Social Icons

Pages

Sunday, November 24, 2013

Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 4 - 2



Warning: Sinopsis ini ditulis tidak dengan bahasa baku seluruhnya. Jadi, simple aja, jika tidak suka ya tidak usah membacanya.. Oke? :)
 
Hye-sung memesan minuman di sebuah café. Saat dia akan mebayar datang Pengacara Shin dan memesan minuman juga, bahkan membayar minuman Hye-sung. Hye-sung heran Pengacara Shin ada disana.
Pengcr. Shin: “Hilangkan prasangka lama bahwa orang tua hanya minum teh atau kopi.”
Bukan begitu kata Hye-sung, lalu dia sadar, Pengacara Shin tidak pernah mentraktir minuman untuknya sebelumnya.
Pengacara Shin: “Jadi, gak mau?” Hye-sung tersenyum.
Pengacara Shin bertanya kembali, “Apakah kamu punya waktu untuk makan malam hari ini? Kantor kita akan makan malam bersama.”
Hye-sung terkejut, “Saya boleh datang? Anda tidak pernah mengajak saya makan makam selama ini.”
Pengacara Shin: “Oh.. jadi kamu tidak mau datang….”
Hye-sung: “Bukan begitu, baiklah…saya cek dulu mungkin saya ada waktu. Saya akan datang jika bisa.” Kata Hye-sung jaim.
Hye-sung dan Pengacara Shin jalan bersama ke gedung persidangan.
Hye-sung: “Mengapa anda datang ke pengadilan. Anda tidak punya persidangan hari ini.”
Pengcr. Shin: “Pengacara Cha ada persidangan hari ini. Aku datang untuk memastikan dia melakukannya dengan baik.”
Hye-sung: “Tidak akan jadi masalah apabila Pengacara Shin melakukannya dengan baik atau tidak. Terdakwa mengakui kejahatannya. Well, itu kasus mudah, kan?”
Pengcr. Shin: “Apa kau tidak ingin tahu apa yang akan disampaikannya dalam pembelaan?”
Ruang persidangan.
Jaksa membacakan tuntutannya. Jo Yeong-sook dituduh mencuri 6 juta won uang sumbangan untuk orang-orang yang memiliki keterbatasan, dan menyerang polisi dengan pisau. Walaupun terdakwa tidak bisa berbicara, kejahatannya telah direncanakan. Dia dituntun 2 tahun penjara.
Hakim kemudian mempersilahkan Kwan-woo untuk maju memberikan pembelaan. Kwan-woo melihat jam tangannya lalu maju dan memasukkan flashdisk ke laptop yang terhubung dengan proyektor, jadi semua orang di ruangan bisa melihatnya. Kwan-woo berulang kali salah meng-klik data yang akan dia buka, yang dibuka malah lagu dan video musik. Sampai membuat orang-orang bingung dan akhirnya pak Hakim menggebrak meja, tidak sabar dengan Kwan-woo.
Kwan-woo melihat jamnya sambil tersenyum, lalu berdiri dan berkata:
“Saya mendengarnya dengan baik, Yang Mulia. Yang Mulia, anda baru saja mengalami hal yang sama dengan terdakwa. Seperti terdakwa, tidak peduli apapunyang anda katakan, orang lain tidak mendengarnya. Anda menjadi marah dan menggebrak meja hanya dalam 50 detik. Jika orang lain tidak bisa mendengar apa yang saya katakan, saya akan mengatakannya sekali ladi dengan lebih keras. Tapi, jika masih tidak bisa mendengar, maka saya akan mengatakannya lebih keras lagi. Tapi jika mereka masih tidak bisa mendengar, maka saya akan marah, sama seperti yang Hakim lakukan dalam 50 detik. Tapi, bagaimana jika itu bukan untuk 50 detik, tapi mereka tidak bisa mendengar anda untuk 50 tahun, apa yang akan anda lakukan? Anda mungkin akan lebih marah