tidak bisa
menjawab, lalu meminta pelayan untuk membawakannya wine. Pengacara Shin
memperingtkan Hye-sung yang tidak minum alkohol, tapi Hye-sung marah, dia tadi bilang
tidak mau bukan tidak bisa.
Dan inilah hasilnya,
setelah menghabiskan beberapa botol wine. Hye-sung mabuk parah. (Mabuknya
lucu..hehe)
Hye-sung menangis
dalam mabuknya dan cegukan.
Hye-sung: “Mengapa
aku hanya punya satu kekuatan? Aku bertanya kenapa aku hanya punya satu
kekuatan?”
Hye-sung tertidur di
meja.
Yoo-chang berkata
seharusnya Pengacara Shin mengatakan Hye-sung memiliki banyak kekuatan atau apa
saja. Siapa yang tahu Hye-sung bakal minum sebanyak itu, kata Pengacara Shin.
Pengacara Shin lalu
mengajak Yoo-chang pergi. Biar Pengacara Cha yang mengurusnya. Yoo-chang yang
awalnya merasa khawatir, akhirnya ikut pergi juga.
Hye-sung bangun,
lalu bicara masih sambil merengek “Mata itu bukan punyaku.. aku tidak punya
mata yang bisa melihat pikiran terdakwa…Aku tidak melihatnya, aku tidak
bisa..” Hye-sung menangis.
Kwan-woo kembali
dari toilet, dan bingung tidak ada Pengacara Shin dan Yoo-chang disana.
Kwan-woo: “Pengacara
Jjang, orang-orang pada kemana?”
Hye-sung: “Aku tidak
tahu. Mereka pergi tanpa memberitahuku.”
Kepala Hye-sung akan
terantuk kembali ke meja, tapi ditahan Kwan-woo. Bandonya menutupi mata
Hye-sung.
Hye-sung: “Aku tidak
melihat kebenarannya.” Lalu Hye-sung kaget, ia tidak bisa melihat dan
menguyek-nguyek (bahasa apa tuh?he..) kepala Kwan-woo sampai Kwan-woo berteriak
kesakitan.
Hye-Sung menangis,
“Bagaimana ini, sekarang aku benar-benar tidak bisa melihat. Apa yang
kulakukan? Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
Kwan-woo lalu
membetulkan letak bandonya.
Hye-sung melihat ke
Kwan-woo dan memegang pipinya: “Apa yang harus kulakukan? Mataku pasti sudah
gila. Pengacara Cha tiba-tiba menjadi seorang flower boy. Aaahhh, mataku
rusak…”
Pengacara Cha
ketawa-ketawa aja dibilang gitu.
Hye-sung di gendong
Kwan-woo. Hye-sung masih saja mengigau tentang matanya dan si Gum. Kwan-woo
senyum-senyum aja.. Kwan-woo bertanya dimana ruamh Hye-sung, tapi Hye-sung
ngomongin si Gum lagi..
Si Gum sedang duduk
di depan kantor, menunggu Hye-sung yang tidak juga keluar dan tidak mengangkat
telponnya. Lalu dia melihat Hye-sung yang digendong Kwan-woo. Soo-ha
menghampirinya dan bertanya apakah Hye-sung sakit, tapi langsung menyerngit
setelah mencium bau alkohol. Soo-ha bilang pada Kwan-woo kalau dia ingin
berbicara pada Hye-sung. Kemudian Soo-ha mendengar suara Kwan-woo:
“Dimana sebenarnya dia tinggal. Aku tidak bisa membawanya ke rumahku.
Haruskah aku membawanya kembali ke kantor? Akan sangat dingin nanti malam.”
Soo-ha menawarkan
akan mengantar Kwan-woo ke rumah Hye-sung, dia meminta Kwan-woo memanggilkan
taksi. Setelah ada taksi, Soo-ha membaringkan Hye-sung di Kursi belakang dan
dia juga duduk disana. Saat Kwan-woo akan duduk di depan Soo-ha mencegahnya.
Soo-ha: “Maap.. aku
akan mengantarnya sendiri.”
Kwan-woo: “Kamu bisa
menggendongnya sendiri? Dia lebih berat daripada kelihatannya.”
