Sudut yang sebelumnya selalu hidup oleh tawa membahana, senyum yang tak
pernah habis, dan keceriaan yang tak putus-putus. Namun selama seminggu
ini kerap berisi kesedihan, kesendirian, kesuraman...
Meskipun tanpa tangis, sudut itu kini jelas telah berubah!
Sang pohon besar mengganti dedaunnya yang hijau dengan sekumpulan awan
hitam. Batangnya yang besar dan segar berubah kering dan pucat,
membentuk kerut-kerut yang menyeramkan. Dahan-dahan lunglai yang tak
pernah berhenti meneteskan getir. Akar-akar malang yang terlalu lemah
mencengkram bumi. Di saat yang sama aku melihat bangku panjang itu pun
telah di selimuti embun dan air mata...
Sosok murung itu benar-benar telah mengubah segalanya!
Sore itu angin menyentuhku begitu mesra. Rambutku yang sebahu beberapa
kali dibawanya bermain-main. Beberapa sahabat yang berlalu dan menyapa
hanya kubalas dengan senyum dan sebatas lambaian. Mata dan benakku
tengah terjatuh di satu titik. Sosok itu!
Seorang wanita muda dengan dua mata yang nyaris hilang karena ditutupi
poni panjang dan sembab tangis tertahan. Pakaian yang ia kenakan selalu
sama. Hitam, hitam dan hitam. Semuanya hitam. Begitu pula sehelai
saputangan yang ia genggam. Hitam.
Menduga-duga. Sederas apakah hantaman atasnya sehingga ia begitu lara?
Mengapa ia di sana? Mengapa selalu di sore yang sama? Mengapa? Mengapa?
Tak pernah terjawab, hanya mampu menduga. Jangankan bertanya,
mendekatinya pun tak kuasa. Ia telah membangun pagar tinggi di antara
kesedihan dan senja yang nyata... Sore itu aku memberinya nama. Benakku
kemudian memanggilnya... Lara.
Sore ini angin terlalu senyap. Datang dan berlalu demikian cepat. Tak
satu pun angin yang bermain, atau sekedar menyapa. Mereka lenyap! Tak
seperti biasanya. Di sudut sana pun aku tak menemukan apa-apa...
Sosok itu telah sirna!
Langkahku perlahan mendekati sudut itu. Nafasku perlahan menyentuh pohon
besar itu. Benakku perlahan menghampiri bangku panjang itu...
Aku tak perlu bertanya.
Bangku panjang mulai bercerita...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang bercerita panjang...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang bercerita panjang lebar...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang bercerita sangat panjang lebar...
Aku mendengarkan...
Bangku panjang mengakhiri cerita...
Aku menangis...
.............................
Suatu hari nanti kau akan menjumpai aku di sini. Saat aku telah berhasil
menguasai sebuah sudut. Saat aku kembali ke sebuah bangku panjang.
Sayangnya aku tak kembali bersama tawa yang membahana. Aku tak lagi
membawa senyuman ataupun keceriaan yang tak putus-putus. Namun aku
kembali bersama sekumpulan awan hitam, tetesan getir, sehelai saputangan
hitam, serta bangku panjang yang mencekam...
Dan kelak kau akan memanggilku... Duka.
No comments:
Post a Comment