lagi. Daripada berteriak dan marah, terdakwa memberikan sumbangan. Dia menyumbang untuk orang lain yang bernasib sama dengannya. Dia menyumbang lebih dari 30 juta won. Saat dia tidak bisa membayar pinjamannya, dan menemui Kepala Hat Salon untuk meminjam uang, dia diusir dan diperlakukan dengan dingin. Bahkan walaupun dia bersabar dan teru memohon, ketua itu tetap tidak mendengarkan. Tentu saja, mencuri uang, marah yang berlebihan, itu merupakan kejahatan. Dia harusnya bisa menahannya, seperti yang sudah dilakukannya selama 50 tahun. Tapi, dalam rentang waktu tersebut, sangat sulit bahkan untuk satu orang saja berada didekat terdakwa untuk mendengarkan suaranya. Pernahkah mereka mendengar terdakwa menangis sekali saja, bagaimana mungkin semua ini terjadi? Orang yang telah membuat terdakwa berada disini sekarang, mungkin bukan terdakwa itu sendiri, tapi kita yang tidak bisa mendengar.”
Kata-kata Kwan-woo tersebut berhasil membuat semua orang terdiam dan merenungkan semuanya, terdakwa juga menangis haru, suara hatinya berhasil disampaikan dengan baik oleh Kwan-woo.
(Mian panjang banget aku tulis, kata-katanya sangat bagus untuk kita renungkan juga. Kwan-woo, Daebak! Salah meng-klik tadi memang disengaja..)
Hye-sung duduk di luar ruangan, masih memikirkan kata-kata Kwan-woo tadi, bahwa kita seringkali tidak mendengarkan. Kemudian datang Do-yeon yang duduk disana juga. Do-yeon bertanya Hye-sung sedang apa disana, bukannya menjawab Hye-sung malah membalikkan pertanyaannya untuk Do-yeon.
Do-yeon: “Karena pengacara itu akan mengambil bagian dalam kasus si kembar.”
Hye-sung: “Apa ini? Apa kau sedang mengintai?”
Do-yeon: “Ya. Kasus ini membuatku khawatir.”
Hye-sung: “Tentu saja, itu nanti akan di evaluasi. Dengan dua pembela umu, kamu akan mengambil kasusnya. Jika kau tidak bisa mengatasi kasus ini dengan baik, kamu pasti sangat khawatir.”
Do-yeon: “Aku tahu. Pengacara yang berlawanan juga sulit untuk ditangani.”
Hye-sung: “Apa yang kau maksud itu aku?”
Do-yeon: “Bukan. Pengacara Cha. Kau juga mungkin akan merasa khawatir setelah melihat persidangannya tadi. Benar kan?”
Hye-sung berdiri dan tersenyum: “Tidak juga.” Dia lalu pergi meninggalkan Do-yeon.
Joon-guk pergi ke sekolah Soo-ha untuk mencarinya yang ia tahu bernama Kim Joon-gi. Dia akan memberikan surat keterangan relawan.
Sampai di sekolah, dia melihat Soo-ha sedang berlatih baseball. Dia meminta seorng siswa untuk memanggilkan Soo-ha.
Joon-guk sambil nunjuk Soo-ha: “Bisakah kau memanggilkan siswa itu?”
Teman Joon-gi: “Siapa? Park Soo-ha?”
Joon-guk: “Park Soo-ha? Namanya Park Soo-ha? Bukan Kim-Joon-gi?”
Joon-gi asli menghampiri, “Aku Kim Joon-ki. Apakah dia menggunakan namaku?”
Joon-guk mengingat nama Park Soo-ha, dia mengingat Soo-ha kecil saat di persidangan, dan saat kemarin Soo-ha menanyakan apakah dia mengenalnya di dapur. Akhirnya dia tahu siapa Soo-ha sebenarnya dan meminta no telpon Soo-ha pada Joon-gi.
Trio lelaki dan Hye-sung makan malam bersama di sebuah restoran. Mereka bersulang, kecuali Hye-sung yang tidak minum alkohol. Hye-sung menanyakan mengapa Pengacara Shin mengajaknya makan malam bersama, karena biasanya tidak.