Soo-ha: “Tapi jika
kita berdua yang mengantarnya akan sedikit berlebihan.”
Kwan-woo:
“Begitukah?”
Kwan-woo memberikan
kartu namanya pada supir taksi. “Dapatkah
aku mempercayai berandalan ini?” katanya dalam hati sambil menatap
Hye-sung.
Soo-ha mendesah:
“Bisakah aku meminta kartu namamu, jadi aku bisa memberitahumu saat aku sudah
mengantar kerumahnya.”
Kwan-woo memberikan
kartu namanya, “Jika terlalu sulit untuk melakukannya sendiri, hubungi aku. Aku
akan datang secepatnya.”
Soo-ha: “Tidak
apa-apa, aku bisa mengatasinya sendiri.”
Soo-ha menggendong
Hye-sung yang tertidur. Dengan susah payah menaiki tangga dengan Hye-sung yang
berat sekali, akhirnya sampai di depan pintu. Soo-ha kesal, gagang pintunya
hanya dikunci dengan melilitkan kawat.
Soo-ha menidurkan
Hye-sung di kursi, dan menyelimutinya. Soo-ha kesal lagi melihat rumah Hye-sung
yang masih saja berantakan. Lalu Soo-ha mendengar Hye-sung mengigau: “Gum. Bawa
dia kesini.. aku membutuhkannya di persidangan… aku membutuhkan Gum… dia harus
berada di sampingku.. ahhh, mataku rusak..”
Soo-ha tersenyum.
Pagi hari. Hye-sung
terbangun dan kaget mendapati dirinya tidur di sofa masih dengan pakaian kerja.
Lalu ibu telpon, berteriak marah-marah karena Hye-sung baru mengangkat telponnya.
Hye-sung curhat, haruskah ia bertemu saja dengan anak pemilik sauna itu. Ibu
bertanya mengapa Hye-sung cepat sekali berubah pikiran. Hye-sung juga tidak
tahu.
Hye-sung bertemu
Kwan-woo di depan jalan raya. Kwan-woo menanyakan apakah Hye-sung pulang dengan
selamat semalam.
Kwan-woo: “Seperti
apa wajahku? Apakah masih terlihat seperti seorang flower boy?”
Hye-sung menepuk dan
memegang wajah Kwan-woo: “Wake up! Wajahmu masih terlihat habis mabuk.” (maksudnya Kwan-woo mabuk bilang dia kayak
flower boy)
Kwan-woo memegang
pipinya sambil tersenyum..
Hye-sung ke toilet
dan berbicara sendiri, “Aku pasti sudah gila. Mataku benar-benar gila. Aku
sudah tidak mabuk, tapi dia masih terlihat cakep walaupun pake kacamata itu.”
Hye-sung melihat
tangannya dan menaruh tangannya di pipi, seperti yang dilakukannya pada
Kwan-woo. (tanda-tanda bukan yah..?
Kwan-woo juga sumringah banget tadi..)
Kwan-woo masuk
ruangan dengan ceria. Yoo-chang memandangnya dengan penasaran, dan bertanya apa
yang terjadi semalam. Kwan-woo bilang Hye-sung diantarkan oleh Park Soo-ha.
Lalu Pengacara Shin bertanya pada Kwan-woo.
Pengcr. Shin:
“Pengacara Cha. Apakah kamu sudah bertanya pada Pengacara Jang, apakah dia
kenal seseorang yang bernama Min Joon-guk?”
Saat yang bersamaan
Hye-sung masuk, dan terkejut sampai menjatuhkan tasnya ke lantai, “Pengcara
Shin, bagaimana anda mengenal Min Joon-guk?”
Pengcr. Shin: “Aku
diberitahu oleh teman satu selnya yang aku kenal.”
Kwan-woo: “Apakah
dia seseorang yang kamu kenal?”
Hye-sung masih
tampak terkejut, “Ya.”
Pengcr. Shin: “Orang
itu, telah dibebaskan beberapa waktu yang lalu.”
Hye-sung bertanya
dengan gugup, “Dibebaskan? Kapan dia dibebaskan?”