Pengcr. Shin: “Biasanya, aku sedikit kasar pada orang yang tidak mempunyai kemampuan.”
Pengacara Shin bilang Hye-sung tidak mempunyai kemampuan dan Kwan-woo memiliki kemampuan. Hye-sung kesal, lalu kenapa Pengacara Shin mengajaknya, apakah untuk membanding-bandingkannya kenapa tidak terus saja memusuhinya.”
Pengacara Shin: “Jangan khawatir, kamu punya kekuatan sendiri.”
Hye-sung: “Tentu saja. Lalu apa kekuatan saya?”
Pengacara Shin: “Matamu. Mata dapat mengatakan terdakwa berbohong atau mengatakan yang sebenarnya.”
Hye-sung: “Lalu, kekuatan apalagi yang saya miliki?”
Pengacara Shin tampak berpikir, “Uh, selain itu…tidak ada lagi.”
Hye-sung tidak terima.
Hye-sung: “Saya bahkan datang ke sekolah..”
Pengacara Shin: “Itu karena Pengacara Cha yang membawamu.”
Hye-sung:  “Saya melawan jaksa…”
Pengacara Shin: “Itu kan karena aku yang menolongmu.”
Hye-sung:  “juga!”
Pengacara Shin: “Juga apa?”
Hye-sung:  “Juga!”
Pengacara Shin, Kwan-woo dan Yoo-chang menunggu jawaban.
Hye-sung tidak bisa menjawab, lalu meminta pelayan untuk membawakannya wine. Pengacara Shin memperingtkan Hye-sung yang tidak minum alkohol, tapi Hye-sung marah, dia tadi bilang tidak mau bukan tidak bisa.
Dan inilah hasilnya, setelah menghabiskan beberapa botol wine. Hye-sung mabuk parah. (Mabuknya lucu..hehe)
Hye-sung menangis dalam mabuknya dan cegukan.
Hye-sung: “Mengapa aku hanya punya satu kekuatan? Aku bertanya kenapa aku hanya punya satu kekuatan?”
Hye-sung tertidur di meja.
Yoo-chang berkata seharusnya Pengacara Shin mengatakan Hye-sung memiliki banyak kekuatan atau apa saja. Siapa yang tahu Hye-sung bakal minum sebanyak itu, kata Pengacara Shin.
Pengacara Shin lalu mengajak Yoo-chang pergi. Biar Pengacara Cha yang mengurusnya. Yoo-chang yang awalnya merasa khawatir, akhirnya ikut pergi juga.
Hye-sung bangun, lalu bicara masih sambil merengek “Mata itu bukan punyaku.. aku tidak punya mata yang bisa melihat pikiran terdakwa…Aku tidak melihatnya, aku tidak bisa..”    Hye-sung menangis.
Kwan-woo kembali dari toilet, dan bingung tidak ada Pengacara Shin dan Yoo-chang disana.
Kwan-woo: “Pengacara Jjang, orang-orang pada kemana?”
Hye-sung: “Aku tidak tahu. Mereka  pergi tanpa memberitahuku.”
Kepala Hye-sung akan terantuk kembali ke meja, tapi ditahan Kwan-woo. Bandonya menutupi mata Hye-sung.
Hye-sung: “Aku tidak melihat kebenarannya.” Lalu Hye-sung kaget, ia tidak bisa melihat dan menguyek-nguyek (bahasa apa tuh?he..) kepala Kwan-woo sampai Kwan-woo berteriak kesakitan.
Hye-Sung menangis, “Bagaimana ini, sekarang aku benar-benar tidak bisa melihat. Apa yang kulakukan? Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
Kwan-woo lalu membetulkan letak bandonya.
Hye-sung melihat ke Kwan-woo dan memegang pipinya: “Apa yang harus kulakukan? Mataku pasti sudah gila. Pengacara Cha tiba-tiba menjadi seorang flower boy. Aaahhh, mataku rusak…”
Pengacara Cha ketawa-ketawa aja dibilang gitu.
Hye-sung di gendong Kwan-woo. Hye-sung masih saja mengigau tentang matanya dan si Gum. Kwan-woo senyum-senyum aja.. Kwan-woo bertanya dimana ruamh Hye-sung, tapi Hye-sung ngomongin si Gum lagi..
 
Si Gum sedang duduk di depan kantor, menunggu Hye-sung yang tidak juga keluar dan tidak mengangkat telponnya. Lalu dia melihat Hye-sung yang digendong Kwan-woo. Soo-ha menghampirinya dan bertanya apakah Hye-sung sakit, tapi langsung menyerngit setelah mencium bau alkohol. Soo-ha bilang pada Kwan-woo kalau dia ingin berbicara pada Hye-sung. Kemudian Soo-ha mendengar suara Kwan-woo:
“Dimana sebenarnya dia tinggal. Aku tidak bisa membawanya ke rumahku. Haruskah aku membawanya kembali ke kantor? Akan sangat dingin nanti malam.”
Soo-ha menawarkan akan mengantar Kwan-woo ke rumah Hye-sung, dia meminta Kwan-woo memanggilkan taksi. Setelah ada taksi, Soo-ha membaringkan Hye-sung di Kursi belakang dan dia juga duduk disana. Saat Kwan-woo akan duduk di depan Soo-ha mencegahnya.
Soo-ha: “Maap.. aku akan mengantarnya sendiri.”
Kwan-woo: “Kamu bisa menggendongnya sendiri? Dia lebih berat daripada kelihatannya.”
Soo-ha: “Tapi jika kita berdua yang mengantarnya akan sedikit berlebihan.”
Kwan-woo: “Begitukah?”
Kwan-woo memberikan kartu namanya pada supir taksi. “Dapatkah aku mempercayai berandalan ini?” katanya dalam hati sambil menatap Hye-sung.
Soo-ha mendesah: “Bisakah aku meminta kartu namamu, jadi aku bisa memberitahumu saat aku sudah mengantar kerumahnya.”
Kwan-woo memberikan kartu namanya, “Jika terlalu sulit untuk melakukannya sendiri, hubungi aku. Aku akan datang secepatnya.”
Soo-ha: “Tidak apa-apa, aku bisa mengatasinya sendiri.”
Soo-ha menggendong Hye-sung yang tertidur. Dengan susah payah menaiki tangga dengan Hye-sung yang berat sekali, akhirnya sampai di depan pintu. Soo-ha kesal, gagang pintunya hanya dikunci dengan melilitkan kawat.
Soo-ha menidurkan Hye-sung di kursi, dan menyelimutinya. Soo-ha kesal lagi melihat rumah Hye-sung yang masih saja berantakan. Lalu Soo-ha mendengar Hye-sung mengigau: “Gum. Bawa dia kesini.. aku membutuhkannya di persidangan… aku membutuhkan Gum… dia harus berada di sampingku.. ahhh, mataku rusak..”
Soo-ha tersenyum.
Pagi hari. Hye-sung terbangun dan kaget mendapati dirinya tidur di sofa masih dengan pakaian kerja. Lalu ibu telpon, berteriak marah-marah karena Hye-sung baru mengangkat telponnya. Hye-sung curhat, haruskah ia bertemu saja dengan anak pemilik sauna itu. Ibu bertanya mengapa Hye-sung cepat sekali berubah pikiran. Hye-sung juga tidak tahu.
Hye-sung bertemu Kwan-woo di depan jalan raya. Kwan-woo menanyakan apakah Hye-sung pulang dengan selamat semalam.
Kwan-woo: “Seperti apa wajahku? Apakah masih terlihat seperti seorang flower boy?”
Hye-sung menepuk dan memegang wajah Kwan-woo: “Wake up! Wajahmu masih terlihat habis mabuk.”  (maksudnya Kwan-woo mabuk bilang dia kayak flower boy)
Kwan-woo memegang pipinya sambil tersenyum..
Hye-sung ke toilet dan berbicara sendiri, “Aku pasti sudah gila. Mataku benar-benar gila. Aku sudah tidak mabuk, tapi dia masih terlihat cakep walaupun pake kacamata itu.”
Hye-sung melihat tangannya dan menaruh tangannya di pipi, seperti yang dilakukannya pada Kwan-woo.  (tanda-tanda bukan yah..? Kwan-woo juga sumringah banget tadi..)
Kwan-woo masuk ruangan dengan ceria. Yoo-chang memandangnya dengan penasaran, dan bertanya apa yang terjadi semalam. Kwan-woo bilang Hye-sung diantarkan oleh Park Soo-ha. Lalu Pengacara Shin bertanya pada Kwan-woo.
Pengcr. Shin: “Pengacara Cha. Apakah kamu sudah bertanya pada Pengacara Jang, apakah dia kenal seseorang yang bernama Min Joon-guk?”
Saat yang bersamaan Hye-sung masuk, dan terkejut sampai menjatuhkan tasnya ke lantai, “Pengcara Shin, bagaimana anda mengenal Min Joon-guk?”
Pengcr. Shin: “Aku diberitahu oleh teman satu selnya yang aku kenal.”
Kwan-woo: “Apakah dia seseorang yang kamu kenal?”
Hye-sung masih tampak terkejut, “Ya.”
Pengcr. Shin: “Orang itu, telah dibebaskan beberapa waktu yang lalu.”
Hye-sung bertanya dengan gugup, “Dibebaskan? Kapan dia dibebaskan?”
Pengcr. Shin: ”Sekitar satu bulan yang lalu. Apakah dia mempunyai hutang padamu?”
Hye-sung tegang.
Di dalam bis, Hye-sung terlihat waspada. Dia melihat kembali sms “I’ll be there” itu dan mengira itu adalah perbuatan Joon-guk. Ketika ada seorang pria yang duduk di sampingnya. Hye-sung langsung berdiri. Saat berjalan ke rumah pun dia tidak berani menengokkan kepalanya. Dia pasti ketakutan.
 