Pengcr. Shin:
”Sekitar satu bulan yang lalu. Apakah dia mempunyai hutang padamu?”
Hye-sung tegang.
Di dalam bis,
Hye-sung terlihat waspada. Dia melihat kembali sms “I’ll be there” itu dan
mengira itu adalah perbuatan Joon-guk. Ketika ada seorang pria yang duduk di
sampingnya. Hye-sung langsung berdiri. Saat berjalan ke rumah pun dia tidak
berani menengokkan kepalanya. Dia pasti ketakutan.
Di rumah Hye-sung,
Soo-ha sedang berusaha memperbaiki pintu yang rusak. Tangannya ke getok palu
dan berdarah. Hye-sung datang dan menanyakan mengapa Soo-ha berada disana.
Soo-ha: “Kamu tidak
mengangkap telpon, jadi aku datang saja kemari. Kejadian itu sudah berlalu
beberapa hari, dan kau masih belum meperbaiki kunci pintunya.”
Hye-sung: “Pergilah.
Aku akan mengurusnya sendiri.”
Soo-ha tidak melihat
raut wajah Hye-sung yang nampak ketakutan, “Tidak apa-apa. Aku melakukan ini
sebagai ucapan terima kasih untuk menyelamatkan Seong-bin.”
Hye-sung berteriak
marah, “Aku bilang, pergi!”
Soo-ha akhirnya
menatap Hye-sung, “Ada apa? Ada sesuatu yang salah?”
Hye-sung:
“Menghilanglah! Pergi! Jangan datang kesini lagi.”
Hye-sung masuk dan
akan menutup pintu, Soo-ha menatapnya lagi, “Aku tidak tahu apakah anak ini berkomplot dengan Min Joon-guk atau
tidak.”
Akhirnya Soo-ha tahu
ini karena Min Joon-guk.
Soo-he berjalan
pulang dari rumah Hye-sung, dia menerima telpon dari seseorang.
Soo-ha: “Hallo..”
Joon-guk: “Ini aku.
Kau mengingat suaraku, kan?”
Soo-ha: “Ah, ya. Min
Joon-guk, kan? Bagaimana kau tahu nomor telponku?” (Soo-ha belum tau Joo-guk udah ingat.)
Joon-guk: “Aku pergi
ke sekolahmu kemarin, Park Soo-ha. Kau tidak mengatakan namamu, jadi aku tidak
mengenalmu. Aku melihatmu terakhir kali di persidangan, 10 tahun yang lalu
kan?”
Soo-ha: “Kau….
Dimana kau sekarang?”
Soo-ha menuju sebuah
restoran cepat saji. Ada Joon-guk disana, sedang memakan sesuatu. Soo-ha duduk
dihadapannya dengan menahan amarah. Joon-guk menawarkan makanan pada Soo-ha dan
menyuruhnya makan. Soo-ha diam saja, dia menatap Joon-guk.
Joon-guk: “Kau datang, anak kecil.”
Soo-ha: “Apa yang
kau pikirkan?”
Joon-guk tersenyum
sinis: “Kau tumbuh besar, anak kecil.
Kemampuanmu membaca pikiranku seperti 10 tahun yang lalu tampaknya tidak
berubah.”
Soo-ha: “Berbicaralah,
jangan berpikir.”
Joon-guk melap
mulutnya: “Apa yang kau khawatirkan?
Kenapa, apa kau berpikir aku akan membuat masalah?”
Soo-ha menahan marah:
“Ponsel itu perbuatanmu kan? Kau yang mengirimnya.”
Pengunjung disana
melihat heran kea rah Soo-ha yang berbicara sendiri.
Joon-guk: “Apa kau ketakutan hanya karena itu? Bahkan
aku belum memulainya.”
Soo-ha: “Apa yang
kau pikirkan.”
Joon-guk tersenyum
sinis: “Jangan khawatir. Aku tidak
mempunya rasa benci sedikitpun terhadapmu. 10 tahun yang lalu sasarannya bukan
kau, tapi ayahmu. Sekarang juga….bukan kau, tapi orang lain.”
Soo-ha geram: “Jika
bukan aku, lalu siapa?”