Di rumah Hye-sung, Soo-ha sedang berusaha memperbaiki pintu yang rusak. Tangannya ke getok palu dan berdarah. Hye-sung datang dan menanyakan mengapa Soo-ha berada disana.
Soo-ha: “Kamu tidak mengangkap telpon, jadi aku datang saja kemari. Kejadian itu sudah berlalu beberapa hari, dan kau masih belum meperbaiki kunci pintunya.”
Hye-sung: “Pergilah. Aku akan mengurusnya sendiri.”
Soo-ha tidak melihat raut wajah Hye-sung yang nampak ketakutan, “Tidak apa-apa. Aku melakukan ini sebagai ucapan terima kasih untuk menyelamatkan Seong-bin.”
Hye-sung berteriak marah, “Aku bilang, pergi!”
Soo-ha akhirnya menatap Hye-sung, “Ada apa? Ada sesuatu yang salah?”
Hye-sung: “Menghilanglah! Pergi! Jangan datang kesini lagi.”
Hye-sung masuk dan akan menutup pintu, Soo-ha menatapnya lagi, “Aku tidak tahu apakah anak ini berkomplot dengan Min Joon-guk atau tidak.”
Akhirnya Soo-ha tahu ini karena Min Joon-guk.
Soo-he berjalan pulang dari rumah Hye-sung, dia menerima telpon dari seseorang.
Soo-ha: “Hallo..”
Joon-guk: “Ini aku. Kau mengingat suaraku, kan?”
Soo-ha: “Ah, ya. Min Joon-guk, kan? Bagaimana kau tahu nomor telponku?”   (Soo-ha belum tau Joo-guk udah ingat.)
Joon-guk: “Aku pergi ke sekolahmu kemarin, Park Soo-ha. Kau tidak mengatakan namamu, jadi aku tidak mengenalmu. Aku melihatmu terakhir kali di persidangan, 10 tahun yang lalu kan?”
Soo-ha: “Kau…. Dimana kau sekarang?”
Soo-ha menuju sebuah restoran cepat saji. Ada Joon-guk disana, sedang memakan sesuatu. Soo-ha duduk dihadapannya dengan menahan amarah. Joon-guk menawarkan makanan pada Soo-ha dan menyuruhnya makan. Soo-ha diam saja, dia menatap Joon-guk.
Joon-guk: “Kau datang, anak kecil.”
Soo-ha: “Apa yang kau pikirkan?”
Joon-guk tersenyum sinis: “Kau tumbuh besar, anak kecil. Kemampuanmu membaca pikiranku seperti 10 tahun yang lalu tampaknya tidak berubah.”
Soo-ha: “Berbicaralah, jangan berpikir.”
Joon-guk melap mulutnya: “Apa yang kau khawatirkan? Kenapa, apa kau berpikir aku akan membuat masalah?”
Soo-ha menahan marah: “Ponsel itu perbuatanmu kan? Kau yang mengirimnya.”
Pengunjung disana melihat heran kea rah Soo-ha yang berbicara sendiri.
Joon-guk: “Apa kau ketakutan hanya karena itu? Bahkan aku belum memulainya.
Soo-ha: “Apa yang kau pikirkan.”
Joon-guk tersenyum sinis: “Jangan khawatir. Aku tidak mempunya rasa benci sedikitpun terhadapmu. 10 tahun yang lalu sasarannya bukan kau, tapi ayahmu. Sekarang juga….bukan kau, tapi orang lain.”
Soo-ha geram: “Jika bukan aku, lalu siapa?”
Joon-guk minum: “Kudengar, dia menjadi seorang pengacara. Gadis itu.”
Soo-ha sudah tidak bisa menahan amarahnya, dia memukul dn menghajar Joon-guk. Joon-guk sepertinya sengaja tidak melawan. Soo-ha terus memukul Joon-guk berkali-kali.
Joon-guk: “Lepaskan aku!”
Pegawai restoran berusaha menarik Soo-ha, tapi Soo-ha terlalu kuat.