Joon-guk minum: “Kudengar, dia menjadi seorang pengacara. Gadis
itu.”
Soo-ha sudah tidak
bisa menahan amarahnya, dia memukul dn menghajar Joon-guk. Joon-guk sepertinya
sengaja tidak melawan. Soo-ha terus memukul Joon-guk berkali-kali.
Joon-guk: “Lepaskan
aku!”
Pegawai restoran
berusaha menarik Soo-ha, tapi Soo-ha terlalu kuat.
Joon-guk: “Selamatkan
aku!” teriaknya pada orang lain.
Hye-sung terbaring
di sofa dengan mendekap tongkat baseball dan alat kejut. Terlihat jelas dia
masih sangat ketakutan. Dia terperanjat mendengar suara di luar, dan ternyata
hanya karena seekor kucing. Lalu telponnya bordering, dari kantor polisi.
Hye-sung sampai di
depan kantor polisi. Dia bertemu dengan Pakpol yang waktu itu ke rumahnya.
Pakpol: “Nona Jang
Hye-sung!”
Hye-sung: “Apa yang
terjadi?”
Pakpol: “Kau tahu
Park Soo-ha, anak yang berada di rumahmu saat kejadian ponsel itu?
Hye-sung: “Ya..”
Pakpol: “Anak itu
baru saja memukul seseorang, dan sekarang dia disini. Dia akan dibebaskan, tapi
dia tidak punya orang tua dan kami tidak bisa menghubungi gurunya. Jadi saya
menghubungi Pengacara Jang untuk kesini.”
Hye-sung: “Bagaimana
dengan korbannya?”
Pakpol: “Dia pergi
setelah mengatakan tidak ingin menuntut apapun. Dia baru saja bebas, jadi saya
rasa dia tidak mau terlibat dalam masalah.”
Hye-sung:
“Bebas?” Hye-sung curiga.
Pakpol: “Ya. Tapi
CCTV menangkap Park Soo-ha memukulinya. Saya tidak bisa memberi dia jaminan
kalau tidak ada seseorang yang bertanggung jawab untuknya.”
Hye-sung: “Siapa
nama korban itu?”
Pakpol: “Min
Joon-guk. Dia dibebaskan sebulan yang lalu.”
Hye-sung kaget, dia
tidak bisa berkata apa-apa.
Pakpol: “Kenapa? Apa
kau mengenalnya?”
Hye-sung gugup:
“Bisakah aku melihat rekaman CCTV nya?”
Hye-sung dan Pakpol
di dalam kantor polisi mencari salinan rekaman CCTV di komputer.
Hye-sung: “Apakah
Soo-ha mengatakan alasan dia memukulnya?”
Pakpol: “saya tidak
tahu. Berdasarkan pernyataan saksi, itu terlihat seperti kemarahan.”
Hye-sung: “Pasti ada
alasannya.”
Pakpol: “Iya, tapi
tidak ada! Min Joon-guk tidak mengatakan sepatah katapun, tapi Park Soo-ha
memukulnya!”
Pakpol 2: “Saya juga
berada disana. Min Joon-guk benar-benar tidak mengatakan apapun. Hanya Soo-ha
yang berbicara.”
Lalu mereka melihat
rekaman CCTV di retoran itu. Hye-sung bertanya, “Soo-ha berbicara apa? Apa yang
Soo-ha katakana?”
Pakpol 2
mengingatnya: “Ah. Dia terus mengatakan agak Min Joon-guk berbicara. Jangan
berpikir, tapi berbicara.
Flashback saat
Soo-ha memukuli Joon-guk.
Soo-ha: “Katakan
bajingan! Katakana apa yang kau pikirkan!”
Joon-guk tersenyum
mengejek: “Aku tidak mau.”
Ada yang berusaha
melerai dan menyuruhnya bicara baik-baik.
Soo-ha: “Jika orang
itu tidak ada disana, aku mungkin sudah mati 10 tahun yang lalu. Itu sebabnya
aku berpikir bahwa hidupku adalah miliknya! Aku akan melindunginya. Aku mengabdikan
hidupku untun melindunginya. Jangan berani macam-macam, karena kau akan
membunuhmu.”
Soo-ha mencekik Joon-guk,
tapi Joon-guk malah tertawa keras.
Soo-ha: “Aku akan
membunuhmu dengan tanganku sendiri.”
Soo-ha kalap.
Pakpol: “Jika dia
adik dari perempuan itu, dia memperingatkan akan membunuhnya.”
Pakpol 2: “Saya
kesulitan memegangnya. Dia benar-benar gila.”
Hye-sung tampak
berpikir.
Pakpol membuka tas
Soo-ha dan menemukan palu yang dipakai Soo-ha memperbaiki pintu di rumah
Hye-sung: “Berandal ini bahkan membawa palu! Jika dia menggunakannya,
situasinya pasti akan lebih parah.”
Hye-sung akhirnya
mengingat perkataan Soo-ha tadi pada Joo-guk, “Jika orang itu tidak ada disana, aku mungkin sudah mati 10 tahun yang
lalu.”
Hye-sung mengingat
anak kecil yang berjanji akan melidunginya, ketika dia menangis setelah
memberikan kesaksian di persidangan 10 tahun yang lalu.
Terdengar suara Soo-ha
yang berterik pada Joon-guk, “Aku tidak
akan hidup jika bukan untuknya, jadi aku akan melindunginya walaupun aku
sendiri akan mati.”
Hye-sung juga
mengingat saat Soo-ha datang ke rumahnya waktu dia ketakutan karena kejadian
ponsel.
Suara Soo-ha lagi: “Aku mengorbankan diriku untuk melindunginya.”
Hye-sung akhirnya
mengingat nama anak kecil yang waktu itu berjanji akan melindunginya, Park Soo-ha.
Hye-sung ke Pakpol: “Saya
akan bertanggung jawab untuknya. Dimana Soo-ha?”
Soo-ha diborgol dan
dipegang oleh 2 orang polisi. Soo-ha berbicara pada Pakpol yang berjaga.
Soo-ha: “Anda
membiarkan Joon-guk pergi! Apakah anda mendapatkan alamatnya? Bagaimana dengan
nomor telponnya?”
Pakpol jaga: “Hey,
kamu sepertinya salah mengerti. Kamu yang memukul. Min Joon-guk yang dipukul. Kau
penjahat, dan dia korbannya. Mengerti?”
Soo-ha: “Anda tidak
tahu apa yang dikatakannya? Dia akan balas dendam. Dia mencari seseorang yang
bersaksi melawan dia dan akan membunuhnya.
Pakpol jaga: “Aku
percaya padamu dan bertanya pada saksi di restoran. Tidak ada kata apapun. Min Joo-guk
itu relawan di lebih dari 6 tempat, seperti dapur pembuat sup dan penitipan
hewan. Dia telah berubah menjadi lebih baik. Lalu kamu menuduhnya tanpa bukti. Kamu
setidaknya membawa beberapa bukti.”
Soo-ha kemudian
berdiri: “Ada bukti.”
Pakpol jaga: “Apa?
Bukti apa?”
Soo-ha: “Aku
mendengarnya. Aku dapat mendengar pikiran…..”
Belum selesai Soo-ha
berbicara, ada yang memotongnya, Hye-sung: “Hentikan.”
Hye-sung menatap
Soo-ha: “Jangan katakana apapun yang
tidak berguna. Kamu hanya akan diperlakuan seperti yang kamu dapatkan di
persidangan 10 tahun yang lalu. Park Soo-ha. Sekarang, aku mengingat namamu.
Aku mengingat namamu.”
Note:
Penasaran dengan
bagaimana nanti Hye-sung menggapi Soo-ha. Apakah dia akan menerimanya? Dan bagaimana
Soo-ha akan membuktikan kejahatan Joon-guk, karena sepertinya sekarang Joon-guk
mempunyai alibi bahwa dia orang yang baik, sehingga orang-orang tidak akan
percaya.
Dan sayangnya tidak
ada preview untuk episode 5 di akhir drama. Lagi mau coba cari ke tempat lain. Semoga
aja cepet nemu.
No comments:
Post a Comment