Joon-guk: “Selamatkan aku!”  teriaknya pada orang lain.
Hye-sung terbaring di sofa dengan mendekap tongkat baseball dan alat kejut. Terlihat jelas dia masih sangat ketakutan. Dia terperanjat mendengar suara di luar, dan ternyata hanya karena seekor kucing. Lalu telponnya bordering, dari kantor polisi.
Hye-sung sampai di depan kantor polisi. Dia bertemu dengan Pakpol yang waktu itu ke rumahnya.
Pakpol: “Nona Jang Hye-sung!”
Hye-sung: “Apa yang terjadi?”
Pakpol: “Kau tahu Park Soo-ha, anak yang berada di rumahmu saat kejadian ponsel itu?
Hye-sung: “Ya..”
Pakpol: “Anak itu baru saja memukul seseorang, dan sekarang dia disini. Dia akan dibebaskan, tapi dia tidak punya orang tua dan kami tidak bisa menghubungi gurunya. Jadi saya menghubungi Pengacara Jang untuk kesini.”
Hye-sung: “Bagaimana dengan korbannya?”
Pakpol: “Dia pergi setelah mengatakan tidak ingin menuntut apapun. Dia baru saja bebas, jadi saya rasa dia tidak mau terlibat dalam masalah.”
Hye-sung: “Bebas?”  Hye-sung curiga.
Pakpol: “Ya. Tapi CCTV menangkap Park Soo-ha memukulinya. Saya tidak bisa memberi dia jaminan kalau tidak ada seseorang yang bertanggung jawab untuknya.”
Hye-sung: “Siapa nama korban itu?”
Pakpol: “Min Joon-guk. Dia dibebaskan sebulan yang lalu.”
Hye-sung kaget, dia tidak bisa berkata apa-apa.
Pakpol: “Kenapa? Apa kau mengenalnya?”
Hye-sung gugup: “Bisakah aku melihat rekaman CCTV nya?”
Hye-sung dan Pakpol di dalam kantor polisi mencari salinan rekaman CCTV di komputer.
Hye-sung: “Apakah Soo-ha mengatakan alasan dia memukulnya?”
Pakpol: “saya tidak tahu. Berdasarkan pernyataan saksi, itu terlihat seperti kemarahan.”
Hye-sung: “Pasti ada alasannya.”
Pakpol: “Iya, tapi tidak ada! Min Joon-guk tidak mengatakan sepatah katapun, tapi Park Soo-ha memukulnya!”
Pakpol 2: “Saya juga berada disana. Min Joon-guk benar-benar tidak mengatakan apapun. Hanya Soo-ha yang berbicara.”
Lalu mereka melihat rekaman CCTV di retoran itu. Hye-sung bertanya, “Soo-ha berbicara apa? Apa yang Soo-ha katakana?”
Pakpol 2 mengingatnya: “Ah. Dia terus mengatakan agak Min Joon-guk berbicara. Jangan berpikir, tapi berbicara.
Flashback saat Soo-ha memukuli Joon-guk.
Soo-ha: “Katakan bajingan! Katakana apa yang kau pikirkan!”
Joon-guk tersenyum mengejek: “Aku tidak mau.”
Ada yang berusaha melerai dan menyuruhnya bicara baik-baik.
Soo-ha: “Jika orang itu tidak ada disana, aku mungkin sudah mati 10 tahun yang lalu. Itu sebabnya aku berpikir bahwa hidupku adalah miliknya! Aku akan melindunginya. Aku mengabdikan hidupku untun melindunginya. Jangan berani macam-macam, karena kau akan membunuhmu.”
Soo-ha mencekik Joon-guk, tapi Joon-guk malah tertawa keras.
Soo-ha: “Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.”
Soo-ha kalap.
Pakpol: “Jika dia adik dari perempuan itu, dia memperingatkan akan membunuhnya.”
Pakpol 2: “Saya kesulitan memegangnya. Dia benar-benar gila.”
Hye-sung tampak berpikir.
Pakpol membuka tas Soo-ha dan menemukan palu yang dipakai Soo-ha memperbaiki pintu di rumah Hye-sung: “Berandal ini bahkan membawa palu! Jika dia menggunakannya, situasinya pasti akan lebih parah.”
Hye-sung akhirnya mengingat perkataan Soo-ha tadi pada Joo-guk, “Jika orang itu tidak ada disana, aku mungkin sudah mati 10 tahun yang lalu.”
Hye-sung mengingat anak kecil yang berjanji akan melidunginya, ketika dia menangis setelah memberikan kesaksian di persidangan 10 tahun yang lalu.
Terdengar suara Soo-ha yang berterik pada Joon-guk, “Aku tidak akan hidup jika bukan untuknya, jadi aku akan melindunginya walaupun aku sendiri akan mati.”
Hye-sung juga mengingat saat Soo-ha datang ke rumahnya waktu dia ketakutan karena kejadian ponsel.
Suara Soo-ha lagi: “Aku mengorbankan diriku untuk melindunginya.”
Hye-sung akhirnya mengingat nama anak kecil yang waktu itu berjanji akan melindunginya, Park Soo-ha.
Hye-sung ke Pakpol: “Saya akan bertanggung jawab untuknya. Dimana Soo-ha?”
Soo-ha diborgol dan dipegang oleh 2 orang polisi. Soo-ha berbicara pada Pakpol yang berjaga.
Soo-ha: “Anda membiarkan Joon-guk pergi! Apakah anda mendapatkan alamatnya? Bagaimana dengan nomor telponnya?”
Pakpol jaga: “Hey, kamu sepertinya salah mengerti. Kamu yang memukul. Min Joon-guk yang dipukul. Kau penjahat, dan dia korbannya. Mengerti?”
Soo-ha: “Anda tidak tahu apa yang dikatakannya? Dia akan balas dendam. Dia mencari seseorang yang bersaksi melawan dia dan akan membunuhnya.
Pakpol jaga: “Aku percaya padamu dan bertanya pada saksi di restoran. Tidak ada kata apapun. Min Joo-guk itu relawan di lebih dari 6 tempat, seperti dapur pembuat sup dan penitipan hewan. Dia telah berubah menjadi lebih baik. Lalu kamu menuduhnya tanpa bukti. Kamu setidaknya membawa beberapa bukti.”
Soo-ha kemudian berdiri: “Ada bukti.”
Pakpol jaga: “Apa? Bukti apa?”
Soo-ha: “Aku mendengarnya. Aku dapat mendengar pikiran…..”
Belum selesai Soo-ha berbicara, ada yang memotongnya, Hye-sung: “Hentikan.”
Hye-sung menatap Soo-ha: “Jangan katakana apapun yang tidak berguna. Kamu hanya akan diperlakuan seperti yang kamu dapatkan di persidangan 10 tahun yang lalu. Park Soo-ha. Sekarang, aku mengingat namamu. Aku mengingat namamu.”
Note:
Penasaran dengan bagaimana nanti Hye-sung menggapi Soo-ha. Apakah dia akan menerimanya? Dan bagaimana Soo-ha akan membuktikan kejahatan Joon-guk, karena sepertinya sekarang Joon-guk mempunyai alibi bahwa dia orang yang baik, sehingga orang-orang tidak akan percaya.
Dan sayangnya tidak ada preview untuk episode 5 di akhir drama. Lagi mau coba cari ke tempat lain. Semoga aja cepet nemu.


No comments:

Post a Comment

 

Sample text


Sample Text

Tasya azira